Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Panas itu Tentara Allah

Panas itu Tentara Allah

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Cuaca panas yang melanda Jakarta (ilustrasi).  (liputan6.com)
Cuaca panas yang melanda Jakarta (ilustrasi). (liputan6.com)

dakwatuna.com – “Andai kata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu” (Al-Mu’minun : 71)

Kita, dan banyak manusia lain seringkali berharap dan berandai; tentang cuaca, bagaimana selalu nyaman, tentang kehidupan; bagaimana agar tetap damai, tentang nikmat; bagaimana agar selalu bertambah. Padahal Allah lebih tahu apa yang terbaik, dan beginilah kehidupan kita akhirnya, bersyukur jika diberi, bersabar jika diuji. Kesemuanya berujung satu; untuk dipilih mana yang sukses menjadi hamba, mana yang gagal.

Termasuk ini; panas. Seringkali manusia berandai-andai jika setiap hari adalah musim semi, tak panas tak jua dingin. Pula, ada yang mengharap cuaca dingin senantiasa, agar nyaman tertidur, agar nikmat berrehat. Cuaca panas telah Allah siapkan untuk menjadi satu dari sekian fase cuaca di kehidupan kita. Maka padanya ada manfaat, maka darinya ada nilai, maka olehnya kita diuji. Pernahkan sampai fikiran kita mentadabburi; bahwa panas di akhirat lebih dahsyat dari yang kita alami sehari-hari?

“Mentari didekatkan”, tutur Nabi Muhammad, “ketika hari kiamat, untuk semua makhluk, sampai-sampai jarak antara mereka dan mentari hanya 1 mil. Manusia kala itu merasakan sesuai apa yang ia lakukan di dunia. Keringat mereka ada yang sampai ke lututnya, ada yang mencapai pahanya, ada yang mencapai tengah badannya, sampai ada yang tenggelam oleh keringatnya sendiri”.

Bisa terbayang betapa panas saat-saat itu? Bandingkan dengan hari-hari panas di dunia kita, sesederhana itu saja kita telah mengeluh. Bagaimana nanti? Naudzubillah.

“Mari membayangkan”, tutur Imam Abu Hamid Al-Ghazali, “keringat orang-orang yang berkumpul di padang Mahsyar di hari kiamat, begitupula kesusahan yang mereka alami. Diantara mereka ada yang melolong sembari memohon, ‘Ya Rabb, istirahatkan aku dari kesulitan dan penantian panjang ini walau di neraka!’, padahal mereka belum pula dihisab, apalagi dihukum, dan saat itu engkau adalah salah satu dari mereka”. Kita? Tak pernah sekalipun membayangkan bagaimana bisa keringat kita mencapai mata kaki kita, ternyata nanti bahkan ada yang tenggelam karena keringatnya sendiri. Bukankah dengan panas di bumi ini, kita mestinya bertanya pada hati?

“Ya Allah, Aku berlindung dari panasnya siksaan-Mu”

“Maka”, kata salah seorang guru yang melihat santri-santrinya mengeluh kepanasan, “ketahuilah, bahwa keringat yang keluar bukan karena berjuang di jalan Allah, berhaji, berjihad, berpuasa, menolong kesulitan saudaranya, memperjuangkan kebenaran dan menyingkirkan kemungkaran, kelak akan menjadi keringat yang keluar karena ketakutan atas siksaan di hari penghakiman kelak”.

MasyaAllah, andaikan semua anak Adam terlepas dari kejahilannya, mereka akan menyadari bahwa kelelahan di dunia ini disebabkan karena taat pada Allah, adalah lelah yang amat singkat.

Ya, sangat singkat, dibanding siksaan dan penantian yang panjang sembari menderita kepanasan di padang Mahsyar. Naudzubillah.

Ialah panas, satu dari sekian banyak tentara Allah. Maka jika sebenar-benar taat kita telah maksimal dilakukan, sejatinya akanlah ridha terhadap semua yang Allah berikan. Dingin mengingatkan kita untuk bersyukur dan mendamba naungan surga. Musim semi mengingatkan kita tentang kebun-kebun yang berbuah, bunga-bunga mekar, menunjukkan bahwa Allah mahakuasa menghidupkan setelah mematikan. Dan panas, memang terik, namun ia ingatkan kita untuk mawas diri, dan mempersembahkan ‘peluh’ ketaatan kita, agar kelak ia tak deras tertetes di padang Mahsyar karena kelalaian kita. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Universitas Al-Azhar Cairo, Mesir | Alumni SMPIT Ihsanul Fikri Mungkid Magelang | Alumni Ponpes Husnul Khotimah Kuningan

Lihat Juga

Misi Balas Dendam, Tentara Zionis Israel Dobrak Puluhan Rumah di Palestina

Figure
Organization