Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / “Waa Islaamaah”, Buah Kepemimpinan Shalih Saifuddin Quthuz dan Erdogan

“Waa Islaamaah”, Buah Kepemimpinan Shalih Saifuddin Quthuz dan Erdogan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (flickr.com / Jeremy Vandel)
Ilustrasi (flickr.com / Jeremy Vandel)

dakwatuna.com – Gegap gempita pasukan mongol yang merayap ke dunia Islam, sekaligus memporak porandakan ibukota Daulah Abbasiyah di Baghdad serta membunuh khalifah Al-Mu’tashim beserta keluarganya, terdengar begitu miris dan mengerikan. Pasukan mongol terus merangsek lebih jauh ke dunia Islam dan memporak porandakan negeri-negeri yg dilaluinya.

Setiap masa pasti selalu ada pahlawannya. Dan kali ini pahlawannya adalah Sultan Saifuddin Quthuz dari Daulah Mamalik yang memerintah negeri Mesir. Mendengar pasukan mongol sudah mencapai tapal batas negerinya, maka bergegaslah sang sultan berkeliling negeri & menyeru rakyatnya dengan ungkapan yang terkenal, sehingga dijadikan suatu cerpen bahasa Arab : “Waa Islaamah…!” (wahai kaum muslimin, tolonglah Islam pada saat ini).

Puluhan ribu kaum muslimin pun bergegas dengan ruhul istijabah dan loyalitasnya menyambut dan menyertai pasukan perang sang sultan. Suasana mendadak berubah bagaikan merasakan suasana seperti awal-awal Islam. Mereka berkumpul dan menyertai sang sultan, menghadang laju pasukan mongol di ‘Ain Jalut, Palestina. Di sana sang sultan dan rakyatnya bertempur mati-matian hingga pasukan muslim pun berhasil menghancurleburkan pasukan mongol. Sejak saat itu ekspedisi mongol ke dunia Islam pun terhenti.

Dalam film Fetih 1453 garapan Faruq Ashkoy, Sultan Al Fatih menjelaskan kepada salah seorang wazirnya : “Jabatan, bukanlah alat untuk mempamerkan kekuasaaan. Tapi ia adalah alat untuk melayani rakyat, mensejahterakan mereka, dan membangun masa depan untuk mereka. Dengan itulah seorang Sultan bisa berkuasa.”

Setidaknya kata-kata Al Fatih ini menunjukkan buktinya hari ini. Di tengah makar konspirasi dalam negeri Turki semalam, Sang Presiden, Erdogan seolah-olah meneriakkan kata-kata yang sama dengan Saifuddin Quthuz walaupun disampaikan dengan redaksi umum yg berbeda : “Rakyat diminta turun ke jalan dan menghadang kudeta.” Sekitar 10 menit setelah pidato kenegaraan sang presiden, jutaan rakyat Turki dengan militansi dan loyalitasnya turun ke jalanan untuk menghadang upaya kudeta. Sebuah tindakan yang patut diapresiasi. Bagaimana tidak, mereka diminta turun ketika mereka mau merebahkan badannya ke peraduan tepat pertengahan malam. Seolah-olah mereka berpikir, ‘biarlah tidak tidur semalam, daripada tunduk dan terhina selama bertahun-tahun. Alhamdulillah wa biidznillah, untuk sementara kudeta berhasil digagalkan rakyat.

Allahu Akbar, buah dari kepemimpinan sholeh kembali berbicara. Seolah-olah presiden Erdogan berteriak lantang mengulangi perkataan Saifuddin Qutuz: “Waa Islaamaah…!” Tolonglah Islam pada saat ini. Harus kita pahami bersama, bahwa kudeta terhadap Erdogan adalah bencana bagi Hamas. Kudeta terhadap Erdogan adalah bencana bagi kaum Muslim dan Mujahidin Suriah. Kudeta terhadap Erdogan adalah bencana bagi seluruh muslim yang terzalimi di dunia ini.

Semoga Allah menjaga beliau dan orang-orang yang bersama beliau.

Ya Allah, muliakanlah orang yang memuliakan Islam, dan hancurkanlah orang yang ingin menghancurkan Islam.

Wallahu’alam bi shawab. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswa yang dalam waktu dekat akan merampungkan gelar Sarjana S1-nya di fakultas MIPA UNIVERSITAS ANDALAS. Anak ke-2 dari 4 orang bersaudara.

Lihat Juga

Pemimpin adalah Cerminan Rakyat

Figure
Organization