Selamatkan Alam dari Keserakahan Semata

Ilustrasi. (elementaryos-fr.org)

dakwatuna.com – Kawan coba dengar apa jawabnya..Ketika kutanya mengapa…Bapak ibunya tlah lama mati..Ditelan bencana tanah ini…Sesampainya di laut…Kukabarkan semuanya…Kepada karang kepada ombak..Kepada matahari..Tetapi semua diam…Tetapi semua bisu…Tinggal aku sendiri…Terpaku menatap langit…Barangkali di sana…Ada jawabnya…Mengapa di tanahku terjadi bencana…Mungkin Tuhan mulai bosan…Melihat tingkah kita…Yang selalu salah dan bangga…dengan dosa-dosa…Atau alam mulai enggan…Bersahabat dengan kita…Coba kita bertanya pada…Rumput yang bergoyang…

Inilah sebuah petikan alunan lirik lagu yang disenandungkan oleh Ebiet G Ade, di mana sangat cocok dengan gambaran fenomena alam yang terjadi di Indonesia belakangan ini, lantaran alam sudah tidak lagi bersahabat dengan manusia. Dari tahun ke tahun Indonesia negeri kita tercinta ini hampir selalu dilanda bencana, mulai dari tragedi tsunami Aceh, gempa di Jogja, kecelakaan pesawat, longsor di Purbalingga, gunung meletus hingga yang terbaru asap dari kebakaran hutan di Sumatra dan Kalimantan. Dari semua kejadian tersebut telah menelan kurang lebih jutaan korban yang meninggal akibat ulah perilaku manusia sendiri yang sudah tidak bisa menjaga alam dengan sebaik mungkin. Bahkan, selain jutaan orang yang meninggal, tempat tinggal para korban bencana alam tersebut pun juga ikut sirna, lantaran sang pencipta telah meluluhlantakkan semua isi yang ada di bumi. Ini baru sebagian kejadian bencana yang disebutkan dan sebenarnya masih banyak lagi. Miris sekali jika kita melihat atau mengingat tragedi negeri tercinta yang kaya akan kekayaan alam ini langsung dengan sekejap dapat menghilangkan puluhan juta nyawa dan tempat tinggal hingga rata menjadi tanah. Inilah kuasa tuhan bila sudah berkehendak, karena Tuhan menciptakan alam beserta isinya bukan untuk dirusak melainkan untuk dijaga dan dilestarikan dengan sebaik-baiknya oleh manusia yang ada di muka bumi.

“Sedih rasanya melihat negeri tercinta jadi hancur dan ingin sekali aku membuat sebuah komunitas tentang mari kita lestarikan alam secara bersama-sama, “pikirku sambil browsing internet.

“Mengapa alam kita bisa hancur dalam sekejap?“gumamku seraya berpikir dan menganalisis.

Kekayaan alam Indonesia yang cukup banyak kini bisa hancur dengan sekejap mata saja. Padahal sebenarnya, jika dikelola dengan baik pastinya juga akan menghasilkan yang cukup melimpah, dibandingkan dengan sesuatu hal yang merusak. Tapi aku tak bisa menyalahkan alam. Karena pada dasarnya, yang bersalah adalah manusia yang tak mau mempedulikan bumi pertiwi sebagai tempat tinggal kita. Sesungguhnya, merekalah yang ditugaskan oleh tuhan menjadi seorang khalifah agar dapat melindungi bumi sampai datangnya akhir zaman. Tetapi karena kesombongan, kerakusan, dan keserakahan merekalah yang membuat semua ini terlupakan. Tak pernah sedikitpun terpikir oleh mereka bahwa bumi selalu memberikan kontribusi yang luar biasa bagi kemakmuran dan kesejahteraan hidup manusia.

Kemajuan teknologi, era globalisasi dan perkembangan zaman yang diciptakan sendiri oleh manusia membuat bumi menjadi tak berdaya. Banyaknya manusia yang sibuk dengan tugasnya masing-masing, mencari harta, mencari kesenangan, dan mencari kesuksesan sebesar-besarnya. Lambat laun mereka menjadi orang-orang yang kufur dan lupa bersyukur. Memang alam yang ada di dunia ini sudah dirubah dengan kualitas sedemikian megahnya, seperti bangunan gedung bertingkat, hotel-hotel berbintang yang mewah, mall besar, perumahan elit, jalan tol dan sebagainya. Setiap tahun terus dilakukan pembangunan sampai-sampai lahan tanah pertanian pun sudah mulai tak terlihat sisa sama sekali. Lebih parahnya lagi, di sepanjang jalan pantura sudah jarang sekali terlihat pohon-pohon yang berdiri tegak akibat belakangan ini banyak ditebang secara liar, sehingga menimbulkan efek global warming semakin memburuk kondisi negara kita. Selain itu, juga menyebabkan banjir yang hingga kini masih menjadi masalah besar, akibat sudah tidak adanya resapan-resapan air. Padahal, pohon-pohon yang berdiri kokoh berfungsi untuk mencegah terjadinya banjir dan juga sebagai tempat teduh disaat kita kepanasan atau istirahat setelah melakukan perjalanan.

Hal inilah yang membuat minimnya kesadaran manusia akibat masalah duniawi yang dikejar, sehingga tidak memperhatikan dan mempedulikan dimana kaki kita berpijak. Dengan ketidakpeduliannya lagi, sebagian alam yang ada di negara kita pun bahkan telah dijual kepada negara lain, yang bertujuan untuk membayar hutang negara. Namun kenyataannya, hutang negara kita terhadap negara lain masih cukup banyak dan kemana hasil menjual aset alam yang dimiliki Indonesia itu, yang notabene untuk melunasi hutang tapi ternyata masuk kantong pribadi para oknum yang berkepentingan. Betapa parahnya mental yang dimiliki oleh penguasa-penguasa yang ada di dunia ini. Mereka diberikan tugas untuk merawat dan menjaga jagad alam semesta yang tuhan titipkan, agar alam negeri kita tetap lestari.

“Tidak bisa berdiam diri saja kita ini. Ayo kita rangkul pemerintah dan semua elemen masyarakat untuk selamatkan alam dari keserakahan yang tidak bertanggung jawab,” ucapku seraya mengajak teman.

“Wah bener banget. Aku setuju. Mulai kapan kita beraksi?” tanya Merry dengan penuh semangat.

“Secepatnya. Kita bikin brosur tentang selamatkan alam dan kemudian kita bagikan,” jawabku.

Aku dan Merry pun langsung membuat tulisan terkait penyelamatan alam di negeri tercinta ini untuk dibagikan kepada masyarakat dan jika mereka berminat, bisa menghubungi nomor kita berdua yang telah disertakan dalam brosur untuk bergabung. Karena, dengan banyaknya orang yang bergabung dalam kegiatan yang kita buat dan secara tidak sadar pemerintah juga akan tergerak untuk membantu menyelamatkan alam. Mungkin salah satunya adalah memberikan bantuan berupa bibit pohon untuk ditanam, untuk mengurangi polusi udara dan menyejukkan tata kota maupun jalan akibat global warming. Selain itu, juga dilakukan lantaran banyaknya pepohonan yang ditebang dan pembakaran hutan secara liar, sehingga menjadikan kondisi daerah semakin panas akibat kurangnya penghijauan dan ruang terbuka hijau. Ditambah lagi, tak hanya bencana alam yang disebutkan di atas, belakangan ini juga marak diberitakan di sejumlah media cetak atau online terkait semakin bahayanya dampak abrasi, apalagi bagi warga yang tinggal disekitar pantai. Sebab, abrasi sudah mulai naik ke bibir pantai hingga menerjang rumah-rumah yang ada di sana. Selain rumah, juga tambak – tambak ikan pun ikut tergerus abrasi sehingga pemilik tambak merugi sampai ratusan juta rupiah. Fenomena alam ini memang tidak akan pernah berhenti atau surut dan akan terus terjadi jika manusianya sendiri tidak cepat sadar.

Namun selang beberapa minggu kemudian, dengan pembagian brosur selamatkan alam di bumi ini pun ternyata mendapatkan respon yang cukup besar dan bahkan rata-rata mereka sangat prihatin melihat kondisi negeri yang kaya akan kekayaan alam ini musnah begitu saja. Mereka juga tidak sungkan-sungkan memberikan sumbangan dana sebagai bentuk perhatiannya terhadap alam tercinta.

“Kita tidak menyangka bila banyak yang bergabung yaa. Belum ada sebulan sudah 200-an orang yang bergabung dan bahkan memberikan sumbangan dana,” ucapnya sangat senang.

“Syukur Alhamdulillah…Ide kita ternyata bisa diterima oleh masyarakat luas. Tak hanya itu, ada sejumlah perusahaan yang akan ikut berpartisipasi guna menyelamatkan alam yang semakin memprihatinkan,” sambungku.

Setelah sumbangan dana terkumpul dan beberapa perusahaan juga akan ikut berpartisipasi, kita sebagai penggerak penyelamatan alam di bumi pertiwi ini segera menyusun pelaksanaan waktu dan tempat kegiatan yang akan diselenggarakan. Karena di dalam kegiatan tersebut, kita akan mengundang walikota, wakil walikota, anggota DPRD, instansi, mahasiswa, aktivis wartawan, serta perusahaan-perusahaan yang sudah ikut terlibat dan memberikan sumbangsih. Kegiatan yang bertema selamatkan alam di bumi ini kemungkinan akan diadakan di pantai sebagai simbolis.

“Kira-kira berapa pohon yang akan kita tanam, san? Tanyanya untuk memastikan.

“Dari sumbangan dana dari para donatur kemungkinan sekitar 600 pohon dan sisanya sumbangan dari perusahaan yang telah berpartisipasi seperti Djarum,” jawabku singkat.

Kita ingin kegiatan ini lantas tidak berhenti begitu saja melainkan sebagai bentuk kepedulian alam harus terus memantau kondisi yang ada, karena dikhawatirkan akan ada oknum yang merusaknya lagi, dimana kita bersama-sama telah menyelamatkan alam tercinta ini. Pohon-pohon ini tidak hanya ditanam di area pantai saja tapi juga sebagian akan ditanam di pinggiran jalan pantura, untuk mengurangi panas dan polusi udara yang tercemar.

Waktu pelaksanaan kegiatan akhirnya digelar dan ternyata tak disangka pihak Djarum juga turut mengundang sejumlah artis untuk memeriahkan kegiatan peduli lingkungan. Apalagi, animo peserta undangan yang hadir pun cukup tinggi, sehingga tidak sia-sia apa yang kita kerjakan telah membuahkan hasil yang bagus. Di dalam kesempatan tersebut, saya dan Merry sebagai penggerak selamatkan alam pun diminta untuk memberikan sambutan, yang kemudian dilanjutkan Walikota Tegal dan CSR PT Djarum. Setelah pidato selesai, pihak panitia menyerahkan satu pohon kepada Walikota sebagai simbolis untuk menanamnya terlebih dulu dan diikuti lainnya. Semoga dengan adanya kegiatan ini digelar, kesadaran manusia terhadap lingkungan masih tinggi untuk terus menjaga dan melestarikan alam di sekitar kita dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Jika hal itu dijaga, secara otomatis dampak pemanasan global akan berkurang.

“Aku harap juga begitu, san. Karena kita sebagai warga negara Indonesia tidak ingin alam semesta ini hancur begitu saja dan bencana alam bisa berkurang, sehingga tidak menelan korban lagi,” ucapnya sedih melihat negeri yang indah ini porak-poranda.

“Kita berdoa saja semoga tidak ada lagi keserakahan orang-orang penguasa duniawi yang merusak alam tempat kita tinggal,” sambungku.

“Aamin. Semoga saja.”

Kegiatan “Selamatkan Alam” yang kita buat ini dimungkinkan akan menjadi sebuah agenda rutin tiap tahun untuk dilaksanakan mengingat masih banyaknya kekayaan alam kita yang dirusak. Disamping itu, antusiasme masyarakat luas yang telah bergabung di grup kita juga sangat tinggi, sehingga membuat kita sebagai penggerak maupun pencetus tak bisa menghentikan semuanya ini begitu saja. Bahkan diluar ini, kita juga akan mengajak mereka semua untuk bekerja bakti membersihkan lingkungan, karena hal tersebut termasuk menjaga dan melestarikan alam dari banjir. Sebab, dengan melakukan hal kecil terlebih dulu seperti membersihkan lingkungan bisa menjadikan alam kita enak dipandang dan nyaman dari bencana-bencana yang sering menimpa kita, sampai-sampai banyak warga kita yang mengungsi. Secara tidak sadar, kita sebenarnya juga telah ikut membantu program pemerintah dengan menghijaukan alam kita dari segala bentuk polusi apapun serta mencegah penebangan pohon secara liar yang menyebabkan banjir atau bencana lainnya. (dakwatuna.com/hdn)

 

Konten Terkait
Disqus Comments Loading...