Relawan Sekolah Literasi Indonesia untuk Negeri

Sekolah Tapal Batas. (Achmad Salido)

dakwatuna.com – Sekolah Tapal Batas, demikian orang-orang akrab menyebutnya. Padahal secara istilah penamaan, sekolah-sekolah sekitar juga seharusnya berhak mendapat julukan yang sama. Namun uniknya ketika disebut nama Sekolah Tapal Batas, maka mayoritas orang mengarah pada sekolah ini. Sehingga tak jarang memunculkan kecemburuan sosial di sekolah-sekolah sekitar yang sederajat. Madrasah Ibtidaiyah Darul Furqon namanya. Lokasinya berada di Sei Limau Kecamatan Sebatik Tengah Kabupaten Nunukan. Sekolah ini berada di bawah yayasan Ar Rasyid bersama dengan PAUD Al Ikhlas, Madrasah Diniyah, Keaksaraan Fungsional untuk masyarakat yang buta aksara dan program Paket A, B dan C.

Madrasah Ibtidaiyah lahir dari kepedulian seorang Ibu terhadap keterbatasan pendidikan anak-anak TKI yang tinggal di daerah Malaysia. Wanita itu oleh penduduk sekitar akrab dipanggil dengan sebutan Ummi Suraidah. “Anak-anak TKI yang tinggal dalam kongsi-kongsi di Malaysia sama sekali belum pernah merasakan yang namanya sekolah. Mereka dikondisikan sebagai pekerja untuk menggantikan orang tua mereka ketika sudah tidak mampu bekerja. Sehingga hati saya terpanggil untuk membuat sekolah bagi anak-anak tersebut” Tutur Ummi. Tidak ada pungutan biaya bagi anak-anak di sekolah ini. Bahkan seragam sekolah diusahakan oleh Ummi sendiri lewat kerjasama dengan berbagai pihak. Setiap pekan Ummi selalu menyempatkan diri berkunjung ke kongsi-kongsi TKI di Bergusung Malaysia untuk menyasar anak-anak sambil mengajak mereka sekolah. Alhamdulillah tahun ini, Madrasah Ibtidaiyah Darul Furqon telah berjalan selama dua tahun. Telah terbentuk kelas 1 dan kelas 2 dengan total siswa 36 orang.

Meskipun telah berjalan selama dua tahun, sekolah ini bukan berarti tidak ada masalah di dalamnya. Masalah sumber daya manusia dan program kurikulum masih perlu dipoles dan diperbaiki. Karena awalnya sekolah ini terbentuk atas dasar kepedulian dan keikhlasan, maka insentif pengajar tidak serutin yang ada di sekolah-sekolah lain. Kebutuhan hidup yang kian hari semakin meningkat juga terkadang membentur keikhlasan. Sehingga masalah mempertahankan ekstensi SDM sesuai niatan awal di tengah meningkatnya harga-harga kebutuhan hidup menjadi sesuatu yang krusial. Alasan utamanya adalah anak-anak itu tidak memiliki akta kelahiran. Orang tuanya pun tidak memiliki buku nikah, kartu keluarga ataupun Kartu Tanda Penduduk.

Tahun ini, saya bersama satu orang rekan dari Sekolah Literasi Indonesia ditempatkan di Madrasah Ibtidaiyah Darul Furqon. Kami akan mengabdi di sekolah ini selama satu tahun untuk menjalankan sebuah program. Program utama kami adalah memperbaiki budaya sekolah dan sistem instruksional yang ada di sekolah. Program ini merupakan program utama Sekolah Literasi Indonesia yang dijalankan oleh Makmal Pendidikan di bawah naungan Yayasan Pendidikan Dompet Dhuafa. Harapan besar kami adalah sekolah ini nantinya bisa mandiri dan menjadi sekolah model yang ada di kecamatan Sebatik Tengah. Untuk menjalankan program ini di awal kegiatan, kami melakukan pengukuran performa sekolah. Alat yang kami gunakan dalam pengukuran performa sekolah adalah MPC4SP 2.0 (Makmal Pendidikan Criteria For School Performance versi 2.0) produk dari laboratorium Makmal Pendidikan. Setelah pengukuran, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis SSD (School Strategic Discussion) untuk menemukan masalah utama yang ada di sekolah. Selanjutnya langkah perbaikan akan dilaksanakan dalam dua aspek yaitu In-Leading (Instructional Leadership Coaching) dan E-Leading (Educational Leadership Consulting). Program ini akan dilaksanakan secara bertahap konsisten sesuai tahapan-tahapannya dan terjadwal.

Selain program Sekolah Literasi melalui pendampingan sekolah, kami juga membawa program pemberdayaan masyarakat berbasis literasi. Ide dan program besar ini merupakan wujud kepedulian kami terhadap perbaikan pendidikan di Indonesia. Bukan untuk menunjukan siapa yang terbaik, namun untuk menjadi bagian dari batu bata pembangunan nasional lewat perbaikan pendidikan. (dakwatuna.com/hdn)

Konten ini telah dimodifikasi pada 24/03/16 | 06:52 06:52

Guru Konsultan Yayasan Pendidikan Dompet Dhuafa
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...