Topic
Home / Berita / Opini / Pembela LGBT Sepertinya Tidak Pernah Jadi Guru TK

Pembela LGBT Sepertinya Tidak Pernah Jadi Guru TK

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Haramnya LGBT (inet)
Haramnya LGBT (inet)

dakwatuna.com – Sejak munculnya LGBT banyak kalangan yang membelanya. Baik mareka yang mengatasnamakannya UUD, kebebasan, hak keamanan bagi kalangan minoritas, genetic dsb. Tidak aneh sih sebenarnya, karena itulah kerusakan moral yang pernah dilakukan oleh umat terdahulu dan suatu kepastian para pelaku dan pendukungnya akan mencari pembenaran dari seluruh sisi serta pembelaan.

Tapi yang aneh adalah ketika ada ayat Alquran yang diperkosa untuk membenarkan perilaku keji ini. Yaitu dengan dengan menjadikan Qs. Al-Waqi’ah : 17, Al-Insan : 19 dan Ath-Thur : 24 sebagai ayat mendukung perilaku LGBT. Terlalu memaksa. Sepertinya mereka tidak pernah menjadi guru TK/SD. Pikirannya cuma mesum. Kebahagiaan hanya dinilai dengan standar kenikmatan perut dan apa yang di bawah perut. Penilaian yang nihil dan terlalu rendah. Mareka menilai ayat ini dari segi seks. Kebahagiaan melihat anak-anak kok dinilai dari segi seks. Na’udzubillah.

Mereka sepertinya tidak pernah merasakan betapa bahagia seorang guru TK atau SD yang mengajar murid-muridnya hafal juz 30 sehingga semua bisa. Padahal sebelumnya para murid berawal dari 0.

Mareka tidak paham betapa seorang guru TK dapat menyembuhkan stress yang diakibatkan dari kehidupan rumah, sosial dan ekonominya ketika bertemu dengan keluguan dan keunikan anak-anak saat bermain, berlari dan bertaburan di hadapannya. Apalagi anak-anak di usia belia tersebut sudah mengerti adab dan sudah bisa menghargai orang lain serta sadar tidak menyakiti yang lain dalam bermain dan berlari. Semua beban buyar saat melihatnya. Dan sang gurupun akan tersenyum bahagia. Bahkan mata bisa mengeluarkan bening-bening putih. Terharu melihat adab-adab mereka.

Mareka sepertinya juga tidak paham bahwa betapa bahagianya seorang guru bisa memberikan kasih sayang terhadap anak-anak. Betapa bahagianya seorang guru yang bisa membahagiakan murid-muridnya yang masih kecil, membuat mereka ceria dan bisa diam dari tangisannya. Betapa bahagianya seorang wanita yang di depannya banyak bayi-bayi dan dia dapat menggendongnya satu per satu. Apakah mareka mengerti tentang kebahagiaan itu?

Sepertinya di tengah-tengah kemerosotan adab saat ini mereka tidak pernah merasakan betapa senang dan bangganya seorang guru ketika dia sedang duduk di depan kelas, tiba-tiba ada anak usia kelas 3 SD datang menyungguhnya air teh. Ketika gurunya datang semua berkerumun menyalaminya satu persatu dan menenteng tas gurunya sampai ke kelas. Ada kebahagiaan tersendiri dalam diri guru yang telah mampu menanamkan nilai adab yang tinggi pada diri mereka.

Karena mereka tidak berakhlak dengan ayat Allah mungkin mereka tidak pernah merasakan perilaku adab yang sama dari anak-anak kecil.

Kebahagiaan di sini bukanlah kebahagiaan seks. Sangat nihil kalau itu konklusinya. Tapi ini adalah kebahagiaan terdalam yang terletak pada diri manusia.

Apakah mareka tau betapa bahagianya seorang nenek yang di sekelilingnya berkumpul cucu-cucunya dengan pakaian baru, indah dan rapi. Apakah pandangan kebahagian nenek saat itu adalah pandangan seks? Astaghfirullah..

Begitu juga di Surga, Allah akan menampakkan di hadapan kita wildaan (anak-anak kecil) dengan gelas cantik di tangannya. Mereka seperti mutiara yang bertebaran. Sehingga yang melihatnya akan bahagia. Di Surga merupakan kumpulan berbagai kebahagiaan. Kebahagiaan apa saja yang ada di dunia akan ada di Surga, tapi berlipat-lipat ganda. Wallahu’alam. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Program Polisi Pi Ajar Sekolah, Pengabdian Polisi Jadi Guru SD dan TK

Figure
Organization