Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Ibuku Selalu Jadi Pahlawan

Ibuku Selalu Jadi Pahlawan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com

Kasih sayangnya begitu tulus kepadaku..
Saat aku menangis, kau hapus air mataku..
Saat aku kesepian, kau temani aku..
Saat aku dalam masalah, kau
lindungi aku..
Saat aku ingin punya sesuatu, kau turuti..
Kau sungguh terhebat..
Kau sungguh mulia..
Bagai Pahlawan..
Pahlawan dalam hidupku.

Seorang ibu… semangatnya tak pernah padam. Ia yang berjuang dengan gigih, membawaku kemana pun selama sembilan bulan. Ia yang berjuang antara hidup dan mati, menahan rasa sakit saat melahirkanku. Ia yang merawat dan membesarkanku tanpa mengharapkan balasan. Ia yang sabar dalam menghadapi tingkah nakalku. Dan ia juga lah yang melindungiku dari  berbagai macam bahaya. Ialah pahlawanku.

Ibuku adalah pahlawanku, bukan saja karena ia telah melahirkan dan membesarkanku, melainkan ia adalah manusia pertama yang memberi segala inspirasi. Baik itu suka dan duka, sedih dan gembira, tangis dan tawa, juga segala senang dan derita.

Saat ku mulai tumbuh, Ibu melakukan peran yang penting demi masa depanku, memenuhi kebutuhanku, mengajarkan keimanan kepadaku, pendidikan, dan ilmu sosial agar aku mampu menjadi orang yang berguna dalam keluarga, masyarakat, dan negara.

Sepanjang perjalanan hidupku, tentu banyak atau bahkan terlalu banyak pengorbanan dan pemberian yang telah dicurahkan ibuku untukku, hingga aku tidak akan sanggup menghitungnya. Kalau pun aku harus mengingat dan menyebut pengorbanan dan pemberian itu satu per satu, aku yakin, apa yang ku ingat dan apa yang ku sebut pasti jauh lebih sedikit dari daftar pengorbanan dan pemberian ibuku yang tidak dapat ku ingat dan tidak dapat ku sebutkan.

Ibu pernah bercerita, saat aku lahir ke dunia ini ibuku masih duduk di bangku kuliah, berjuang untuk menyelesaikan pendidikannya, hanya sedikit waktu yang dimilikinya untuk merawatku. Namun, ia tak pernah mengeluh dan terus merawatku meskipun terhimpit waktu yang sedikit.

Sering sekali nenekku menawarkan diri  untuk merawatku namun ibuku berusaha untuk tidak menyusahkan orang lain. Sering sekali ibuku membawaku ke kampusnya agar ibuku tak melewatkan untuk memberikan asi demi pertumbuhanku.

Sungguh besar pengorbanan yang ia berikan dan jika aku  membalasnya dengan segala sesuatu yang ada di muka bumi ini, itu pun takan tergantikan.

Meskipun sekarang usiamu tak semuda dulu dan tenaga yang kau miliki tidak lagi seperti dulu, kau  tetap menjadi pahlawanku, pahlawan yang selalu menjagaku dengan doa, pahlawan yang selalu membimbingku dengan nasihat, pahlawan yang membesarkanku dengan cinta. Aku sayang ibu. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Nama panggilan Fajar. Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta. Hobi menggambar dan membaca.

Lihat Juga

Ibu, Cintamu Tak Lekang Waktu

Figure
Organization