Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Keikhlasan Seorang Ayah

Keikhlasan Seorang Ayah

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (fotolia.com)
Ilustrasi. (fotolia.com)

dakwatuna.com – Kasih sayang ibu sepanjang  masa kasih sayang anak sepanjang galah. Kasih sayang seorang ibu kepada anaknya tidak akan habis termakan masa, tapi di belakang sosok ibu yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungannya secara terang-terangan kepada anaknya, ada sosok ayah di belakangnya. Sosok ayah yang diam-diam mengkhawatirkan anak-anaknya.

Ayah yang jika dekat terlihat cuek dan tak acuh. Sosok ayah yang terkadang terlihat begitu sibuk dengan dunianya sendiri. Diam-diam dialah yang memperhatikan apa yang sedang aku lakukan, diam-diam dialah yang mengkhawatirkanku. Di saat aku pulang telat ke rumah raut khawatir tergurat jelas di wajahnya. Seberondong pertanyaan juga tak akan lupa ia tanyakan kepadaku. Kemana aku pergi tadi? Apa yang terjadi seharian ini padaku? Dan jika aku terlambat pulang ia akan bertanya kenapa aku terlambat pulang?

Ayah sosok yang dengan ikhlas menguras seluruh tenaganya demi anak yang ia kasihi. Ayah yang hanya mengukir senyum di kala ia letih. Tubuh yang kian hari makin renta, namun tak pernah mengeluh. Tinggal jauh dari ayah membuatku menyadari betapa besar kasih sayangnya, pertemuan yang tak intens lagi membuatku semakin peka terhadap kasih sayang yang ia curahkan padaku.

Kala itu ia datang, dalam perjalanan bertemu denganku, ayah menelfon, kalimat yang dikatakan ayah dalam telfon membuat hatiku terenyuh “kak, papa lagi di jalan, sebentar lagi sampai. Nanti beli nasi bungkus ya, kita makan berdua.” Seketika hatiku seakan jatuh, ia tak mengungkapkan rindunya secara gamblang. Ia menyuratkan kerinduannya padaku dengan kalimatnya yang mengatakan ingin makan berdua.

Pergi pagi pulang petang, hingga harus berada jauh dari sisi keluarga rela dilakukan oleh ayah untuk menafkahi serta memperjuangkan kehidupan keluarganya. Tak pernah sekalipun terdengar kata keluhan terucap dari bibirnya. Bahkan kata rindu pun tak ia ucapkan secara gamblang, ia hanya menyiratkan kerinduannya lewat kalimat yang biasa ia ucapkan, ia hanya menyiratkannya dengan tindak tanduknya.

Di sana letak keikhlasan seorang ayah, tak banyak kadang yang menyadari bagaimana perjuangan seorang ayah, lelahnya seorang ayah. Bagaimana seorang ayah yang hanya bisa menitipkan rasa cemas, rasa ingin tahu, serta rasa ingin menjaga anaknya kepada seorang ibu. Hingga membuat sang anak lupa jika ada seorang ayah yang selalu mengkhawatirkannya. Terkadang aku juga lupa akan ayah, namun pertemuan singkatku dengannya membuatku sadar bahwa di balik sosok ibu selama ini ada ayah yang selalu memperhatikanku. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswi semester 4 program studi Penerbitan (jurnalistik) di jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan, Politeknik Negeri Jakarta.

Lihat Juga

Jalan Meraih Taqwa

Figure
Organization