Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Sebutir Noda di Hati

Sebutir Noda di Hati

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Kebahagiaan jiwa ini dikarenakan hati terselimuti dengan bunga-bunga kebaikan yang bertaburan tiada henti dipermukaan Sang Pencipta. Dengan Nur ilahi, setiap insan mengharapkan kejernihan hati, ketenangan jiwa, dan keikhlasan dalam menyantuni kebaikan. Namun harapan itu menjadi sirna tatkala hati ini terselimuti dengan noda-noda hitam yang ada dalam hati. “Sesungguhnya orang yang beriman jika melakukan suatu dosa, maka dosa itu menjadi titik hitam di dalam hatinya. Jika dia bertaubat dan mencabut serta berpaling (dari perbuatannya) maka mengkilaplah hatinya. Jika dosa itu bertambah, maka titik hitam itupun bertambah hingga memenuhi hatinya.” (HR. At- Tirmidzi dalam Sunan-nya (3334)).

Sekumpulan Noda dan dosa telah menempel lama pada dinding hati sehingga menghalangi cahaya keimanan hingga akhirnya menembus kegelapan hati. Ketika berbuat maksiat terasa hal yang biasa dan tak ada lagi rasa takut akhirnya menjadikan hati sulit lagi menerima cahaya sebagaimana yang dirasakan oleh hati yang diterangi dengan lentera keimanan. Jika dibacakan dan disampaikan petunjuk, dan nasihat Ilahi, maka akan gusar, bahkan menolaknya karena kerasnya hati yang diselimuti oleh “noda” dan “dosa”.  Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Jika hati sudah semakin gelap, maka amat sulit untuk mengenal petunjuk kebenaran.”

Sungguh, hati yang selalu terselimuti dengan keimanan senantiasa menghasilkan kejernihan pikiran dan akan terhindar dari butiran noda yang menyelimuti. Hati manusia itu diumpamakan sehelai kertas putih yang bersih, ketika dia berbuat dosa munculah sebuah bintik hitam pada kertas itu. Ketika ia beristighfar dan mengerjakan shalat, bintik hitam itupun hilang. Demikian seterusnya hati akan tetap bersih selama ia tetap beristighfar dan mendirikan shalat. Jika ia tidak pernah beristighfar dan mendirikan shalat maka hati itu akan dipenuhi bintik hitam yang pada akhirnya akan menutupi seluruh hatinya menjadi hitam legam penuh kegelapan. “Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan dirinya dan mengingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang.” (QS. Al A’laa : 14-15)

Sungguh, bumi di mana tempat kaki ini berpijak mengarungi kehidupan, akan menggambarkan apa yang telah di lakukan di atasnya, kaki yang digunakan untuk melangkah, tangan yang digunakan untuk memegang, mata yang digunakan untuk melihat, telinga untuk mendengar dan lainnya, semuanya akan memberikan persaksian terhadap apa yang telah diperbuatnya di pengadilan yang terbesar dan teradil kelak.

Hal yang harus senantiasa kita lakukan adalah perbanyak taubat dan istighfar, itulah yang akan menghilangkan gelapnya hati dan membuat hati semakin bening dan bercahaya sehingga mudah menerima petunjuk atau kebenaran.

Ya Allah, tunjukkanlah hati kami ini agar selalu taat pada-Mu dan berusaha menjauhi setiap maksiat yang benar-benar telah Engkau larang, apalagi dosa syirik dan kekufuran. Amin Yaa Mujibbas Saailin. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Amal Spesial, Manajemen Hati

Figure
Organization