Ironis Sekali, Pergaulan Bebas dan Life Style Kalahkan Budaya Ketimuran

Ilustrasi. (dienalj.wordpress.com)

dakwatuna.com – Semakin maju dan canggihnya teknologi serta informasi di bidang IT seakan membuat masyarakat lupa terhadap tradisi budaya timur yang notabene dimiliki bangsa Indonesia. Lebih parahnya, budaya timur kita yang diterapkan ini tiap tahun semakin lama semakin memudar dan hilang begitu saja, karena lebih mengikuti perkembangan zaman yang ada. Apalagi, budaya barat saat ini kian banyak mendominasi dan berpengaruh dalam segala perubahan yang ada, mulai dari perilaku, norma, gaya hidup hingga pergaulan. Padahal, dulunya tradisi budaya ketimuran bangsa kita ini sangatlah kental dan erat memegang teguh norma-norma yang ada. Ini juga dibuktikan dengan adanya banyaknya pemberitaan tentang keberadaan Lesbian Gay Biseksual dan Transgender (LGBT) di Indonesia serta ditambah lagi penangkapan artis Saipul Jamil yang kepergok mencabuli remaja pria di bawah umur kini heboh di media-media cetak, online hingga televisi. Kondisi semacam inilah yang terjadi di negeri tercinta membuat kita miris dan merasa pedih melihat moral sekaligus mindset (pola pikir) bangsa kita hancur. Bahkan, masyarakat awam pun merasa resah melihat kejadian-kejadian tersebut, karena dapat berdampak pada anak-anak yang masih berkembang dan memiliki masa depan yang cerah.

Permasalahan ini bisa muncul karena dipengaruhi berbagai macam faktor mulai dari proses perkembangan seseorang hingga faktor lingkungan di luar dirinya. Memang, saat ini semua orang belum dapat menerima kehadiran LGBT, di mana selalu ada pro dan kontra di dalamnya. Namun untuk masalah LGBT, ada dua macam sikap kontra yang terlihat, di antaranya kontra tapi dapat menerima untuk hidup berdampingan dengan LGBT dan berikutnya kontra untuk melibas. Masalah pro kontra di sini jangan hanya dikaitkan dengan kaum straight dan non-straight. Ada banyak kasus di mana LGBT ingin kembali menjadi straight dengan cara  mencoba berhubungan dengan lawan jenis atau kaum straight yang akhirnya memilih untuk menjadi LGBT. Kembali, itu adalah sebuah pilihan setiap orang berhak memaknai kehidupannya sendiri. Di samping itu, tayangan-tayangan sinetron Indonesia dan media sosial seperti Facebook, instagram, Youtube sama sekali berpengaruh pada diri anak-anak. Pasalnya, hal tersebut dapat merusak pola pikir dan moral anak-anak, karena mereka mudah meniru adegan yang dimainkan oleh para pemain sinetron. Padahal, itu hanya sebuah akting di kamera saja tapi dampak terhadap anak-anak sangat luar biasa. Anak-anak belum bisa memahami mana itu yang sebenarnya maupun akting. Jadi, di dalam permasalahan tersebut, peran orang tua terhadap anak juga penting sekali untuk memerhatikan terus perkembangan anak terutama dalam hal pergaulannya. Sebab, pergaulan anak di zaman sekarang tidak mengenal batas dan bahkan di usia mereka yang masih belia saja sudah mengenal seks.

Maka dari itu, selain peran orang tua, pemerintah juga harus tegas dalam menangani masalah tersebut karena ini menyangkut generasi muda bangsa kita yang terancam hancur jika tidak segera diselamatkan. Pertama kali yang pemerintah harus lakukan adalah mengunci atau memblok situs pornografi yang kerap muncul di media sosial Facebook maupun Youtube, yang membuat resah para pengguna FB terutama anak-anak, karena mereka bisa menirukan adegan seperti itu yang notabenenya belum cukup umur. Selain memblok situs pornografi, pemerintah juga perlu memberikan sanksi tegas dan keras terhadap stasiun televisi yang menayangkan acara-acara tv tidak mendidik. Salah satu sanksinya adalah diberhentikannya hak siar tayangan tersebut agar tidak mengganggu moral anak-anak bangsa kita atau tayangan tidak dihentikan asalkan jam tayang acara tersebut disiarkan di atas jam 9 malam setelah anak-anak tidur. Lalu, pemerintah juga perlu membuatkan UU tentang larangan LGBT yang bertujuan untuk memberikan efek jera terhadap para pelaku, agar tidak merusak masa depan para generasi penerus bangsa selanjutnya.  (dakwatuna.com/hdn)

Konten ini telah dimodifikasi pada 06/03/16 | 22:30 22:30

Konten Terkait
Disqus Comments Loading...