Topic
Home / Berita / Nasional / Menurut IDI, ada Grand Design di Balik Kasus Vaksin Palsu

Menurut IDI, ada Grand Design di Balik Kasus Vaksin Palsu

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Prof Ilham Oetama Marsis saat menggelar konferensi pers di Kantor IDI, Jakarta, Senin (18/7). (idionline.org)
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Prof Ilham Oetama Marsis saat menggelar konferensi pers di Kantor IDI, Jakarta, Senin (18/7). (idionline.org)

dakwatuna.com – Jakarta. Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Prof Ilham Oetama Marsis menilai ada kesengajaan dari pihak tertentu untuk menerapkan grand design yang bertujuan menipiskan kepercayaan publik akan kinerja dokter dan rumah sakit Indonesia.

Meskipun tak menyebut pihak mana yang ia maksud, Marsis menghubungkannya dengan globalisasi, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) serta cakupan jaminan kesehatan semesta yang ditargetkan pada 2019 nanti.

“Marilah kita sama-sama mencari tahu siapa di balik grand design. Tujuannya menghilangkan kepercayaan kepada dokter-dokter Indonesia. Suatu desain yang saya melihat mulai sekitar tahun 2013 lalu. Dimulai dengan intervensi (atas) pelayanan kesehatan Indonesia (dan) dunia pendidikan kedokteran di Indonesia,” jelasnya, Senin (18/7/2016) sebagaimana dilansir republika.co.id

Menurutnya, globalisasi membuat persaingan kian ketat di dunia pelayanan kesehatan. Dokter asing maupun investor asing bisa dengan cukup mudah beroperasi di dalam negeri.

Sehingga, warga negara asing berkompetisi dengan tenaga kesehatan dan rumah sakit milik Indonesia. Marsis menegaskan, jangan sampai dokter Indonesia justru menjadi dijauhi konsumen di Tanah Air sendiri.

“Kami berharap, jangan yang ditangkap hanya dokter-dokter atau bidan-bidan atau susternya. Tapi (kepolisian) harus (mencari) siapa di belakang ini (fenomena vaksin palsu),” katanya.

Marsis juga mengatakan profesi dokter dan pihak rumah sakit menjadi korban dalam kasus produksi dan peredaran vaksin palsu.

Marsis menegaskan penanganan vaksin palsu sejauh ini justru membuat para dokter resah. Terutama, setelah Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merilis 14 rumah sakit yang menggunakan vaksin ilegal. Ditambah lagi, ketika Bareskrim Polri menetapkan tiga dokter sebagai tersangka.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek membeberkan daftar rumah sakit yang menerima vaksin palsu. Hal tersebut terungkap saat rapat dengan komisi IX di gedung DPR, Jakarta, Kamis (14/6/2016). (baca juga: Menkes Beberkan 14 Nama Rumah Sakit Penerima Vaksin Palsu, Berikut Daftarnya)

Data bersumber dari temuan Satgas yang sudah bertugas sebulan ini dan ada 14 rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) yang disebut menerima vaksin palsu. (SaBah/dakwatuna)

Redaktur: Saiful Bahri

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lahir dan besar di Jakarta, Ayah dari 5 orang Anak yang hobi Membaca dan Olah Raga. Setelah berpetualang di dunia kerja, panggilan jiwa membawanya menekuni dunia membaca dan menulis.

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization