Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Sunnah Fitrah, Ladang Pahala yang Sering Terabaikan

Sunnah Fitrah, Ladang Pahala yang Sering Terabaikan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi - Memotong kuku. (doctoroz.com)
Ilustrasi – Memotong kuku. (doctoroz.com)

dakwatuna.com – Allah SWT telah membuka lebar pintu-pintu kebaikan agar hamba-Nya yang beriman memasukinya dan mendapatkan kebaikan darinya. Iya, kebaikan yang banyak, yang berupa janji pahala di akhirat, maupun berbagai kebaikan yang mereka rasakan buahnya di dunia sebagai balasan atas respons mereka pada panggilan Allah.

Seorang muslim akan mendapat pahala dan kebaikan karena melaksanakan ajaran agama, maupun karena ia berusaha memberi tahu, mengajak dan mengajarkan orang lain sehingga mereka pun merespon ajakan tersebut dan akhirnya yang memberi tahu dan mengajak juga akan mendapat pahala dari mereka. Inilah salah satu bentuk rahmat Allah bagi hamba-Nya yang beriman.

جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه و سلم فقال إني أُبْدع بي فاحملني فقال ( ما عندي ) فقال رجل يا رسول الله أنا أدله على من يحمله فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( من دل على خير فله مثل أجر فاعله

Ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah dan berkata: Sesungguhnya kendaraanku mati, maka bawalah aku. Rasulullah bersabda: Aku tak punya kendaraan yang bisa membawamu. Lalu ada seorang laki-laki lain yang berkata: Wahai Rasulullah, aku bisa menunjukkannya pada seseorang yang bisa memberinya tumpangan. Maka Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa menunjukkan pada kebaikan, maka ia mendapat pahala seperti pahala orang yang melakukannya”. (Shohih Muslim)

Dan di antara pintu kebaikan itu adalah sunah-sunah fitrah, tentu jika dilaksanakan dengan niat menjalankan ketaatan pada Allah dan menghidupkan sunnah Nabi-Nya, karena amal perbuatan itu dinilai berdasarkan niatnya sebagaimana sabda Rasulullah: إنما الأعمال بالنيات

Dan Ibnu Mubarak berkata:

رب عمل صغير تكثره النية ورب عمل كثير تصغره النيه

Berapa banyak amal kecil tapi menjadi banyak karena niat, dan betapa banyak amal yang banyak tapi dikerdilkan oleh niatnya.

Apa arti sunnah fitrah?

Sunah fitrah terdiri dari dua suku kata; sunah dan fitrah. Kata sunnah secara bahasa artinya adalah asal penciptaan, atau metode dan apa -apa yang digariskan untuk dicontoh. (Lisanul Arab, 5/ 55, Mu’jam al-Wasith, 1/945).

Sedangkan makna sunnah secara syar’i adalah apa yang diperintah, di larang dan dianjurkan oleh Nabi, baik yang berupa ucapan maupun perbuatan yang belum dinyatakan dalam Al-Quran (Al- Faqih wal Mutafaqqih)

Sedang kata fitrah artinya adalah asal penciptaan yang dengannya seorang bayi dilahirkan, atau tabiat yang lurus, yang tidak tercampur dengan aib (Lisanul Arab, 5/55, Al- Mu’jam al- Wasith, 2/ 303). Jadi, istilah sunnah dan fitrah kadang memiliki satu arti.

Fitrah juga berarti kalimat tauhid (La Ilaha illallah, Muhammad Rasulullah), atau agama Islam itu sendiri. Ini sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran:

Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. (QS. Ar-Rum:30).

Juga sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis bahwa Rasulullah mengajarkan doa menjelang tidur yaitu:

اللهم أسلمت نفسي إليك ووجهت وجهي إليك وفوضت أمري إليك وألجأت ظهري إليك رغبة ورهبة إليك لا ملجأ ولا منجى منك إلا إليك آمنت بكتابك الذي أنزلت ونبيك الذي أرسلت

Dan Nabi SAW menjelaskan jika seseorang membacanya sebelum tidur kemudian mati pada malam harinya, maka ia mati dalam keadaan fitrah (dalam kalimat tauhid). (HR. Bukhari Muslim)

Dari sini kita bisa menarik kesimpulan bahwa fitrah adalah asal penciptaan seluruh manusia, dalam keadaan yang suci, yaitu mentauhidkan Allah SWT dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun yang akan menodai kesucian itu. Fitrah juga berarti sunnah para nabi terdahulu dan syariat -syariat sepakat pada amal tersebut sehingga seakan-akan mereka diciptakan secara otomatis dalam keadaan itu. (Lihat Shohih Bukhari, 5/ 2208).

Jadi sunnah-sunnah fitrah yang di maksud di sini adalah sunnah para nabi terdahulu yang terkait dengan kesucian. Kesucian seorang muslim baik yang lahir maupun yang batin. Kesucian lahir meliputi segala hal yang terkait dengan keindahan dan kepatutan penampilan yang sejalan dengan kondisi manusia yang diciptakan dalam sebaik-baik bentuk penciptaan. Dan itu dengan mempraktikkan ajaran Rasulullah SAW yang telah memberikan contoh dan gambaran yang sempurna tentang kebersihan dan keindahan fisik. Sedangkan kesucian batin atau ruhiyah mencakup upaya membersihkan hati dan jiwa dari kotoran dan aib yang menodai kesuciannya, dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah dengan penuh cinta, ketundukan dan keikhlasan demi mendapat keridhaan-Nya.

Dan kita diperintahkan untuk melaksanakan sunnah fitrah, agar kita senantiasa berada dalam keadaan bersih, yang mana kebersihan dan kesucian zhahir merupakan unsur tak terpisahkan dari kesucian batin, dan keduanya mendapat porsi perhatian yang seimbang dalam ajaran Islam sebagai agama fitrah.

Sepuluh sunnah fitrah

Dan sunnah fitrah jumlahnya sangat banyak, namun yang lebih sering disebut adalah lima atau sepuluh macam, sebagaimana terdapat dalam hadis- hadis, yang di antaranya adalah berikut ini:

عن أبي هريرة: الفطرة خمس أو خمس من الفطرة الختان والاستحداد ونتف الإبط وتقليم الأظفار وقص الشارب

Artinya: Amalan sunnah itu ada lima, atau lima dari ajaran fitrah; khitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku, dan mencukur kumis. (Shohih Bukhari, 5/ 2209).

عن عائشة قالت قال رسول الله صلى الله عليه و سلم عشر من الفطرة قص الشارب وإعفاء اللحية والسواك واستنشاق الماء وقص الأظفار وغسل البراجم ونتف الإبط وحلق العانة وانتقاص الماء قال زكرياء قال مصعب ونسيت العاشرة إلا أن تكون المضمضة

Dari Aisyah RA ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Sepuluh dari amalan fitrah; mencukur kumis, memanjangkan jenggot, bersiwak, memasukkan air ke dalam hidung, menggunting kuku, membersihkan sela-sela jari jemari, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, dan bersuci dengan air. Zakaria berkata, Mush’ab berkata: Aku lupa yang kesepuluh, dan bisa jadi ia adalah berkumur-kumur. (Shohih Muslim, 1/ 223).

Dari kedua hadis di atas, bisa diketahui bahwa sunnah fitrah adalah:

  1. Khitan
  2. Memotong kuku
  3. Mencukur bulu kemaluan
  4. Mencabut bulu ketiak
  5. Mencukur/ memendekkan kumis
  6. Memanjangkan jenggot
  7. Bersiwak
  8. Istinsyaq (Menyedot air ke dalam hidung saat berwudhu)
  9. Berkumur-kumur
  10. (Ghuslu al- Barajim) Membersihkan debu atau kotoran yang ada sela-sela jari dan bagian-bagian tubuh lain seperti bagian belakang telinga, bagian dalam hidung, dan bagian tubuh lainnya yang biasanya sulit di jangkau.

Di antara sunnah fitrah sebagaimana terdapat dalam riwayat lain adalah mandi, memakai wewangian, tidak mencabut uban, dan lainnya.

Kapan waktunya?

Memotong kuku bisa dilaksanakan pada hari kamis, atau hari lain jika sudah terlihat panjang. Namun bisa juga dilaksanakan pada hari Jum’at sehingga bertepatan dengan sunnah-sunnah Jum’at yang dianjurkan pada hari yang sangat mulia tersebut, sehingga terkumpul berbagai kebaikan. Sedangkan berkhitan, ulama berpendapat sebaiknya dilakukan setelah tujuh hari usia kelahiran hingga sebelum masa baligh. Dan bulu ketiak serta bulu kemaluan sebaiknya tidak dibiarkan sampai empat puluh hari karena tempat tersebut menjadi media yang di sukai oleh kotoran dan penyakit.

Bagaimana dengan wanita?

Sunnah-sunnah ini berlaku untuk pria maupun wanita, kecuali hal yang memang menjadi kekhususan pria, seperti mencukur kumis dan memanjangkan jenggot. Sedangkan khitan bagi wanita menurut ulama hukumnya adalah sunnah. Sehingga wanita memiliki kesempatan yang sama dengan pria untuk mendapatkan keberkahan dari amalan sunnah tersebut.

Bahkan wanita dengan kodratnya sebagai istri, ibu, dan pendidik, punya kesempatan lebar mengambil manfaat dari ajaran Nabi ini.

Sebagai istri, seorang wanita di tuntut untuk selalu tampil bersih, rapi, dan menjaga aura kecantikannya di hadapan suami, agar tercapai salah satu ciri istri yang shalihah, yaitu bila di pandang menyenangkan. Apabila ia meniatkan untuk mengikuti sunnah sekaligus menyenangkan suami, maka pahalanya akan berlipat ganda.

Bahkan Rasulullah SAW berpesan kepada para sahabat saat mereka pulang dari bepergian agar tidak langsung menuju rumah agar para istri bersiap-siap menyambut kedatangan suami mereka dengan keadaan yang prima:

أَمْهِلُوا حَتَّى نَدْخُل لَيْلًا – أَيْ عِشَاء – كَيْ تَمْتَشِط الشَّعِثَة وَتَسْتَحِدّ الْمُغِيبَة

Tunggulah jangan tergesa-gesa, kita akan masuk rumah pada waktu malam (Isya’), agar wanita yang ditinggal suaminya bisa menyisir rambutnya yang berantakan dan mencukur bulu kemaluan. (HR. Bukhari Muslim)

Wanita juga punya peran penting memberikan contoh nyata bagaimana melaksanakan sunnah ini untuk keluarganya terutama anak-anak yang sedang dalam masa pembentukan karakter, yang melihat dan mencontoh segala perilaku orang-orang terdekat mereka. Wanita juga berpeluang membimbing dan mengarahkan wanita-wanita di sekitarnya agar menghidupkan sunnah kesucian ini.

Buah mengamalkan sunnah fitrah:

Perkara-perkara yang disebutkan di atas sebenarnya adalah amalan yang sering kita lakukan dan bahkan sudah menjadi kebiasaan. Namun kadang seseorang kurang menyadari betapa banyak kebaikan dan pahala yang di dapat jika ia mengerjakannya di landasi dengan pengetahuan, ilmu dan niat yang baik. Ada banyak maslahat duniawi dan ukhrawi yang di dapat jika masyarakat muslim komitmen dengan sunnah fitrah ini, dan di antaranya adalah:

  1. Sunnah fitrah adalah ladang pahala

Sebuah amal jika dilaksanakan dengan ilmu dan niat yang baik, akan mendatangkan kebaikan dan pahala yang besar. Tak heran jika keutamaan orang yang berilmu di banding ahli ibadah tapi tidak disertai ilmu, laksana bulan purnama di banding bintang –bintang lainnya. Dan pemahaman akan manajemen niat akan meningkatkan kualitas amal hingga kebaikannya akan berlipat.

Sebagai contoh, seseorang yang berwudhu akan mendapat pahala wudhu sesuai dengan banyaknya kebaikan yang ia niatkan; jika niatnya untuk memenuhi syarat ibadah, untuk mencontoh Rasulullah SAW, menjaga sunnah kebersihan, mengupayakan sebab-sebab kesehatan, atau untuk semua ini dan sederet niat baik lainnya. Semakin banyak ia menghadirkan niat yang shalih, akan semakin banyak pahala yang di dapatnya.

Karena setiap amal memiliki pahala yang berbeda sesuai kualitas keamanan pelakunya dan tergantung jenis niat dan kadar keikhlasan yang menyertainya, tak peduli amal tersebut hanya sedikit atau tak berarti di hadapan manusia. Seperti dalam hadis riwayat Bukhari Musim tentang seseorang yang bersedekah dari harta yang halal, meski nilainya hanya sebiji buah kurma, tapi amalnya Allah terima, dan Allah menjaganya, memelihara dan mengembangbiakkannya, seperti orang yang memelihara anak ontanya, kemudian ia tumbuh dan terus tumbuh hingga sebesar gunung. Bayangkan, setengah biji kurma berubah menjadi sebesar gunung!.

Dan jika seseorang merawat rambut, kuku, dan membersihkan badan, dan sunnah fitrah lainnya yang merupakan kebutuhan dan kebiasaan sehari-hari, tapi saat mengerjakannya semua itu menjadi ladang pahala bagi pelakunya yang balasannya akan membuatnya takjub di hari akhirat.

Dan pahala menjalankan sunnah fitrah juga akan terus bertambah dan mengalir jika seseorang mengajarkan atau mengajak orang lain untuk melaksanakannya. Karena hukum yang berlaku adalah barang siapa menunjukkan pada kebenaran maka ia akan mendapat pahala orang tadi tanpa mengurangi pahala pelakunya, karena ia telah menyampaikan ilmu dan mengajak orang lain seperti disebutkan di atas.

  1. Sunnah fitrah adalah bentuk kecintaan pada Rasulullah SAW.

Dalam penggalan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda: Wahai putraku, ini adalah sunnahku. Dan barang siapa menghidupkan sunnahku, maka dia telah mencintaiku, dan barang siapa mencintaiku, maka ia akan bersamaku di surga. (Sunan At- Tirmidzi, 10/197).

Kecintaan pada Rasulullah terbukti dengan mencintai sunnahnya. Ketika seorang muslim memotong kuku, atau menghilangkan kotoran di badannya dan ia melakukannya dengan kesadaran penuh bahwa ia melakukannya karena mencintai Rasulullah dan ingin meneladaninya, maka bukan hanya kebersihan fisik yang ia dapat, tapi sekaligus rasa optimis akan janji Rasulullah bahwa seseorang akan dibangkitkan bersama orang yang dicintainya. Karena Rasulullah telah bersabda:

Dari Anas bin Malik RA sesungguhnya ada seorang laki-laki dusun yang bertanya pada Nabi SAW kapan hari kiamat terjadi. Rasulullah SAW bersabda: Apa yang telah engkau persiapkan untuknya? laki-laki itu berkata: Cinta pada Allah dan rasul-Nya. maka Rasulullah SAW bersabda: Engkau akan bersama siapa yang engkau cintai. (HR. Muslim)

  1. Merasakan keagungan ajaran yang di bawa para nabi dan bahwa mereka berada dalam satu rangkaian risalah.

Sunnah fitrah ini adalah ajaran para nabi dan rasul, sehingga melaksanakan sunnah ini juga merupakan bentuk melestarikan nilai dan ajaran nubuah, serta akan mendapat kemuliaan berafiliasi dengan barisan para nabi yang mulia.

Rasulullah SAW bersabda:

» إنَّ الْهَدْىَ الصَّالِحَ وَالسَّمْتَ الصَّالِحَ وَالاِقْتِصَادَ جُزْءٌ مِنْ خَمْسَةٍ وَعِشْرِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ.«

Artinya: Sesungguhnya jalan yang benar, penampilan yang baik, dan sikap moderat adalah bagian dari dua puluh lima bagian kenabian”. (HR. Abu Daud). Maksudnya, hal-hal tersebut adalah sifat-sifat yang Allah berikan pada para nabi, sehingga kita sangat dianjurkan untuk meneladaninya.

  1. Sunah -sunah fitrah merupakan representasi ajaran Islam yang moderat.

Karena ia sarana yang menjadikan seorang muslim tampil dalam keadaan yang baik, dan prima, serta menempatkannya dalam posisi ideal, tidak berlebih-lebihan dengan memuja penampilan fisik tanpa memperhatikan keindahan ruh sehingga membuka peluang terjadinya berbagai penyimpangan. Tidak juga sebaliknya, hanya peduli pada kebersihan hati dan kekuatan ruh, tapi kebersihan dan keindahan fisiknya tidak diurusi sehingga ia meninggalkan segala bentuk kenikmatan dunia dan menyengsarakan dirinya dengan anggapan bahwa hal itu merupakan bentuk pendekatan diri pada sang pencipta sebagaimana terdapat dalam praktik beberapa agama lain. Dan sikap pertengahan dan moderat adalah sikap yang dibutuhkan oleh manusia sebagai pengemban misi khalifah di muka bumi.

  1. Menjalankan sunah fitrah merupakan bentuk rasa syukur.

Rasa syukur atas nikmat Allah yang telah menciptakan manusia dalam kondisi yang paling sempurna, dan paling mulia di banding seluruh makhluk yang lain.

Allah berfirman yang artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (At-Tin:4). Ini adalah bentuk penghormatan dari Rabb semesta alam kepada manusia dengan menciptakannya dalam sebaik-baik bentuk, dengan akal, hati, dan bentuk fisik yang tegak sempurna, sebagaimana firman Allah dalam surat At-Taghabun ayat 3:

Dia menciptakan langit dan bumi dengan haq. Dia membentuk rupamu dan dibaguskanNya rupamu itu dan hanya kepada Allah-lah kembali(mu).

Kalau manusia tidak memperhatikan kebutuhan akalnya, ia akan tenggelam dalam kejahilan. Jika ia melalaikan kebutuhan ruhnya, maka ia akan merana dan gelisah tak berkesudahan. Sedangkan kebutuhan fisiknya jika tak terpenuhi, ia akan layu, rapuh dan tak kuasa melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai manusia dengan sebaik-baiknya.

  1. Menjalankan sunah fitrah adalah bentuk latihan untuk taat.

Allah SWT bersabda:

Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya. (Al- Hasyr:7).

Apa-apa yang di bawa Rasulullah hendaknya kita taati dan kita ikuti, baik ajaran yang berat maupun yang ringan. Dan sunnah fitrah adalah ajaran Rasulullah yang sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Seorang muslim melatih dirinya mengikuti Rasulullah dengan menggunting kuku atau memanjangkan jenggot, serta tidak mencabut uban atau mengecatnya dengan warna hitam karena itu di larang. Meski kadang selera pribadinya lebih menyukai kuku yang panjang dan lentik, serta tampilan yang lebih modis menurut mode yang ada. Begitu juga, ia melatih dirinya untuk rutin mengerjakan sunah-sunah tersebut meski dengan segala kesibukan dan rasa malas yang kadang muncul, semata-mata karena ingin taat pada nabi tercinta.

  1. Sunah fitrah adalah benteng dari berbagai penyakit.

Melaksanakan sunnah fitrah adalah bentuk menjaga kebersihan dan kesehatan yang merupakan upaya pencegahan berbagai jenis penyakit. Jadi Islam sudah menyiapkan cara untuk menangkal berbagai bahaya penyakit yang mengancam manusia dengan pencegahan sedini mungkin karena fisiknya dalam keadaan bersih dan sehat. Sebagai contoh adalah sunnah bersiwak, memasukkan air ke dalam hidung, dan membersihkan bagian-bagian tubuh yang sulit terkena air yang sangat bermanfaat untuk mencegah berbagai penyakit. Juga sunnah berkhitan yang bermanfaat untuk mencegah alat reproduksi pria maupun wanita dari berbagai penyakit yang berbahaya.

  1. Sunnah fitrah adalah kampanye bahwa Islam adalah agama kesucian.

Masyarakat muslim jika melaksanakan sunnah fitrah, maka dengan sendirinya akan terbantahkan anggapan bahwa kaum muslimin itu identik dengan suasana yang jorok, penyakitan, dan imej buruk lainnya. Karena sunah fitrah ini mengajak pribadi untuk memperhatikan kebersihan badannya mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Islam sangat memperhatikan fisik yang merupakan tempat bersemayamnya ruh. Dan fisik pula yang menjadi tempat bagi ketiga hal yang mendapat prioritas penjagaan syariat, yaitu terjaganya jiwa, akal, dan keturunan yang semuanya terkait erat dengan penjagaan fisik manusia. Bahkan sedemikian besarnya perhatian Islam pada kebersihan sampai-sampai Rasulullah SAW bersabda:

الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَان

Bersuci adalah setengah dari iman. (HR. Muslim)

Bahkan Allah SWT bersaksi bahwa orang-orang yang bersemangat menjaga kesucian diri mereka adalah golongan yang di cintai-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya:

dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. (At- Taubah:108).

  1. Melahirkan simpati, kasih sayang dan melanggengkan hubungan

Islam memerintahkan hal-hal yang bisa menjadi sebab terpupuknya rasa simpati, kecenderungan, dan perekat hubungan sehingga orang-orang yang saling mencintai. Komitmen menjalankan sunah fitrah akan melahirkan rasa simpati yang merupakan modal berharga bagi seorang dai yang dengannya ia lebih mudah di terima oleh masyarakatnya. Karena manusia fitrahnya menyukai kerapian dan kebersihan. Di samping itu, melaksanakan sunnah-sunnah fitrah juga mempererat hubungan dan kasih sayang. Bayangkan jika suami istri saling mengingatkan pasangannya untuk melaksanakan sunah fitrah, maka penampilan mereka akan terjaga dan mereka berada dalam level yang sama, dan itu akan menambah kelanggengan cinta mereka. Karena tak bisa dipungkiri banyak hubungan yang renggang hanya karena salah satu pasangan tidak memperhatikan lagi masalah penampilan. Dan seorang muslim jika mengajak dan mengingatkan saudaranya sesama muslim untuk melaksanakan sunah fitrah, maka akan semakin kuat ikatan persaudaraan di antara mereka. Ini juga merupakan bentuk perlakuan yang baik pada orang-orang yang berkumpul dan berinteraksi dengan orang di sekitar dengan menjauhkan mereka dari bau tak sedap dan pemandangan yang tidak nyaman.

  1. Memupuk rasa izzah pada diri seorang muslim

Seseorang yang tumbuh dalam komitmen menjaga sunnah-sunnah akan terpupuk dalam diri mereka izzah atau perasaan bangga sebagai seorang muslim dengan menunjukkan syiar yang berbeda dengan syiar orang-orang kafir, dengan penampilan yang islami dan berwibawa, dan dengan bau yang wangi. Bangga dengan identitas keislaman akan membuat mereka semangat mengupayakan kebaikan untuk diri mereka maupun orang lain, dan membuat mereka terjaga dari keburukan dan hal-hal yang tidak bermanfaat baik untuk diri mereka maupun orang lain, karena keyakinan bahwa mereka mulia dengan komitmen pada ajaran agama, dan penerimaan masyarakat akan menambah rasa percaya diri dalam diri mereka. Juga rasa bangga karena keyakinan bahwa Allah telah menjadikannya mulia dengan keindahan iman dan penampilan.

  1. Menjaga keistiqamahan pada keimanan.

Sunnah fitrah bertujuan menjaga agar seorang muslim selalu berada dalam jalur keimanan yang merupakan fitrah penciptaan mereka, dan itu tidak akan terlaksana kecuali dengan pemahaman yang baik tentang ajaran Islam, kemudian tunduk pada perintah dan ajarannya, baik yang berupa ibadah fisik maupun maknawi. Sehingga melaksanakan sunah fitrah adalah salah satu refleksi dari keistiqamahannya pada fitrahnya.

Referensi: Fathul Bari, Syarh Muslim, Aunul Ma’bud, Sunan al- Fitrah wa Atsaruha at-Tarbawiyah Fi Hayati al-Muslim, Dr. Sholih Ali Abu Arrad.

(dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Pengajar dan penerjemah yang memiliki minat pada issu seputar wanita dan pendidikan.

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization