
dakwatuna.com – Para guru di berbagai tingkatan sekolah, mulai taman kanak-kanak hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) / sederajat, bertanggung jawab menumbuhkan persatuan dan kesatuan Indonesia di jiwa masing-masing siswa mereka.
Hal itu ditegaskan, anggota MPR / DPR RI asal Daerah Pemilihan Kaltim – Kaltara, H Hadi Mulyadi, ketika melakukan sosialisasi “Empat Pilar MPR RI”, yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika, di hadapan guru-guru Sekolah Islam Terpadu (SIT) di Tenggarong, Kutai Kartanegara, Jumat (15/4/2016).
“Guru harus memupuk rasa nasionalisme di hati para siswa mereka, menjaga mereka jangan sampai tercerai berai dan tetap berada dalam ikatan persatuan kesatuan Indonesia,” kata pria murah senyum, yang popularitas dan elektabilitasnya terus menanjak sebagai calon Gubernur Kaltim 2018 – 2023 tersebut.
Menurut Hadi Mulyadi, melalui persatuan dan kesatuan Indonesia , paling tidak tiga hal yang dapat dilakukan, yakni menjalin rasa kebersamaan dan saling melengkapi antara satu sama lain, menjalin rasa kemanusiaan dan tingginya sikap saling toleransi serta keharmonisan untuk hidup secara berdampingan dan menjalin rasa persahabatan, kekeluargaan serta sikap saling tolong menolong antar sesama dan bersikap nasionalis religius.
Ditambahkan, Bangsa Indonesia dikenal dengan keberagamannya, mulai dari suku, ras, agama, budaya, kebiasaan, dan bahasa, membuatnya dikenal sebagai bangsa yang majemuk, banyak corak dan memiliki latar belakang beragam.
“Banyak negara yang terpecah-pecah karena perbedaan agama, tapi bangsa Indonesia bisa menyatukan enam agama. Banyak negara tercerai berai karena perbedaan suku, namun rakyat Indonesia mampu menyatukan lebih 400 suku bangsa. Banyak negara harus berpisah karena bahasa, namun penduduk Indonesia dapat menyatukan ratusan ragam bahasa daerah dengan bahasa persatuan Indonesia. Karunia Allah berupa persatuan dan kesatuan ini harus kita syukuri bersama, dengan jalan merawatnya,” kata anggota Komisi II DPR RI, yang membidangi Pemerintahan Dalam Negeri, Otonomi Daerah, Aparatur Negara, dan Agraria tersebut.
Menurut wakil rakyat kelahiran Samarinda, 9 Mei 1968, jebolan strata satu (S1) matematika Fakultas MIPA tahun 1995 dan magister sains (S2) ilmu ekonomi Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar tahun 2004 itu, tantangan Indonesia ke depan sangat berat, baik akibat pengaruh dari luar, maupun dinamika yang terjadi di Indonesia sendiri.
Meskipun begitu, Hadi Mulyadi mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya para guru Sekolah Islam Terpadu, untuk terus menggelorakan semangat persatuan dan kesatuan Indonesia, terutama di kalangan anak didik, menjaga kekompakan dan tetap saling tolong menolong dalam hal kebaikan, sehingga seberat apa pun tantangannya, bangsa ini dapat menghadapinya.
“Saya tak pernah bosan menyampaikan bahwa, Kebersamaan, persatuan kesatuan, semangat tolong menolong dalam hal kebaikan, merupakan modal utama bangsa kita untuk bisa maju dan jaya, dengan rakyat yang adil, makmur , sejahtera,” kata Anggota Majelis Syuro dan Sekretaris Lajnah Tadrib Dewan Syariah (DSP) Pusat Partai Keadilan Sejahtera tersebut.
Pada pertemuan tersebut Hadi Mulyadi juga mengimbau seluruh elemen masyarakat, khususnya para guru Sekolah Islam Terpadu, untuk terus menjaga keharmonisan hidup berbangsa dan bernegara, karena hanya dengan hidup yang aman, tanteram dan damai, bangsa Indonesia bisa membangun secara bersama-sama, demi kejayaan Indonesia, khususnya Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, di masa depan.
Wakil rakyat yang mempunyai hobi menulis puisi ini juga mengingatkan, menjaga keutuhan NKRI adalah kewajiban semua warga negara. Masalah-masalah yang menjadi faktor disintegrasi bangsa harus diselesaikan sejak dini oleh seluruh komponen bangsa. Perpecahan antar suku, masalah narkoba, terorisme, radikalisme dan lain sebagainya harus menjadi perhatian serius bagi seluruh anak bangsa Indonesia, untuk dituntaskan sebaik-baiknya, tanpa menimbulkan ekses baru dari penyelesaian masalah itu.
“Masalah lesbian, gay, biseksual dan trans gender (LGBT) juga harus menjadi perhatian kita bersama, karena hal itu bertentangan dengan ajaran agama dan nilai-nilai ketimuran yang kita anut,” kata pendukung fanatik tim sepakbola asal Inggris, Arsenal dan tim sepakbola asal Spanyol, Real Madrid tersebut. (adv/sbb/dakwatuna)
Redaktur: Saiful Bahri
Beri Nilai: