Topic
Home / Narasi Islam / Sosial / Problematika Agama

Problematika Agama

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Pada tahun 2014 lalu, sebuah film India berjudul PK dirilis. Film ini menceritakan bagaimana seorang makhluk luar angkasa (penampakan fisiknya sama dengan manusia) terdampar di bumi. Remote control yang ia kalungi dicuri sehingga ia tidak bisa kembali ke planet asalnya. Alur cerita kemudian dibuat sedemikian rupa agar makhluk ini dapat menemukan kalungnya kembali dengan melakukan pendekatan religius. PK, nama yang disematkan kepadanya, berusaha memahami agama-agama di India agar ia dapat membuktikan agama apa yang benar. Kebenaran agama ia simpulkan ketika ia berhasil ter koneksi dengan Tuhan yang dapat membantunya menemukan kalung yang ia cari. Film ini merupakan kritik atas kontradiksi agama-agama yang berada di India. Kecuali Islam, sutradara film ini melakukan kritik atas nilai-nilai substansi yang dimiliki masing-masing agama. Mungkin sutradara film ini mengakui bahwa Islam merupakan agama yang sempurna sehingga membuat dirinya hanya dapat melakukan kritik atas umatnya, bukan agama Islam itu sendiri. Dis kursus tentang agama merupakan hal yang problematik. Tercermin dari film PK yang telah dijelaskan sebelumnya. Maka, menjadi sebuah keniscayaan bahwa agama tidak akan pernah terlepas dari perbincangan manusia. Alhasil, perwujudan agama dalam kehidupan manusia memiliki tipikal-tipikal yang berbeda.

Makna Agama

Pada dataran dis kursus akademik, makna agama seringkali menjadi bahan perbincangan. Maka tak heran jika banyak ditemukan produk-produk yang berbeda hasil pemahaman tentang agama. Di Barat, makna religion sama sekali belum dapat didefinisikan dengan baik. Secara bahasa, religion berarti mengikat. Kata ‘mengikat’ ini tidak menjelaskan apapun kecuali menjembatani manusia untuk berpikir kembali maknanya sesuai tafsir yang ia buat. Begitu juga dengan kata ‘agama’ yang berarti tidak kacau. Makna yang tak memberikan penjelasan apapun kepada manusia. Makna agama seharusnya mengacu kepada kata Ad-Dien dalam bahasa Arab. Kata Ad-Dien memilki makna yang dalam dan berhubungan dengan kata-kata dalam bahasa Arab yang lain, contohnya Madinah yang berarti kota dan tamadun yang berarti peradaban. Yang terpenting adalah makna ad-Dien ini hanya bisa disandingkan dengan Islam sehingga Prof. Muhammad Naquib Al Attas menurunkan empat makna utama tentang Ad-Dien, yaitu kedaan berhutang, penyerahan diri, kuasa peradilan, dan kecenderungan alami.

Jatuhnya Otoritas Keagamaaan

Mulai hancurnya eksistensi agama di Barat terjadi ketika otoritas keagamaan jatuh dan digantikan oleh para filosof dan saintis. Teriakan Nietzche “God is dead” adalah contoh jelas yang membuktikan kebingungan seorang filosof terhadap agama. Ia tidak memiliki pemahaman apapun tentang agama malah seenaknya berbicara tentang Tuhan dan agama. Dampaknya pun jelas. Ketidakpercayaan atau bahkan penghinaan atas Tuhan dan agama menjadi produk pemikiran para filosof dan saintis ini. Jatuhnya otoritas keagamaan di Barat merupakan dampak dari hasil realitas sejarah. Masyarakat Barat mengalami trauma yang berlebihan tentang agama di zaman kegelapan Eropa. Gereja saat itu merupakan institusi tertinggi yang berhak membuat kebijakan dan menghukum para pelanggar nya. Kebebasan saat itu pun terkurung di sangkar yang pintunya dikunci rapat-rapat oleh Gereja. Pengadilan inkuisisi terjadi dimana-mana menjadi momok terbesar bagi masyarakat Barat. Maka, tak heran jika renaissance bangkit dengan misi utama menjatuhkan otoritas keagamaan. Sayangnya, masyarakat Barat saat itu menjustifikasi secara menyeluruh bahwa semua agama yang diyakini manusia di seluruh dunia merupakan candu yang memberikan penderitaan tanpa kebebasan. Padahal, ketika zaman kegelapan Eropa, di belahan dunia Arab terdapat peradaban berbasis agama yang terang benderang, yaitu Islam.

Privatisasi Agama

Problematika agama selanjutnya adalah privatisasi yang digaungkan oleh penganut sekularisme dan liberalisme. Mereka memberikan statement bahwa agama harus dipisahkan dengan negara. Tidak boleh seorang agamawan menjadi politikus. Ranah agama dengan negara terpisah jauh dan tidak diperkenankan untuk bersatu. Padahal, peran negara dalam menyelesaikan konflik agama mutlak diperlukan agar keharmonisan terus berjalan. Kebijakan-kebijakan sekular yang mengancam keberadaan agama pun tidak akan muncul jika orang-orang yang paham akan agama juga ada yang berpolitik. Agama merupakan hal yang privat, ia seharusnya mengkristal dalam kehidupan masyarakat sehingga menjadi ranah publik yang seyogianya dijaga. Adanya tiga problematika agama diatas merupakan dampak clash of worldview yang terjadi di Barat. Hal ini disebabkan Worldview mereka tidak memiliki konsep tentang ketuhanan yang jelas sehingga menjadi akar kebingungan tentang agama yang melanda pemikiran mereka. Prof. Hamid Fahmy Zarkasyi menjelaskan lebih lanjut terkait hal ini dalam bukunya Misykat, “Dalam hal ini kesimpulan Prof. Al Attas sangat jitu bahwa Islam, sebagai agama, telah sempurna sejak diturunkan. Konsep Tuhan, agama, ibadah, manusia dan lain-lain dalam Islam telah jelas sejak awal. Para ulama kemudian hanya menjelaskan konsep-konsep itu tanpa mengubah konsep asalnya. Sedangkan di Barat konsep Tuhan mereka sejak awal bermasalah sehingga perlu direkayasa agar bisa diterima akal manusia,” pungkas Hamid Fahmy Zarkasyi. Bicara tentang agama di Barat merupakan suatu hal yang problematis dan dianggap tabu oleh masyarakat. Berbeda halnya dengan Islam yang menjelaskan secara universal dan komprehensif konsep-konsep yang dibutuhkan manusia untuk hidup. Kesempurnaan Islam terefleksikan di sepanjang zaman dan seluruh tempat serta pedoman yang menjadi The Worldview of Islam. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Lahir di Medan, 8 Maret 1996. Saat ini tinggal di Kota Bandung. Pernah menempuh pendidikan di Yayasan Ummul Quro Bogor, Ma'had Husnul Khotimah Kuningan dan Insan Cendekia Serpong. Memiliki minat dalam sains dan energi serta selalu berusaha mengungkapkan kebenaran ilmiah dengan cahaya ilmu yang berada di Al-Qur'an. Berbagai perlombaan dan prestasi telah diraih olehnya dan Insha Allah dapat menorehkan prestasi yang lebih membanggakan. Dalam hidup berusaha untuk dapat menjadi yang terbaik dintara yang lain dalam ketaqwaan kepada Allah. Semoga Allah memudahkan sekaligus meridhoi apa-apa yang dilakukan olehnya dan ia pun ridho atas apa yang Allah SWT tentukan untuknya. Saat ini sedang berusaha menggeluti dunia tulis menulis dengan baik dan selalu menjadi mujahid yang haus akan ilmu dan hikmah. Penulis merupakan salah satu mahasiswa dan aktivis dakwah kampus di Institut Teknologi Bandung ??? ???? ?? ????? ??? ? ???? ??

Lihat Juga

Din Syamsuddin: Agama Harus di Praktekkan dalam Kehidupan Sehari-hari

Figure
Organization