Topic
Home / Narasi Islam / Sosial / Mencari Buah Ilmu

Mencari Buah Ilmu

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – “Sesungguhnya manusia terbaik yang ada di antaramu yaitu mereka yang paling baik akhlaknya dan paling banyak manfaatnya”. (HR. Bukhori dan Muslim)

Begitu banyak manusia yang ada di dunia ini. Semakin hari semakin bertambah jumlah kepadatan manusia, tapi hanya sedikit yang punya keinginan dan kemauan untuk melakukan perubahan. Dari sedikitnya yang melakukan perubahan tersebut, lebih sedikit lagi yang benar-benar melakukan perjuangan dan pengorbanan baik raga, jiwa, akal maupun hartanya. Dari sedikitnya yang melakukan perjuangan tersebut, lebih sedikit lagi diantara mereka yang bersabar. Dari sedikitnya yang bersabar itu lebih sedikit lagi orang yang benar-benar istiqomah dalam kebenaran dan kebaikan. Dari sedikitnya yang istiqomah tersebut, lebih sedikit lagi yang mampu berkonsolidasi dan menghasilkan karya sejati.

Amal yang disukai oleh Allah bukan hanya tergantung dari kuantitasnya tetapi lebih pada keistiqomahan atau konsistennya. Inilah yang menunjukkan kesungguhan hati dan rasa tanggung jawabnya.

Sudah menjadi naluri dasar manusia untuk mendapat pengakuan dan bermanfaat bagi sesama. Ketauhilah, tak ada satupun manusia yang terlahir di dunia ini, tanpa memiliki sebuah peran walau sekecil apapun peran tersebut.

Manusia harus bisa menjadi sebenar-benarnya manusia yang punya naluri dan kata hati untuk selalu melakukan kebaikan dan membawa kemanfaatan bagi kehidupan. Jika manusia menyadari hal tersebut, tak ada lagi yang menyalah-nyalahkan suatu agama apabila ia melakukan suatu keburukan dan kejahatan. Pada dasarnya tak ada satu pun agama yang ada di dunia ini yang memerintahkan pemeluknya untuk melakukan suatu keburukan dan kejahatan. Kalau ada, berarti  itu bukanlah agama.

Dalam agama Islam, hukum terbagi menjadi menjadi lima, yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Begitu pun manusia yang menurut Emha Ainun Najib juga terbagi menjadi lima.

  • Manusia wajib yaitu manusia yang keberadaannya harus ada. Dengan keberadaanya selalu ada perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik. Kehadirannya sangat dinanti-nantikan serta tak tergantikan.
  • Manusia sunnah yaitu manusia yang bisa membawa pada perubahan ke arah yang lebih baik tapi keberadaannya bisa digantikan oleh yang lain.
  • Manusia mubah yaitu manusia yang ada atau tidaknya sama saja, tak bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik tapi juga tak membawa kemudharatan atau kerusakan.
  • Manusia makruh yaitu manusia yang keberadaanya malah membawa kemudharatan atau kerusakan belaka.
  • Manusia haram yaitu manusia yang pasti membawa kerusakan dan perubahan yang selalu kearah negatif. Kehadirannya tak pernah dinantikan dan kalau bisa manusia ini cepat dimusnahkan.

Saat ini lahir pula kelompok-kelompok manusia. Ada yang bernama geng, komunitas, organisasi, jama’ah ataupun nama-nama yang lain. Seolah-olah menjadi trend masyarakat modern saat ini. Kelompok-kelompok ini pun terbagi menjadi 3 yaitu

  • Kelompok manusia kerdil, yaitu sekelompok manusia atau komunitas manusia yang acuh tak acuh dalam kebaikan dan perubahan. Mereka hanya memikirkan golongan atau kelompoknya sendiri. Kelompok ini biasanya merasa paling benar diantara yang lain.
  • Kelompok manusia biasa, yaitu kelompok manusia atau komunitas manusia yang hanya membicarakan suatu permasalahan tanpa memikirkan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
  • Kelompok manusia besar, yaitu kelompok manusia atau komunitas manusia yang selalu memikirkan ide-ide baru yang inovatif dan kreatif dalam menyelesaikan suatu masalah dan membuat perubahan besar dalam kehidupan ini.

Dalam kitab Bidayatul Hidayah karya Imam Ghazali dijelaskan bahwa manusia dibagi menjadi 3 jenis. Pertama, seperti makanan, yaitu mereka yang diperlukan dan dibutuhkan oleh setiap orang dan setiap saat. Kedua, seperti obat, yaitu mereka hanya dibutuhkan oleh orang tertentu dan saat-saat tertentu saja. Ketiga, seperti penyakit, yaitu mereka yang tidak dibutuhkan oleh semua orang kapanpun dan dimanapun.

Itu semua menjadi pilihan. Intinya mereka yang berjiwa besar, yaitu mereka yang mendedikasikan hidupnya untuk bermanfaat dan berguna bagi sesama. Sedangkan mereka yang berjiwa kerdil, yaitu mereka yang hidup hanya untuk mengurusi dan memenuhi kebutuhan diri sendiri”.

Begitu pula yang diajarkan oleh agama. “Demi waktu. Sungguh manusia berada dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan beramal sholeh serta saling menasehati pada jalan kebenaran dan juga kesabaran” (Q.S. Al-‘Asr [103]: 1-4).

Sungguh setiap manusia akan binasa, kecuali mereka yang berilmu. Sungguh mereka yang berilmu juga akan tiada kecuali mereka yang beramal. Dan Sungguh mereka yang beramal pun juga akan binasa kecuali mereka yang selalu ikhlas dalam melakukan segalanya.

Ada orang-orang yang ilmunya tinggi tapi ia terus belajar. Ada pula orang-orang yang ilmunya dangkal tapi ia sudah merasa pintar. Ada yang kebaikannya berlimpah tapi merasa hina. Ada yang keburukannya berlimpah tapi justru malah merasa mulia. Dua orang menghadapi masalah yang sama. Yang satu jatuh dan terpuruk, yang satu lagi bisa bangkit dan hidupnya terus tumbuh dan membaik.

Sungguh, Anda adalah nahkoda dan jenderal utama dalam kehidupan Anda. Seperti yang pernah dikatakan oleh Ibnu Taimiyah, “Surga dan tamanku ada di dadaku, kemanapun aku pergi ia selalu bersamaku dan tak pernah berpisah denganku. Jika aku dipenjara, maka itu adalah khalwat, jika aku dibunuh maka itu syahid, jika aku diusir maka itu tamasya. Aku bukanlah orang yang terpenjara, karena orang yang terpenjara adalah mereka yang dipenjarakan hatinya ditengah perjalanannya mencari Tuhannya, dan aku bukanlah orang yang ditawan karena orang yang tertawan adalah mereka yang ditawan oleh hawa nafsunya.”

Ingat satu hal yang selalu dikatakan orang-orang besar, “Jangan pernah berpikir apa yang bisa negara, keluarga, komunitas dan  agama yang bisa berikan padamu, tapi berpikirlah apa yang bisa kamu berikan untuk negara, keluarga, komunitas, dan agamamu.”

Tak jarang terucap do’a indah untuk Anda baik dari manusia, hewan, tumbuhan atau makhluk yang lain dengan bahasa mereka masing-masing. Lalu Tuhan pun mencintai Anda dan tersenyum manis kepada Anda hingga Dia pun selalu mencukupi kebutuhanmu dan membahagiakan kehidupan Anda di dunia maupun di akhirat kelak, lebih-lebih teruntuk anak cucu keturunan Anda.

Itulah inti kebahagiaan dan kenikmatan hidup serta buah dari selalu berbuat baik dan bermanfaat untuk sesama makhluk. Itu pulalah alasan utama Tuhan memberikan Anda kesempatan hidup di kehidupan dunia ini. Hidup hanyalah sekali maka berartilah dan bermaknalah dalam hidup ini.

Ketika kau lahir di dunia ini, engkau menangis sedangkan orang-orang disekitarmu tertawa bahagia melihat kehadiranmu. Namun tatkala kau mati dan meninggalkan dunia ini, maka tersenyumlah dan buatlah orang-orang disekitarmu menangis karena kepergianmu. Bukan salah manusia, terlahir dalam kondisi miskin dan tidak punya. Namun barulah menjadi salah ketika ia mati, jika tetap dalam keadaan miskin, dan tidak punya serta tidak mampu melakukan apa yang bermanfaat bagi sesama. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswa S1 Biolodi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Kadept. Syiar JIMM FST UNAIR dan Peserta PPSDMS Nurul Fikri angkatan VII Regional 4 Surabaya.

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization