Topic
Home / Berita / Silaturahim / Mahasiswa IPB Melakukan Inovasi “Blusukan Pangan” Desa

Mahasiswa IPB Melakukan Inovasi “Blusukan Pangan” Desa

Program dilaksanakan selama dua bulan (April-Juni) di Desa Giyanti, Magelang, Jawa Tengah.
Program dilaksanakan selama dua bulan (April-Juni) di Desa Giyanti, Magelang, Jawa Tengah.

dakwatuna.com – Bogor.  Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) berhasil membuat kegiatan edukasi yang unik dan kreatif tentang gizi seimbang dan diversifikasi pangan yang diberi nama “Blusukan Pangan”. Ide ini berawal dari sekelompok mahasiswa yang cinta akan pertanian dan pangan lokal nusantara yang terdiri dari Indah Widia Ningsih (Gizi Masyarakat), Abdul Aziz (Teknologi Pangan), Crisna Murti (Ilmu Keluarga dan Konsumen), Prisca Yoko Putri (Agronomi dan Hortikultura), serta Dika Rahmat Saepulloh (Fisika).

Konsep program diversifikasi pangan telah dirintis oleh pemerintah sejak era 60-an. Namun, sampai saat ini belum berhasil sesuai yang diharapkan. Salah satu hambatannya adalah semakin rendahnya kesadaran dan preferensi masyarakat untuk mengonsumsi pangan lokal. Ketergantungan sebagian besar masyarakat Indonesia terhadap beras dan terigu semakin meningkat, menyebabkan pemerintah terus melakukan kebijakan impor untuk mencukupi kebutuhan pangan penduduk. Jika hal ini terus berlangsung, dapat mengancam ketahanan dan kemandirian pangan nasional.

“’Blusukan Pangan’ merupakan suatu inovasi metode yang bagus dalam penggalian potensi pangan lokal suatu daerah. Bahan lokal yang berpotensi di daerah tersebut selanjutnya dijadikan santapan lezat yang unik dan dibukukan untuk disebarkan ke berbagai kalangan”, demikian penuturan Bu Ninuk selaku dosen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyakat (SKPM IPB). Blusukan Pangan sebagai Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M) telah lolos sebagai finalis Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-29 tahun 2016 yang diselenggarakan oleh DIKTI (Direktorat Pendidikan Tinggi), bersaing dengan program dari 145 perguruan tinggi di Indonesia.

Program dilaksanakan selama dua bulan (April-Juni) di Desa Giyanti, Magelang, Jawa Tengah. Pemilihan desa tersebut sebagai percobaan karena Desa Giyanti memiliki karakteristik yang mendukung penerapan program. Desa Giyanti memiliki potensi sumberdaya pangan lokal yang cukup beragam dan belum banyak termanfaatkan, antara lain kimpul, midro (ganyong), merot (garut), suweg, dan lain – lain. Selain itu, masyarakatnya masih memiliki ingatan yang baik terhadap rasa pangan lokal yang beragam sehingga lebih mudah untuk dikembalikan preferensinya. Hal ini terjadi karena pada 10 tahun yang lalu, masyarakatnya masih mengonsumsi pangan pokok lebih dari dua komoditas. Keaktifan kegiatan ibu – ibu PKK yang tinggi dan terbiasanya memasak sendiri (tidak membeli instan) semakin membuat Desa Giyanti cocok dijadikan percobaan penerapan program.

Terdapat beberapa rangkaian program meliputi penggalian potensi pangan lokal, penyusunan modul “Kembang Krisan” (kreasi masakan ibu-ibu peduli pangan lokal nusantara), grand launching, penyuluhan pedoman gizi seimbang dan diversifikasi pangan, rangkaian pendampingan memasak pangan lokal, penanaman bibit pangan lokal, dan grand closing program. Penggalian potensi pangan lokal dilakukan dengan survei lapang dan in-depth interview kepada sesepuh desa. Hasil penggalian potensi pangan lokal tersebut dikumpulkan, selanjutnya dikreasikan menjadi resep pangan lokal yang unik, dan dibukukan dalam modul bernama “Kembang Krisan”. “Dinamakan kembang, salah satunya karena Magelang dikenal sebagai kota sejuta kembang. Buku Kembang Krisan sangat unik karena tidak hanya berisi kumpulan resep kreasi pangan lokal, melainkan juga berisi materi tentang pedoman gizi seimbang, diversifikasi pangan, satuan penukar, contoh pembagian menu dalam sehari, informasi nilai gizi setiap resepnya, dan khasiat berbagai bahan pangan lokal”, ujar Dika sebagai layouter modul “Kembang Krisan”.

Grand launching “Blusukan Pangan” telah dilaksanakan pada April lalu (10/4) dengan senam sehat ceria di halaman Balai Desa Giyanti, kemudian rangkaian kegiatan selanjutnya dipimpin oleh Crisna sebagai Master of Ceremony. Pendampingan memasak pangan lokal dilaksanakan sebanyak 7x pertemuan. “Masyarakat Giyanti sangat antusias mengikuti “Blusukan Pangan” ini, terbukti dari kehadiran ibu – ibu yang seringkali bertambah setiap pertemuannya”, ujar Aziz dari warga Desa Giyanti yang juga merupakan mahasiswa IPB. Di akhir program, diadakan pembagian dan simulasi penanaman bibit pangan lokal di pekarangan yang dibawakan oleh Prisca dari jurusan pertanian. “Pembagian bibit pangan lokal ini kami harapkan dapat memotivasi masyarakat untuk terus mempertahankan ketersediaan dan melestarikan tanaman pangan lokal”, jelas Prisca setelah membagikan bibit pangan lokal ke warga (20/5).

Penutupan program diselenggarakan pada 12 Juni 2016 lalu. Dilaksanakan lomba memasak pangan lokal yang hasil kreasi masakannya dicicipi oleh Bapak Khusen selaku Kepala Desa Giyanti, perwakilan BPPK Kecamatan Candimulyo, tokoh masyarakat, ibu – ibu peserta program, dan mahasiswa Tim “Blusukan Pangan”. “Semua kreasi masakan yang dihasilkan sangat enak, sehat, beragam, dan tentunya berbasis bahan lokal. Program “Blusukan Pangan” berhasil dilaksanakan dengan cukup baik dan buku “Kembang Krisan” yang telah dibagikan terbukti cukup efektif dan aplikatif. Peserta yang mengikuti program mengalami peningkatan secara positif baik dari segi pengetahuan, sikap, maupun praktik mengonsumsi pangan lokal yang sehat dan beragam”, ujar Indah selaku ketua pelaksana program.

Pak Khusen memberikan ungkapan luar biasa dalam sambutan penutupnya, ia mengatakan “Walaupun kembang (bunga) krisan tidak ditumbuhkan di Giyanti, semoga “Kembang Krisan” (buku) ini dapat tumbuh dan bermanfaat di hati warga Giyanti, Aamin”. Selain itu, Pak Hafidz selaku perwakilan Badan Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan (BPPK) menyatakan, “Kami sangat mengapresiasi kehadiran adik-adik mahasiswa IPB yang memberikan ilmu dan melakukan kegiatan yang bermanfaat. Kegiatan seperti ini perlu dilestarikan agar masyarakat kembali mencintai dan mengonsumsi pangan lokal yang sudah lama ditinggalkan”.

“Semoga program ‘Blusukan Pangan’ ini menuai keberkahan, bermanfaat, dan dapat diaplikasikan di berbagai wilayah dengan menyesuaikan karakteristiknya masing-masing. Harapannya, program ini dapat diadopsi oleh berbagai pihak yang aktif berperan dalam menyukseskan program diversifikasi pangan. Secara jangka panjang, program semacam ini diharapkan mampu mendukung ketahanan dan kemandirian pangan, baik di tingkat regional maupun nasional.”, harap Ibu Eny Palupi selaku dosen pendamping PKMM “Blusukan Pangan” dari Gizi Masyarakat IPB. (Prisca YP/SaBah/dakwatuna)

Redaktur: Saiful Bahri

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lahir dan besar di Jakarta, Ayah dari 5 orang Anak yang hobi Membaca dan Olah Raga. Setelah berpetualang di dunia kerja, panggilan jiwa membawanya menekuni dunia membaca dan menulis.

Lihat Juga

IHA Distribusikan Bantuan Kemanusiaan di Myanmar

Figure
Organization