Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Cerita di Kala Hujan

Cerita di Kala Hujan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (forwallpaper.com)
Ilustrasi. (forwallpaper.com)

dakwatuna.com – Hujan selalu mempunyai cerita, cerita tentangku di bawah payung. Aku berjalan mencari kendaraan, lalu menaiki angkot itu, angkot jurusan rumahku.

Kala itu hujan cukup deras, berhenti, hujan ringan, hujan sedang, berhenti dan terus seperti itu lagi. Padatnya lalu lintas, membuatku menghela nafas panjang penuh sesak. Aku melamun membayangkan ketika tiba di rumah lebih cepat.

Tapi, tiba-tiba seorang Bapak dengan cepat menaiki angkot itu, menaruh ikatan bambu yg cukup panjang di atasnya. Kupikir ia akan membuat sesuatu di rumahnya. Ia memegang bambu itu sambil berdiri, memegangi bambu-bambunya di atas, tubuhnya berada di pintu angkot itu. Ia kehujanan, membuatku sedih. Saat itu ia mencoba melempar kait untuk bisa mengikat bambunya, agar ia bisa duduk di dalam dan bambunya aman di atas. Tapi sayang, kaca angkot itu sulit dibuka, terpaksa ia harus tetap berdiri dan memegang bambunya disertai hujan yang mampu membuat bajunya basah.

Aku menahan pilu, tak bisa membayangkan itu. Pak supir pun memintanya untuk menaiki angkot lain, karena ia akan kebasahan bila terus seperti itu. Ketika ia turun, ternyata itu bukan sekedar bambu. Bambu itu adalah sapu ijuk berwarna hitam. Aku baru sadar ternyata ia penjual sapu yang mungkin hendak pulang ke rumah karena waktu sudah mulai malam. Aku terpaku, tak kuasa menahan tetesan air mata. Dalam hatiku berkata Ya Allah, mudahkanlah dia, lancarkan rizkinya, berikan ia kekuatan dan lindungan-Mu.

Terdiam dan melamun sejenak, tiba-tiba ku lihat 4 orang anak sedang asyik memakan es krim sambil berjalan santai bersama hujan. Bajunya basah, mungkin mereka habis bermain-main dengannya. Aku pun tersenyum.

Aku pun sadar, hujan selalu punya cerita. Cerita tentang perjuangan dan kebahagian, atau bahkan cerita yang lain. Kini hujanku, hujanmu, hujannya memberikan arti penuh makna dan membekas di jiwa. (dakwatuna.com/hdn)

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...
Mahasiswi di Politeknik Negeri Jakarta, prodi Penerbitan (Jurnalistik). Wanita yang mulai mengunggah tulisannya sedikit demi sedikit.

Lihat Juga

Jakarta Digenangi Banjir Lagi

Figure
Organization