Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Pesona Selfie dan Hati

Pesona Selfie dan Hati

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (freepik.com)
Ilustrasi. (freepik.com)

dakwatuna.com – Seseorang berkata, “Aku selfie karena ku mencintai diri ini. Dan bangga dengan yang Allah karuniai pada diri”

Salahkah kita mencintai diri kita ? Tak layak kah menampakan rasa syukur itu kepada khalayak umum ? bukankah menampakan keceriaan, senyuman merupakan sebuah shodaqoh ? lantas mengapa mesti repot hati-hati dengan selfie ?!

Sahabat, tidaklah salah seseorang yang mencintai dirinya. Rasulullah SAW mengajarkan kita Thoharoh (bersuci), menggunakan wewangian, dan berprilaku yang sopan merupakan agar kita bisa mencintai diri kita dengan sebagaimana mestinya. Dan Allah sangat mencintai hamba-Nya yang senantiasa bersyukur atas nikmat, bahkan Allah berjanji akan melipatgandakan nikmat kepada ia yang bersyukur.

Terkadang, hati ibarat kapas yang mudah terbolak-balikan oleh angin. Dan terkadang pula hati bagai mangrove yang kuat walau dihempas ombak dan badai berkali-kali. Hingga Rasulullah pun selalu berdoa “Ya Allah, wahai zat yang membolak-balikkan hati, kuatkanlah hati ku agar senantiasa taat kepada-Mu”. Inilah hati yang harus kita jaga, agar tak ada penyesalan di kemudian hari.

Penyair cinta mengatakan “Dari mata turun ke hati”. Seperti inilah tabi’at manusia yang mudah terpesona keindahan. Mengagumi kesempurnaan yang terlihat oleh pandangan. Tak sedikit yang menjadi korban ‘pandangan’ lantas Iman pun terabaikan. Tak sedikit yang menjadi korban hingga kehormatan rela di campak kan. Dan tak sedikit pula yang menjadi korban hingga akhirnya keluarga berantakan. Kawan menjadi lawan, hilangnya manisnya persaudaran, dan runtuhnya benteng keimanan.

Sungguh Allah Maha pengasih dan Maha penyayang. Dalam Firman-Nya, mewanti-wanti hamba-Nya baik itu pria atau wanita untuk senantiasa menjaga pandangan agar tak berujung penyesalan. ”Katakanlah kepada laki-laki yang beriman,’Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’” (QS. An-Nur : 30)

Kita memahami bahwa tak akan ada asap bila tak ada api. Maka tak akan ada yang dipandang bila tak ada yang tampak tuk dipandang. Di era informasi kini selfie seakan menjadi tradisi. Para gadis bergaya manis agar eksis. Edit sana-sini supaya tampak sempurna di mata manusia. Dan peria bergaya gagah agar tampak ‘WAH’. Di sinilah setan menjalankan strateginya.

Berawal dari memberi ‘like’ pada hasil selfinya dan akhirnya ‘like’ pada pemilik foto. Berawal dari memberi komentar pada foto hasil selfinya hingga berujung mengomentari keseharian pemilik foto. Bila sudah seperti ini maka hatilah yang menjadi korban. Riang gembiralah setan strateginya berjalan lancar.

Hati-hati selfie bila tak ingin sakit hati. Maksud hati mempublikasi keceriaan, justru malah bisa menjadi strategi setan menjerumuskan. Membutakan hati untuk mencintai lawan jenis yang belum pantas dicintai. Terjebak dalam rekayasa cinta yang penuh dengan dusta karena di buat makhluk pendusta sepanjang masa yakni setan.

Ialah Uwais Al Qorni, sosok sahabat yang sungguh menakjubkan. Dirinya tak di kenal di dunia sebab ia miskin di mata manusia. Namun, sungguh menakubkan ternyata ia mulia di sisi Allah SWT. Hingga ia selalu menjadi perbincangan para malaikat pencatat kebaikan.

Kini pilihan itu ada pada kita. Tetap menampilkan pesona ‘selfie’ tuk pujian. Ataukah menjaga pesona akhlaq kita agar diri ini menjadi perbincangan para penghuni langit yang mencatat kebaikan. Semoga Allah melindingi kita dari segala fitnah dan mengistiqomahkan dalam kebaikan. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Alumni Ma'had Al An nuaimy. Ma'had Binaul Ummah Kuningan. Ma'had tahfidz Salim Awwad Al jandal

Lihat Juga

Amal Spesial, Manajemen Hati

Figure
Organization