Topic
Home / Keluarga / Pendidikan Anak / Sembilan Manfaat Olahraga Bagi Mental Anak Anda

Sembilan Manfaat Olahraga Bagi Mental Anak Anda

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi - Berolahraga kano. (Rosaria Indah)
Ilustrasi – Berolahraga kano. (Rosaria Indah)

dakwatuna.com – Selama liburan sekolah di Sydney, semua lapangan semarak dipenuhi anak-anak dengan berbagai rentang usia.  Ada yang main baseball, cricket, sepak bola, hand ball, rugby, serta segala jenis olahraga dalam suasana sukaria.  Para orang tua menemani anak-anak mereka bertanding sambil jogging, bersepeda ataupun membaca di tepi lapangan.  Sungai-sungai dan danau pun dikerumuni keluarga yang sibuk mengajarkan olahraga renang, mendayung dan ski air bagi anak-anak mereka.

Di sekolah-sekolah, pendidikan olahraga adalah salah satu pendidikan paling penting dan panduan bagi pendidikan anak usia 5 sampai 17 tahun di Australia merekomendasikan 60 menit olahraga setiap harinya bagi setiap anak.  Bahkan hingga tingkat pendidikan master pun sebagian universitas mewajibkan mahasiswanya untuk mengambil satu mata kuliah olahraga di semester pertama, pada jurusan apa pun tempat mereka menimba ilmu.  Mereka percaya bahwa tubuh yang bugar akan meningkatkan performa berfikir dan berkarya dengan signifikan.  Penelitian telah membuktikan bahwa mahasiswa yang menjadi atlet unggulan di perguruan tinggi rata-rata memiliki prestasi akademik yang lebih baik dari teman-temannya yang bukan atlet.

Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa olahraga memang memiliki banyak sekali manfaat bagi pertumbuhan anak.  Namun belumlah banyak artikel yang menguraikan manfaat olahraga bagi kesehatan mental anak.  Tentu kesehatan mental akan berkontribusi pada perkembangan kematangan sikap dan perilaku.  Pada artikel ini akan diuraikan sembilan manfaat olahraga bagi mentalitas anak, yaitu;

  1. Menjadi lebih mudah berteman.

Mengikuti olahraga dalam sebuah tim akan membuat anak menjadi lebih mudah bekerja sama sehingga akhirnya mudah berteman.  Sebuah penelitian di University of Alberta, Canada, menunjukkan bahwa saat mengikuti kegiatan olahraga, anak memiliki lebih banyak kesempatan untuk berteman dan memiliki teman, terutama teman akrab akan membuat anak merasa percaya diri dan diterima oleh lingkungannya.  Kemudahan seseorang untuk berteman sering disebut sebagai ‘camaraderie’ alias perasaan senang berbagi dengan teman.  Tentu hal ini berkontribusi bagi perkembangan kecerdasan sosialnya, yakni salah satu aspek dari 7 dimensi kecerdasan anak.  Walaupun ada kemungkinan terjadinya bullying dalam tim olahraga (sekitar 27% anak pernah dibully dalam kegiatan olahraga), lebih banyak anak yang mendapat manfaat dari olahraga daripada dampak negatifnya.

  1. Belajar dari kekalahan dan merasa tetap tenang walau kalah.

Sikap ini sering disebut sebagai ‘sportif’.  Memang dalam setiap pertandingan pasti ada yang kalah dan menang.  Namun kalah setelah melakukan usaha maksimal sangat dihormati dalam dunia olahraga.  Tidak ada yang merendahkan seseorang yang kalah namun ia nyata-nyata telah berusaha. Bahkan banyak pujian akan didapatkan seseorang yang telah menunjukkan kesungguhannya, walau akhirnya kalah.  Hal ini akan membuat anak menjadi pribadi yang tangguh, tidak cengeng dalam menghadapi kenyataan hidup yang juga kadang berhiaskan kekalahan.

  1. Menghormati aturan.

Anak-anak membutukan hidup yang teratur, bukan hidup yang semaunya tanpa aturan.  Berolahraga dengan aturan main yang jelas membuat anak belajar untuk mengikuti aturan tersebut, mau menerima arahan dan hukuman, menghormati orang lain sesuai aturan yang telah disepakati bersama.

  1. Mampu mengendalikan emosi.

Kecerdasan emosional adalah salah satu kemampuan yang menentukan kesuksesan seseorang.  Dalam dunia olahraga, emosi negative sangat berpengaruh kepada kinerja seseorang.  Saat anak dilatih untuk mengendalikan emosi dan kemampuannya meningkat, ia menjadi lebih paham bahwa pengendalian emosi akan membawanya lebih dekat kepada cita-cita yang ia inginkan. Laporan dari World Health Organization menyebutkan bahwa saat ini 1 dari 8 orang di dunia menderita gangguan kesehatan mental yang membuat mereka sulit mengendalikan emosi.  Cegahlah ketidakseimbangan emosi pada anak Anda dengan mendorongnya untuk berolahraga secara teratur, hingga menjadi kebiasaannya sampai dewasa dan tua.  Jika anak Anda sudah terlanjur menderita gangguan emosi, olahraga terbukti menjadi salah satu terapi pendukung yang sangat baik, terutama pada kasus depresi dan anxietas.

  1. Meningkatkan rasa percaya diri.

Sebuah penelitian yang dimuat di Jurnal of Development and Behavioral Pediatrics telah membuktikan bahwa olahraga dapat meningkatkan rasa percaya diri anak.  Saat ia diberi tepuk tangan, ditepuk bahunya dengan rasa bangga dari pelatihnya, jabat tangan yang erat atau pelukan dari teman (walaupun saat kalah) adalah hal-hal yang membangun karakter yang mandiri dan percaya diri.  Terlebih lagi jika ia didukung dengan harapan dan kehadiran dari orang tua, maka hal itu akan sangat membangun karakter yang tangguh di masa depan.  Maka, jika anak Anda bertanding, tanyakan padanya : ”Bagaimana pertandingan tadi?” atau tanyakan “Bagaimana tadi, apa kamu senang?” pertanyaan-pertanyaan itu akan jauh lebih baik daripada “Apa kamu menang?”.  Yakinkan anak Anda bahwa menang atau kalau tidaklah penting, yang terpenting adalah kebahagiaan dan kesenangan yang didapatnya dalam berolahraga.

  1. Belajar bersabar.

Tidak banyak anak yang sangat berbakat. Sebagian besar anak harus berlatih keras, dan latihan dengan sungguh-sungguh penuh kesabaran.  Olahraga dapat menjadi sarana untuk melatih kesabaran, karena tidak seperti menginginkan sesuatu di toko, performa yang baik dalam olahraga bukanlah hal yang dapat dibeli.  Ia diperoleh melalui latihan jangka panjang.  Seperti itu juga kesuksesan, memerlukan usaha yang panjang dan kesabaran berlipat ganda.

  1. Kemampuan bekerja sama.

Berolahraga dalam sebuah tim akan memaksa anak untuk memahami kelebihan sekaligus kelemahan teman, dan menerima sang teman apa adanya.  Sebaik apa pun seseorang, jika ia hanya bermain sendiri, tanpa mau melibatkan temannya maka ia akan lebih mudah gagal.  Demikian juga dalam hidup, kemampuan kolaborasi adalah sangat penting bagi seseorang yang ingin sukses.

  1. Mengurangi egoisme.

Apakah anak Anda cenderung mementingkan diri sendiri? Ajaklah ia berolahraga dalam tim, karena di sana ia diajarkan untuk mementingkan tujuan tim di atas tujuan pribadi.  Seperti pada permainan sepak bola, perlu berbagi bola dengan teman untuk membangun suatu serangan.  Anak yang senang berolahraga biasanya tumbuh menjadi pribadi yang mampu menghargai orang lain, karena ia sadar egoisme tidak akan memperbaiki permainannya.

  1. Ketahanan jangka panjang.

Dalam sebuah pertandingan ada saatnya tim menguasai lapangan, ada saat dikuasai lawan.  Kadang menang, kadang juga kalah.  Olahraga dapat menjadi tempat dimana emosi turun naik dengan cepat.  Sebuah penelitian dimuat di jurnal Youth and Adolescent menyimpulkan bahwa partisipasi anak dalam olahraga dapat meningkatkan ketahanannya dalam pendidikan, sehingga dapat meningkatkan prestasi akademik, ketahanan terhadap stress dan mengurangi masalah-masalah pribadi terkait penyalahgunaan obat dan pergaulan.  Hal ini tentu tidak mengherankan karena dalam olahraga anak harus menjalani latihan yang sungguh-sungguh, menerima kekalahan dengan lapang dada, belajar dari kesalahan, kembali berlatih setelah kalah ataupun menang.  Jika anak belajar hal-hal tersebut semenjak kecil, tentu akan lebih baik daripada merasakannya ketika ia telah dewasa.  Selain itu tentu saja pertumbuhan anak lebih baik, namun tubuh yang bugar itu juga dilengkapi dengan mental yang tangguh.

Lalu, bagaimana caranya agar orang tua mampu memotivasi anak untuk berolahraga? Mungkin tips berikut akan berguna bagi Anda:

  1. Ajak anak untuk terlebih dahulu berolahraga untuk bergembira, bukan untuk berkompetisi.  Rata-rata anak baru siap bertanding setelah usia mereka mencapai 8 atau 9 tahun.  Tetapi tentu setiap anak berbeda kesiapan pribadinya.  Jadi, aturlah olahraga yang mereka sukai, lakukan dengan gembira bukan untuk mendapat kemenangan.
  2. Jelaskan tentang aturan main dalam olahraga, namun jangan terlalu keras menerapkannya, karena mungkin sekali anak-anak mampu memahami aturan, tapi tak selalu mampu mematuhinya, sampai ia sudah lebih besar dan dewasa.
  3. Dukung mereka untuk selalu berolahraga tiap hari, walaupun hanya berjalan kaki di sekitar rumah. Yakinkan bahwa jenis olahraga sangat banyak, dan jika bosan dengan satu jenis, mereka dapat mencoba jenis yang lain.  Ingatlah bahwa anak-anak memiliki sifat mudah bosan dan senang mencoba sesuatu yang baru.
  4. Kegiatan di air memang menyenangkan, tapi harus selalu diawasi.
  5. Berikanlah teladan yang baik bagi anak. Anda juga perlu memberi contoh dengan melaksanakan olahraga harian walaupun hanya 30

Olahraga bukan hanya menghasilkan tampilan fisik yang kuat dan membanggakan.  Lebih penting lagi, olahraga dapat memudahkan tugas orang tua untuk membentuk pribadi yang tangguh.  Hal ini dapat dilakukan pada banyak olahraga, bukan hanya olahraga tertentu.  Selain itu, tentu mendorong anak untuk berolahraga merupakan ibadah, karena sesuai dengan perintah dari Rasulullah SAW yang ditujukan kepada para orang tua:”

“Hak anak dari seorang ayahnya ialah hendaknya ayahnya mengajari menulis, berenang, memanah, dan memberi rezeki yang halal” (HR. Tirmidzi). (dakwatuna.com/hdn)

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
PhD students at School of Education and Social Work, The University of Sydney, Australia. Medial teacher at Faculty of Medicine, Syiah Kuala University. Researcher at Tsunami Disaster and Mitigation Research Center

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization