Perjalanan ke Tapal Batas Indonesia-Malaysia

Ilustrasi. (Shalipp S Geolfano)

dakwatuna.com – Pulau Sebatik. Nama pulau ini baru kudengar dan membuatku penasaran. Rasa penasaran akan pulau ini pun semakin bertambah semenjak pengumuman penempatan Sekolah Guru Indonesia (SGI) angkatan XVI beberapa hari yang lalu. Nantinya aku akan mengabdi di pulau tersebut selama setahun.

Aku pun mencoba mencari tahu lewat internet tentang pulau ini untuk memenuhi rasa penasaranku tersebut. Beberapa informasi aku dapatkan.

Pulau sebatik adalah pulau kecil yang berada di sebelah timur pulau Kalimantan. Sama dengan pulau Kalimantan itu sendiri, pulau sebatik juga dimiliki oleh negara Indonesia dan Malaysia. Sebelah utara pulau sebatik adalah wilayah Malaysia dan sebelah selatan merupakan wilayah Indonesia. Tepat di perbatasan dua negara inilah nanti aku akan mengabdi selama setahun. Tepatnya di Desa Sungai Limau, Kecamatan Sebatik Tengah, Kecamatan Sebatik Tengan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara. Di Madrasah Ibidayyah Darul Furqan atau lebih di kenal dengan nama Sekolah Tapal Batas. Kenapa namanya Sekolah Tapal Batas? Itu karena letaknya di perbatasan Indonesia-Malaysia.

Masa pembinaan Sekolah Guru Indonesia selama 3 bulan di bogor telah usai. Tibalah saatnya bagi kami 19 orang Laskar Nusantara SGI XVI mengaplikasikan ilmu membentang kebaikan untuk negeri ini. Aku pun akan menempuh perjalanan menuju ke Sekolah Tapal Batas itu.

Perjalananku menuju Sekolah Tapal Batas dimulai pada pukul 02:00 WIB dini hari yang diawali dengan apel pelepasan. Setelah pelepasan, kami pun di berangkatkan. Rute perjalanannya adalah dari asrama SGI di Bogor menggunakan mobil menuju Bandar Soekarno-Hatta. Setelah itu terbang menuju Kota Tarakan yang transit terlebih dahulu ke Balik Papan terlebih dahulu. Barulah dari pulau Tarakan ke pulau Nunukan  kami menggunakan Speedboath

. Dari Nunukan Perjalanan pun di lanjutkan menggunakan perahu kayu bermesin menuju pulau Sebatik. Sebenarnya ada Speedboath yang langsung ke pulau sebatik. Hanya saja saat itu aku terlambat tiba. Kapalnya sudah berangkat sebelum kami sampai ke pelabuhan.  Aku pun mengambil jalan memutar lewat Nunukan.

Pulau kecil yang dimiliki oleh 2 negara Indonesia dan Malaysia dengan begitu banyak cerita di dalamnya yang tunggu untuk aku “baca”. Untuk menuju Sekolah Tapal Batas perjalanan kami lanjutkan dengan menggunakan mobil sewaan. Barulah sekitar pukul 18:30 WITA kami sampai di Sekolah Tapal Batas.

Sekolah ini berada persis berada di perbatasan Indonesia-Malaysia. Hanya dengan berjalan kaki anak-anak Indonesia yang bermukim di wilayah Malaysia datang ke tempat ini setiap harinya untuk bersekolah. Mereka adalah anak-anak para buruh di kebun kelapa sawit milik Malaysia.

Cerita perjuangan anak-anak ini membuatku terinspirasi. Pengabdian kami selama setahun ternyata tidaklah seberapa jika di banding dengan perjuangan mereka yang harus pulang pergi ke Malaysia selepas sekolah untuk waktu yang mereka pun tak tahu akan merasakan akses pendidikan layak itu kapan. Bisa bersekolah saja dengan gratis di sekolah tapal batas mereka sudah merasa teramat senang. (dakwatuna.com/hdn)

Guru Konsultan Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...