Gerakan Kampung Membaca

Ilustrasi. (tinypic.com)

dakwatuna.com – Iqro menjadi wahyu pertama yang di turunkan Allah SWT kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Rasulullah yang kala itu belum tahu apa-apa namun sudah memiliki kelebihan dibandingkan dengan manusia-manusia lainnya. Sejak kecil mukjizat bertubi-tubi menghampirinya, sehingga menjadi sebuah keniscayaan ketika Rasulullah disuruh untuk membaca bukan lagi hal yang menyulitkan bagi beliau.

Membaca adalah pintu gerbang ilmu. Tidak sedikit ilmuwan yang menjadi manusia cerdas diawali dengan membaca. Membaca bisa secara tekstual ataupun kontekstual.

Pada kenyataannya masyarakat di era globalisasi ini tidak semuanya suka membaca terlebih bacaan yang bersifat tekstual. Masyarakat dicap sebagai manusia yang tidak peduli terhadap bacaan, menurut penelitian UNESCO di tahun 2011, “dari seribu populasi penduduk Indonesia, hanya 1 orang saja yang benar-benar serius mau membaca”.

Kondisi yang sangat memprihatinkan ini sekarang menjadi salah satu program kerja yang sedang digalakan oleh pemerintah. Berbagai kegiatan kampanye membaca dilakukan di berbagai provinsi. Dengan keterbatasan pemerintah untuk menjamah pelosok-pelosok negeri ini, tumbuhlah komunitas-komunitas pemuda yang memiliki kepedulian yang sama dengan pemerintah.

Salah satu komunitas yang saat ini sedang ikut serta mengkampanyekan membaca adalah Komunitas Ngejah. Kepeduliannya tumbuh dan berkembang sejah tahun 2010 silam. Melalui salah satu program yang diberi nama “Gerakan Kampung Membaca“, para relawan mengajak anak-anak muda lainnya untuk bergabung ikut serta menjadi agen.

Gerakan Kampung Membaca atau biasa disingkat GKM dilaksanakan dari kampung ke kampung. Sasaran utama dari program GKM ini adalah para pelajar. Pegiat GKM melibatkan berbagai lini anak muda, dari mulai siswa SD sampai dengan guru honorer. Kerelawanannya tidak dibatasi. Setiap orang memiliki kepedulian yang sama bisa ikut ambil bagian.

GKM sendiri sudah berlangsung selama 3 tahun, sejak tahun 2013. Kegiatan kampanye membaca diisi dengan mengajak pelajar di kampung-kampung untuk bermain bersama, agar terjalin keakraban antara peserta GKM dengan para relawan, mendongeng sebagai hiburan dan upaya membangun karakter pelajar, serta membaca bersama antara 30 menit sampai 1 jam. Biasanya disesuaikan dengan kondisi waktu.

GKM tidak berhenti pada kampanye membaca satu hari, sebagai bentuk follow up Tim Relawan memberikan satu buah rak buku beserta buku-buku bacaan. Sehingga setiap kampung yang pernah dikunjungi tim GKM akan membentuk sebuah kepengurusan Pojok Baca.

Ini adalah upaya kecil yang terbatas yang dilakukan pemuda asal Desa Sukawangi, Kecamatan Singajaya, Kabupaten Garut. GKM telah dilaksanakan di dua kabupaten yaitu Garut bagian Selatan dan Tasikmalaya bagian Selatan. Sampai saat ini tim GKM mengkampanyekan pentingnya membaca memasuki episode ke 47 kali.

Bertahannya kegiatan ini tidak lain adalah salah satu bentuk kecintaan para pemuda Garut terhadap masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Para relawan senantiasa berharap kegiatan kecil ini mampu memberikan dampak besar bagi peradaban masyarakat di kampung-kampung. (dakwatuna.com/hdn)

Alumnus UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Peraih medali perunggu di even I-Envex 2015 Malaysia. Pernah aktif menjadi ketua BEMJ Kimia 2010. Penggiat literasi di Komunitas Ngejah, Garut. Saat ini menjadi Relawan guru di Sekolah Guru Indonesia di tempatkan di SDN Mantar, Kabupaten Sumbawa Barat.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...