Topic
Home / Pemuda / Cerpen / Hijrah Zulfa

Hijrah Zulfa

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Hari yang indah bagi semua pelajar seluruh Indonesia. Hmm, bagaimana tidak hari ini adalah hari pertama mereka masuk sekolah. Pelajar dari TK hingga SMA semua berbondong-bondong menuju sekolahnya masing-masing atau ke sekolah baru mereka. Maklumlah, tahun ajaran baru saja dimulai. Selama beberapa minggu menghabiskan waktu liburan dengan jalan-jalan bersama keluarga ke tempat rekreasi, atau sekadar jalan-jalan di mall, atau juga bagi yang tidak punya kegiatan menarik saat liburan adalah saatnya tidur di rumah. Hayoo, siapa yang begitu?

Suasana pagi yang ’merepotkan’, semua kendaraan umum penuh sesak dengan anak sekolah. Tak terkecuali dengan Zulfa, pagi ini ia harus berangkat ke sekolah lebih awal. Dia memang bukan anak yang terlalu aktif berorganisasi di sekolahnya. Namun, kebiasaannya adalah berangkat sekolah lebih awal. Disiplin. Itulah yang ayahnya tanamkan sedari Zulfa kecil. ”Masya Allah, pagi ini aku bisa telat. Huft.” batinnya. Entah mengapa yang biasanya pagi hari yang suasana sejuk, angin semriwing, agaknya pagi ini sangat panas dan pengap. Bus yang di tumpangi Zulfa penuh sesak dengan anak sekolah dan para pekerja.

***

Zulfa adalah seorang pelajar SMA yang baru naik kelas 2. di sekolahnya ia sebagai salah satu anggota OSIS, jadinya pagi ini ia ’sedikit’ menjadi sibuk mengurus MOS di sekolahnya.

***

”Akh Fuad, saya membimbing gugus 7 dengan antum ya?” tanyanya pada Fuad, salah seorang anggota OSIS.

”Ehm, iya ukh, anti sih kemarin gak ikut rapat” jawab Fuad.

”Afwan saya ada keperluan keluarga akh” jelas Zulfa.

Fuad segera melangkah ke lapangan dan menyiapkan barisan anak-anak baru, Zulfa mengikuti.

***

Suasana MOS menyenangkan. Tiba di hari terakhir mereka, para murid baru menamatkan ’penderitaan’nya. Penderitaan? Ah tidak, ini semua hanya untuk melatih mental mereka supaya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah mereka yang baru.

Zulfa teringat akan masa-masa MOSnya setahun yang lalu. ”Masa-masa yang sulit untuk di lupakan” ucapnya sembari tersenyum. Gadis berlesung pipi ini awalnya merasa minder masuk ke sekolah umum ini. Semula ia ingin sekali masuk pesantren. Namun, biaya di pesantren di kota ini lumayan mahal. Sementara ia dan keluarganya bukan berasal dari keluarga berada. Tinggal berempat di rumah yang tidak terlalu besar bersama adik perempuan serta kedua orangtuanya. Ia sebenarnya beruntung bisa masuk sekolah negeri, di mana biaya masih bisa diperhitungkan. Apalagi Zulfa termasuk salah seorang siswi yang berprestasi.

Gadis itu minder karena ia berpakaian sedikit beda dengan yang siswi lain. Yang membedakan ialah jilbabnya yang menjuntai hingga perut, menutupi dada. Bajunya yang kebesaran, kaki yang dengan di balut kaos kaki. Mulanya ia ingin sekali memendekkan jilbabnya itu karena salah satu guru yang menegur pakaiannya yang menurut sang guru tidak sesuai dengan peraturan sekolah. Astaghfirullah!!! Tapi tidak ia lakukan. Zulfa berkali-kali bertanya pada hatinya, apakah dengan memendekkan jilbab membuatnya menaati aturan sekolah tetapi melanggar perintah Allah?

Pikirnya ”Untuk apa aku harus menuruti selera mereka. Biarlah, asal Allah menyukaiku seperti ini, untuk apa aku menuruti mereka sedangkan mereka tak tahu bahwa ada yang mengawasi mereka? Aku hanya ingin mematuhi aturan Allah.. bukankah Allah sudah memerintahkan hal ini dalam firman-Nya? ”Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab:59) apa aku salah? Kenapa mereka seolah menghakimi aku dengan penampilanku seperti ini??”

”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-ankabut:2-3)

”Mungkin ini hanya secuil ujian untukku.. sabarr… ”Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah:153)

***

Kini ia hanya bisa mengingat kata-kata dalam hatinya yang sudah ia tanamkan sejak dulu. Sabar. ”Ayah dan Ibu tidak melarangku kok, mengapa mereka sibuk denganku? Jika Allah senang dengan perubahanku, mengapa mereka justru menganggapku aneh? Biarlah, Allah Maha Tahu segala hati hambanya. Ya Allah, ya Rabb hamba.. bukakanlah pintu hati mereka… aamiin”. Ya. Hanya itu kalimat yang ia ulang-ulang dalam hatinya jika dalam keadaan terpojok.

***

Suatu kali, Zulfa bertemu dengan kakak kelasnya semasa SMP dahulu. Kak Rini namanya, penampilannya mirip dengan gadis itu. Zulfa merasa memiliki rekan seperjuangan. Kak Rini kemudian yang membimbing Zulfa, mengajarkan tentang keislaman yang selama ini banyak belum diketahuinya. Tidak hanya Zulfa, namun ada ketiga temannya Lia, Sari, dan Aini. Mereka rutin mengadakan liqo setiap satu minggu sekali.

Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu”. (HR. Ath-Thabrani)

Kini Zulfa semakin menikmati hidupnya, ia tak minder lagi dengan jilbab panjang menutup dada yang dikenakannya itu. Sudah biasa ia dengan ejekan-ejekan yang sangat sering di luncurkan teman-temannya. Mulai dari ”Zulfa kedinginan ya? Sekolah kok bawa-bawa selimut? Haha” terus ”Zulfa mau jadi wonder women ya? Jubahnya di pake mulu”. ”Iya, aku mau terbang, mencari ilmu Allah.” jawabnya dalam hati setiap mendengar lontaran ledekan dari teman-temannya itu. Dia hanya menanggapi dengan senyum diikuti kedua lesung pipinya itu. Hemm. Lia dan Sari juga sedang belajar mengenakan jilbab syar’i ini. Mudah-mudahan Allah memantapkan hati mereka. Aamiin. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswi jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah di UIN Jakarta. Menyukai dunia kepenulisan sejak SMA. Bercita-cita sederhana, agar jemari ini mampu menginspirasi setidaknya untuk diri sendiri di masa depan.

Lihat Juga

Hijrah Perbaikan Diri

Figure
Organization