Topic
Home / Narasi Islam / Ekonomi / Bekerjalah Demi Kehormatanmu

Bekerjalah Demi Kehormatanmu

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi - Seorang pekerja memperbaiki sebuah rumah di Gaza yang hancur diserang Israel. (Getty Images)
Ilustrasi – (Getty Images)

dakwatuna.com – Bekerja adalah kewajiban. Orang hidup ya mesti bekerja. Bagaimana ia bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, istri dan anak-anaknya jika hari-harinya hanya diisi dengan berpangku tangan, ongkang-ongkang kaki bermalas-malasan. Bukankah langit tidak akan menurunkan hujan emas?

Dalam Al Qur’an Allah swt. berfirman yang artinya, ’’…. maka bertebarlah kamu di muka bumi, dan cari karunia Allah, dan ingatlah Allah sebanyak banyaknya agar kamu beruntung. ’’ [QS. Al-Jumu’ah (62) : 10 ]. ‘’Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepadaNya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan’’. [QS. Al Mulk (67) : 15 ]

Dua ayat di atas mengisyaratkan agar seorang muslim memiliki etos kerja. Punya semangat bekerja keras dalam mencari penghidupan guna memenuhi kebutuhan hidup dirinya, keluarganya ataupun orang-orang yang menjadi tanggunganya.

Rasulullah sendiri juga sangat mencintai orang mukmin yang mau bekerja keras, sampai-sampai beliau mengatakan, ’’ Apabila seseorang itu keluar (dari rumah) bekerja untuk anaknya yang masih kecil maka itu fi sabilillah. Dan apabila ia bekerja untuk kedua orang tuanya yang telah lanjut usia maka itu fi sabilillah. Dan apabila keluar bekerja untuk dirinya agar terjaga kehormatannya (tidak meminta-minta ), maka itu fi sabilillah. ’’ [HR. Thabrani].

Terkadang orang itu ada -kalau boleh pakai istilah- ’’terlalu idealis namun tidak-tidak realistis ‘’ maunya atau cita-citanya ingin jadi pegawai kantoran yang berseragam nyetil dan necis, bekerja tidak banyak mengeluarkan otot dan keringat apalagi berlumpur-lumpur, sehari kerja gajinya cukup buat hidup satu minggu. Hingga ber-istri dan ber-anak, pekerjaan yang diinginkan tak kunjung dapat, namun tetap saja ia setia menanti angan-angannya itu dan tidak mau bekerja yang lain. Berprinsip, ’’Mending (lebih baik) nganggur daripada bekerja tidak sesuai dengan asa’’, padahal ia punya kebutuhan hidup, punya istri dan anak yang menjadi tanggung jawabnya. Bukankah Rasulullah pernah mengatakan, ’’Sungguh jika salah seorang dari kalian mengambil tali lalu pergi ke gunung [untuk mencari kayu bakar], kemudian dia pulang dengan memikul seikat kayu bakar dipunggungnya lalu dijual sehingga dengan itu Allah menjaga wajahnya [kehormatannya], maka ini lebih baik daripada meminta minta kepada manusia, diberi atau ditolak. ’’ [HR. Bukhari]

Ayolah, bekerja! Bekerja sekuat dan semampu kita. Tidak perlu malu dan gengsi, apapun jenis pekerjaan yang kita lakukan asalkan halal tidak akan menurunkan derajat seseorang di hadapan Allah. Bercocok tanam, menjadi kuli bangunan, penjual bakso, tukang tambal ban, tukang cukur, itu semua lebih baik dan mulia daripada pengangguran, hidup menjadi peminta minta atau belas kasihan orang lain. Jangan hanya melihat pekerjaan dari jenis pekerjaannya tapi yang utama lihatlah halal-haram nya. Pekerjaan yang di mata manusia nampak hina namun halal jauh lebih baik daripada nampak mulia di mata manusia namun hina di hadapan Allah.

Dengan bekerja kehormatan dan kemuliaan seseorang akan terjaga dan terpelihara. Sebaliknya pemalas, peminta-minta, hidup jadi beban dan tanggungan orang lain, hanya akan merendahkan dan menurunkan harga diri dan kehormatanya.

Lihatlah para Nabi dan Rasul, di samping menjalankan tugas utamanya menyampaikan risalah dari Allah, untuk memenuhi kebutuhan hidup, diri dan keluarganya mereka juga bekerja. Diriwayatkan Nabi Adam bekerja sebagai petani, Nabi Nuh menjadi tukang kayu, Nabi Idris menjadi penjahit, Ibrahim dan Luth menjadi petani, Nabi Sholih menjadi pedagang, Nabi Daud menjadi pandai besi, dan Nabi Musa menjadi penggembala.

Imam Ahmad bin Hambal pernah ditanya, bagaimana pendapat anda tentang seorang laki laki yang hanya duduk-duduk di rumahnya atau di masjid, sambil berkata, ‘’Aku tidak perlu bekerja apapun, toh rezekiku akan datang sendiri, ’’. Beliau menjawab, ’’Dia adalah orang yang tidak mengetahui ilmu. Apakah dia tidak mendengar sabda Nabi Shollallahu Alaihi wa Sallam, ’’Sesungguhnya Allah menjadikan rezekiku di bawah lindungan tombakku, ’’Beliau juga pernah bersabda ketika melihat seekor burung, ’’Ia pergi pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang pada sore hari.’’

Nah, masihkah kita malas, gengsi dan malu untuk bekerja mencari nafkah. Dan memilih untuk menjadi penganggur, peminta, serta jadi beban dan tanggungan orang lain ? Wallahu a’lam. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Terlahir di desa Mojosari Sumberjo Kec. Margomulyo Kab Bojonegoro Sekarang tinggal di Padangan bojonegoro Jawa Timur.

Lihat Juga

Wanita Itu Ibarat Buku

Figure
Organization