dakwatuna.com – Kemacetan di Brebes Exit (Brexit) menjadi trending topik pada lebaran Hari Raya ‘Idul Fitri 1437 H tahun ini. Menurut Rudi Agung kemacetan terburuk yang menjadi sejarah baru tradisi mudik lebaran telah memakan korban. Belasan jiwa meregang nyawa. Peristiwa yang seharusnya bisa diantisipasi sejak dini. Kemacetan ini mengingatkan kita pada “Kemacetan di Padang Mahsyar”.
Sebanyak 17 pemudik meninggal dunia selama arus mudik Lebaran, sejak 29 Juni hingga 5 Juli 2016 di wilayah Kabubaten Brebes, Jawa Tengah. Sebagian dari korban tersebut meninggal saat kemacetan parah. Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kemenkes RI Achmad Yurianto melalui keterangan tertulisnya menjelaskan bahwa terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan para korban meninggal dunia. “Kelelahan dan kekurangan cairan dapat berdampak fatal, terutama untuk kelompok rentan seperti anak-anak, orangtua, dan mereka yang memiliki penyakit kronis (hipertensi, diabetes, atau jantung),” ujar Yurianto.
“Ditambah kondisi kabin kendaraan yang kecil, tertutup, dan pemakaian AC yang terus-menerus. Hal ini akan menurunkan kadar oksigen dan meningkatkan CO2,” tambah dia. Kemacetan di Pejagan mencapai 30 km dan Brebes 6 km, cukup melelahkan, menelangsakan dan konon sampai menelan korban jiwa. Tidak kebayang betapa lelahnya berada di tengah kemacetan berjam-jam, maju tidak bisa mundur tidak bisa, sulit memperoleh supply air dan makanan, minimnya oksigen untuk bernafas. Kondisi Brexit ini memberi ilham keakhiratan : begitu takut jika mengalami kemacetan di Padang Mahsyar…!!
Ingatkah kita suasana Yaumil Mahsyar kelak, saat Allah SWT menghimpun puluhan bahkan ratusan milyar manusia dalam satu lokasi. Saat kaki tidak bisa bergerak kesana kemari kecuali hanya bisa menunggu dan menunggu giliran, saat amalnya dihisab. Saat itulah gambaran macet total milyaran manusia tak berpakaian tak beralasan kaki dimungkinkan terjadi. Rasulullah Muhammad saw bersabda, “Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya”. (HR Tirmidzi dan ad Darimi).
Ingatlah dan berwaspadalah saat hari mengerikan itu tiba : “Peradilan yang adil tanpa suap dan gratifikasi, hari di mana seluruh wajah tertunduk, berhadapan hanya sang hamba dengan Rabb-nya saja”. Contoh dua pertanyaan seputar harta yang tidak akan meleset perhitungannya : Apakah yakin didapat dan dibelanjakan dengan cara yang halal dan baik ? Adakah garansi ia bebas dari riba, maisir, menipu, korupsi, dusta, mark up anggaran, mengurangi timbangan dan bentuk bentuk kedzaliman lainnya..? Mengurai pertanyaan hadist tersebut tentang umur, ilmu dan harta tentu butuh kajian yang komprehensif dan kontribusi. Jangan pernah lelah dan bosan untuk terus belajar dan menghadiri majelis-majelis ilmu Alquran dan Sunnah.
Ya Allah mudahkanlah kami dalam membekali diri untuk kehidupan yang abadi. Ya Allah kami hanya berharap ridha dan maghfirah-Mu. Ya Allah terimalah segala amal shaleh kami selama di bulan Ramadhan kemarin. Ya rabbana…..ampunilah segala dosa kami, mudahkan kami menuju surga-Mu dan jauhkan kami dari neraka-Mu. Ya Allah ampunilah dosa-dosa kami atas kelalaian menghabiskan umur, kelalaian mengamalkan ilmu, kelalaian memperoleh dan membelanjakan harta, dan kelalaian menggunakan tubuh ini… Bimbinglah kami di dunia dengan hidayah-Mu, mudahkanlah kami dari ketatnya hisab yaumil mahsyar, selamatkan kami dari fitnah dunia dan fitnah dajjal, selamatkanlah kami dari siksa api neraka. Amin ya Rabbal ‘alamin. (dakwatuna.com/hdn)
Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya
Beri Nilai: