Bolehkah Aku Menyentuh Lukamu, Ayah?

Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Ayah bolehkah aku menyentuh lukamu? Aku ingin menyembuhkannya. Menghilangkan semua kenangan buruk di masa lalumu dan menggantinya dengan segala hal yang indah.

Apa yang pertama kali terlintas dalam benak kita ketika mendengar kata superhero? Pasti yang terbayang adalah sosok yang gagah, tangguh dan pemberani. Namun, bagaimana jika pada kenyataannya superhero yang ada dalam hidup kita jauh dari ketiga kata itu, bahkan mungkin berbanding terbalik, apakah ia akan tetap menjadi superhero ?

Memiliki sosok superhero mungkin menjadi dambaan semua orang, begitu pun denganku. Bukan superhero yang ada dalam imajinasi belakang, melainkan sosok yang kehadirannya nyata dan dapat dilihat serta dirasakan kehadirannya. Dan aku memilikinya, dia adalah ayahku, seorang superhero yang hadir dalam hidupku meski dengan ribuan luka di masa lalunya.

Luka yang dimilikinya bukanlah sekedar luka biasa yang mudah mengering dan hilang hanya dengan setetes obat. Butuh waktu yang cukup lama untuk menyembuhkannya seperti semula, bahkan mungkin seumur hidupnya.

Semua luka itu ia dapat ketika mulai beranjak remaja. Saat itu keluarganya hancur terpecah belah, ayah yang dihormati dan diseganinya justru mengkhianati ibunya sendiri demi perempuan lain. Kasih dan cinta yang telah dibangun dalam keluarganya selama ini seketika hancur lembur, bahkan perlahan serpihan itu jatuh dan mengenai satu per satu anggota keluarganya.

Tak berselang lama kedua orangtuanya pun memutuskan untuk bercerai, dan menikah lagi dengan orang lain di tahun berikutnya. Harus berpisah dengan adik dan sang kakak yang memilih tinggal bersama ayah dan neneknya, menjadi pukulan tersendiri baginya.

Setelah perceraian tersebut ayahku memutuskan untuk tinggal bersama dengan ibu dan ayah tirinya. Sebenarnya ia juga sempat tinggal bersama ayah dan ibu tirinya, tetapi perlakuan tak adil yang diberikan sang ayah kepadanya membuat ia kurang respek terhadap ayahnya.

Besar dalam keluarga broken home memberinya banyak pelajaran yang berharga. Mengajarkan dirinya bagaimana menjadi sosok teman, sahabat, atau pun orangtua bagiku dan kakak. Ia tak ingin mengulangi kembali kesalahan yang sama seperti ayahnya dahulu. Laki-laki yang sudah berkepala lima ini selalu berkata, “Ayah gak mau anak-anak Ayah sampai mengalami apa yang Ayah alami dahulu, cukup Ayah saja.”

Ayahku adalah sosok yang begitu hangat dalam keluarga. Ia merupakan seorang pemimpin yang dapat diandalkan dan pantas dijadikan anutan. Dengan segala kekuatan dan jerih payah yang dimilikinya ia mampu melindungi kami, menghidupi keluarga kami dan bahkan membesarkan kami anak-anaknya. Perjuangannya tak mengenal batas.

Aku begitu sangat mencintainya, baik dengan segala kelebihan maupun kekurangan yang ada dalam dirinya. Bagiku tak akan ada yang dapat menggantikan posisinya di hatiku, sampai kapanpun itu.

Aku tak peduli sebanyak apa luka yang dimiliki ayahku di masa lalunya, yang pasti bagiku dia tetaplah superhero dalam hidupku.

Ayah bolehkah aku menyentuh lukamu? Aku ingin menyembuhkannya. Menghilangkan semua kenangan buruk di masa lalumu, dan menggantinya dengan segala hal yang indah.

Ayah, aku minta maaf jika selama ini aku selalu menyusahkanmu. Maafkan aku yang sering kali membantah dan melawan perkataan bahkan perintahmu. Dan maaf jika sampai saat ini aku belum mampu membahagiakan dan membuatmu bangga padaku.

Ayah, aku tetap putri kecilmu kan sampai saat ini? Aku harap iya. Ayah, apakah ketika aku telah menikah nantinya aku tetap akan menjadi putrimu? Dan, apakah setelah menikah aku akan tetap bisa bersamamu? (dakwatuna.com/hdn)

Lahir di Jakarta, 22 Juli 1996. Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta, Jurusan Teknik Grafika Penerbitan, Prodi Penerbitan (Jurnalistik).
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...