Topic
Home / Pemuda / Cerpen / Akhi, Jangan Terlalu Baik Padaku Please!

Akhi, Jangan Terlalu Baik Padaku Please!

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Qian berjalan santai meski pikirannya tengah melantur ke mana-mana. Gadis itu jadi telat merespon saat salah satu adik tingkatnya menyapa, membuatnya sedikit gelagapan. Ia tersenyum singkat, berusaha memungut sisa-sisa memorinya sambil bertanya-tanya dalam hati ‘tuh anak sape ya namanya? Wajahnya sih.. sama lupa juga?’#Gubraks. Qian meringis menyadari kebiasaan buruknya. Gadis yang kini sudah memasuki tingkat dua di jurusan teknik elektro itu emang rada lola soal nginget nama orang. Kalo soal listrik dan semacamnya sih untungnya kagak. Coba kalo iya. Bisa didepak doi sejak awal masuk kuliah hehe..

 ‘Ah iya! Ni hari pan ada kajian yang diisi ama alumni Universitas Islam Madinah itu? Untung inget he..he.. mesjid ah..’ Qian bermonolog dalam hati sambil tersenyum. Tapi baru juga berapa meter berjalan, langkah Qian sempurna terhenti. Gadis itu sempurna melotot. Seseorang yang kini melewati ujung pertigaan membuat gadis itu nge freeze. Orang itu, orang yang paling gak pengen Qian temui.

‘Jangan noleh.. jangan noleh.. plis ya Allah bikin dia gak noleh..’

 ‘Ok, tenang..tenang.. dia dikit lagi lewatin ujung pertigaan ini dan aku bakal selamet’ Bisiknya pada diri sendiri, berusaha menenangkan debaran jantungnya. Tangannya mencengkram kedua ujung ranselnya erat sambil memejamkan kedua matanya, berharap keberadaannya tak terdeteksi. Dan untungnya sejauh ini orang itu emang gak liat kanan-kiri. Qian sempat melihat orang itu menghilang di ujung pertigaan sebelum melakukan aksi konyolnya, meremin mata di tengah jalan. Padahal yang ada dia yang kagak bisa liat ya? Ok abaikan keanehan Qian.

“ Loh, Qian? Mau ke mesjid juga?”

DEZIG! Mati aku!

‘ Eh, masa nyumpahin diri sendiri sih?’

Qian membuka kedua matanya perlahan lantas meringis, menatap orang itu sambil tersenyum kikuk. Di ujung sana orang itu tengah menunggu sambil tersenyum lebar yang membuat Qian mau tak mau berjalan perlahan menghampiri meski saat itu keinginannya cuma satu :  kabur atau ngilang sekalian. Mengingat betapa konyolnya ia tadi. ‘Semoga dia gak mikir aneh-aneh’ doanya.

“ Em.. iya Gar, kamu mau ke mesjid juga?  Hari ini ada kajian kan?” Qian berusaha menjaga jarak.

‘Aaaa! Kenapa aku gak bilang mo kemana dulu gitu!?’ Qian berteriak frustasi dalam hati. Setidaknya ia bisa memutar dulu lewat jalan lain soalnya doi punya firasat mereka bakal jalan beriringan meski Qian tau makhluk di depannya gak bakal macem-macem.

Makhluk itu Muhammad Adrian Sagar, gegedug aka ketua di komunitas El-Kautsar yang didirikan para pemburu ilmu, para pecinta kajian di Fakultas Teknik yang rata-rata pernah ikut ROHIS pas SMA dulu. Qian dan Sagar menjadi salah satu perintisnya bersama delapan orang lainnya meski beda-beda jurusan. Mereka dengan bangga dan sukarela menjadi fasilitator seminar dan berbagai kajian yang mengangkat isu-isu penting hangat dan layak dibahas seputar masalah umat dan solusinya.

Qian sebetulnya kagum ama Sagar. Ketua mereka itu selalu bisa mengundang pembicara-pembicara ajib  yang bikin mahasiswa Universitas lain bahkan rela datang jauh-jauh.

Loh terus apa dong yg bikin Qian males ketemu Sagar?

Jawabannya adalaaah..

Qian males ngobrol panjang lebar dengan yang bukan mahromnya. Dan orang di depannya itu selalu punya segudang pertanyaan dan bahan obrolan. Contohnya kek tempo hari pas Qian lagi jalan berdua sama sohibnya Amel dan seseorang tiba-tiba nyapa, bikin Qian yang pengen buru-buru pergi berkali-kali menahan langkah sambil berusaha menahan pandangan. Secara ada orang nanya masa dia kabur? Untung gadis itu punya alasan lagi buru-buru asli. Sejak saat itu Qian rada anti ketemu ama ikhwan yang always tersenyum lebar berinisial ‘Sagar’ itu.

“ Eh, yang lain mana? Zainab? Maya? Eh, iya Rahmi juga! masih kuliah? loh kamu sendiri?” Sagar masih terus bertanya sementara Qian menjawab singkat-singkat, berusaha menyembunyikan rasa geregetnya. Ni cowok gak peka banget ya kalo aku bête? Hiiih! Mereka masih berjalan beriringan meski Qian terus berusaha memosisikan diri di belakang cowok itu.

“ Eh, Gar apa kabar? Lo kemana aja Bro ko jarang liat?” Seorang mahasiswa berambut kribo dengan badge kemeja  Fakultas Kesehatan dan Olahraga mencegat langkah mereka. Sepertinya dia teman lama Sagar karena mereka kini sudah terlibat obrolan seru. Qian jadi Bete sendiri

‘So, aku ngapain? Masa harus nunggu? Emang daku cewek apakah!’ Qian meniup ujung jilbabnya berdiri gelisah.

Oh iya! Kesempatan buat kabur!

‘Alhamdulillah.. Makasih Masbro alias Mas kribo! hehe..’ Qian perlahan melangkah minggir bak kepiting, lalu sepersekian detik kemudian bertransformasi jadi kaki seribu, burur-buru tancap gas dengan percepatan #Jiiahh!

Sayangnya masalah tinggi badan yang berbanding lurus dengan panjang kaki, ngaruh juga ke kecepatan jalan. Qian yang sudah belasan meter di depan kesusul Sagar yang sudah kembali mensejajari langkah gadis itu. Alamak! Qian berteriak frustasi (dalam hati), sebal kenapa dia lebih pendek dari Sagar.

Tau gitu tadi aku lari aja sekalian!’ Pikirnya. Bodo amat cowok di pinggirnya itu bakal mikir dia aneh atau apa, toh Qian sudah cukup konyol pas ketahuan merem di tengah jalan tadi.

“ Eh, Qi udah tau belum Teh Zahra mau nikah?” Kali ini Sagar mengangkat topik baru.

Pertanyaan itu merubah mood dan wajah Qian 180 derajat. Tentu saja ia tau, tadi pagi saat mentoring terakhir sebelum libur lebaran, kabar pernikahan teteh murobbi kesayangannya diumumkan dan sukses membuat Qian and the genk memekik senang. Qian terus bercerita dengan semangat soal bagaimana reaksi kawan-kawannya tadi dan betapa bahagianya Qian dengan kabar mengejutkan itu. Sampai akhirnya gadis itu sadar bahwa ia kelewat antusias di depan seseorang yang.. hei, ‘bukan siapa-siapanya’! Gadis itu terdiam meneguk ludah.

“ Nanti datang kan ke walimahnya? Aku jadi panitia acaranya loh! Hehe” Sagar terkekeh. Dahi Qian mengerut, bertanya-tanya ‘ kok bisa?’ tapi kemudian ingat mereka kan satu organisasi di kampus. Wajar Sagar jadi salah satu EO walimahan nanti.

“ Datenglah! Masa kita-kita gak hadir? Lagian ada makan gratisnya kan?”

“ Ha..haha.. Ya adalah Qi, masa walimahan gak ada makanan!” Sagar tertawa mendengar candaan Qian, membuat gadis itu tersenyum kikuk menyadari kekonyolannya.

Hingga akhirnya Sagar pamitan, bilang baru ingat masih punya urusan lain yang perlu diselesaikannya lalu berbelok ke atas meninggalkan Qian yang termangu. Gadis itu menepuk dahi, baru sadar kalau dia lagi-lagi kecolongan dan mengobrol lepas dengan seorang ikhwan. Wajah gadis itu memelas. Qian masuk sambil merutuki diri, lupa membaca do’a masuk mesjid. Yang dipikirkannya saat ini cuma satu, segera bersiap solat dan muhasabah cinta, eh, muhasabah diri maksudnya.

***

KENAPA ADA COWOK SEGAK PEKA DIA?

Qian menulis besar-besar di jurnal hariannya. Selesai solat Ashar dan membaca Al-Matsurat, gadis itu duduk selonjoran di pelataran mesjid lorong akhwat.  Cukup ramai seperti biasa. Qian sendiri punya segudang curhatan yang udah tumpeh-tumpeh pengen dia keluarin di jurnal tercintanya. Soal siapa lagi kalo bukan Sagar!

Mungkin cuma Qian yang punya pemikiran anomali dan alergi dengan ketua El-Kautsar nya. Secara Sagar itu baik, punya leadership tinggi, aktivis, ramah pada siapapun dan jangan lupakan soal wajahnya yang senantiasa dihiasi senyuman. Kadang Qian iseng berpikir kalau Sagar cemberut atau marah bakal kayak gimana ya? Dan dengan segudang kelebihan serta wajah yang bisa dibilang enak dipandang, jelas gak ada satupun alasan yang bisa bikin orang benci padanya. Qian sih pengecualian.

Oya, hal lain yang Qian gak suka adalah Sagar lumayan sering mengupload fotonya di medsos. Emang sih gak aneh-aneh, tetep sopan dan gak alay. Tapi tuh cowok sadar gak sih kalo wajahnya itu punya nilai ‘di atas rata-rata’ menurut skala manusia? Bukan apa-apa sih. Tapi bagi Qian bukan hanya kaum hawa yang harus hati-hati pasang foto di medsos. Kalo sampe ada yang suka trus nyimpen tuh foto dan jadi secret admirer pria itu pan bahaya? Zina mata ama hati deh jatohnya.

But, entahlah..

Qian emang suka mikir kejauhan meski dia gak pernah larang-larang orang soal itu.

Dan yang paling bikin Qian gak suka adalah : Sagar terlalu baik, terlalu ramah dan terlalu perhatian. Pada siapapun. Yup, pada siapapun! Termasuk para akhwat. Dan Qian gak suka. Apa dia cembukor alias cemburu?

What!? No,no,no. Enggak sama sekali.

Eh, yang bener?

Dih dibilangin kagak percaya (-,-)

Qian tuh cuma khawatir. Beneran deh! Kalo akhwatnya cuek bebek kayak dia sih nope alias kagak masalah. Tapi kalo kek sohib-sohibnya yang kalo ngobrol dikit-dikit ngomongin nikah muda dan baperan, gimana hayo? Apalagi kaumnya ini emang udah dari sononya punya penyakit akut yang terdiri dari dua suku kata tapi gede efeknya: Ge-eR

Qian sendiri sadar : sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya bakal jatuh juga. Secuek-cueknya Qian, ia juga bisa ‘jatuh’#bukan kepeleset kulit pisang loh ya!

Qian takut benteng pertahanannya jebol. Kata Bang Tere penulis paforitnya, kalo bendungan perasaan udah jebol bakal suliiit pake banget buat meredamnya lagi. Dan lagi beberapa kali ia kecolongan ngobrol seru ama Sagar#hiks.

Yah, Qian sih berusaha positive thinking aja. Mungkin tuh cowok gak sadar kalo sikapnya berbahaya buat kaum Hawa. Boleh jadi Sagar berniat baik mencontoh akhlak Rasulullah SAW yang ramah dan baik meski Qian sendiri yakin Rasul punya batasan tertentu jika berhadapan dengan lawan jenis. Mungkin juga ini cara Sagar berdakwah. Kalo dia dingin, cuek, dan gak perhatian, bisa jadi orang pada kabur, termasuk akhwat di El-Kautsar yang jumlahnya gak seberapa. Boleh jadi cowok itu berpikir demikian kan? Kan?

Ah, Entahlah..

Qian mengangkat bahu. Gak baik juga berspekulasi tentang seseorang yang jatuhnya ke prasangka buruk. Inget oi husnuzhon! Tegur hatinya. Dan lagi, masih banyak hal penting lainnya untuk diselesaikan.

Seperti kata abah, daripada cape menggerutu karena kena duri yang berserakan di jalan, mending pake sandal sejak awal. Daaan.. daripada capek mikirin sikap nyebelin Sagar yang Pe-Ha-Pe dan sering bikin akhwat salah paham, mending Qian memperkuat hati dan membangun benteng pertahanan yang lebih kokoh dan berlapis buat hatinya. Lapisannya.. so pasti harus lebih banyak dari rainbow cake! Tekadnya dalam hati. Hmm, Qian jadi lapar #eh. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Salah satu anak pendidikan Sejarah UPI 2014 yang hobi lintas alam.

Lihat Juga

Muhasabah, Kebaikan untuk Negeri

Figure
Organization