Topic
Home / Narasi Islam / Ekonomi / Oikonomia dan Chrematistike

Oikonomia dan Chrematistike

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (123rf.com)
Ilustrasi. (123rf.com)

dakwatuna.com – Ekonomi selalu diasalkan dari kata Yunani “oikos” dan “nomos”. Dari situ terbentuk kata oikonomia (tata kelola rumah tangga) dan oikonomike (seni mengelola rumah tangga). Xenophon (430-354 SM) dan Aristoteles (384-322 SM) konon yang mula mengemukakan istilah ini. Cuma, Aristoteles (pada bagian awal buku Politikon) buru-buru menambahkan satu istilah baru, yakni chrematistike, dan mengemukakan perbedaan mendasar antara oikonomia dan chrematistike. Sebelum kita mengenali arti dari chrematistike mari kita pelajari prinsip tindakan Aristoteles. Ia menyatakan apa yang baik adalah pemenuhan tujuan (teleologis). Semua hal ada tujuannya masing-masing, hal-hal tersebut akan menjadi baik bila dijalankan sesuatu tujuan yang dimilikinya. Misalnya, jalan akan baik jika difungsikan untuk dilalui (karena memang begitulah tujuannya), pisau menjadi baik bila digunakan untuk mengiris (mengiris adalah tujuannya), atau otak untuk berpikir. Tapi bagaimana dengan orang membuat pisau dengan tujuan menjualnya, artinya ia dibuat untuk uang, bukan untuk mengiris? Tentu, pisau bisa dijualbelikan. Namun, jual beli itu hanya disebut baik jika uang hasil penjualan dibelanjakan, misalnya untuk membeli baju. Dan baju hanya baik jika sesuai tujuan, yaitu membungkus tubuh atau berpantas diri. Ini berarti kalaupun untuk uang, uang itu pada akhirnya digunakan untuk tujuan lain yang lebih baik.

Memangnya Ada Orang Yang Menjual Uang Demi Uang ?

Aristoteles menyatakan, Ia yang menjual sepatu untuk mendapatkan uang demi uang telah melakukan apa yang bukan tujuan. Aristoteles menyebut menjual uang demi uang itu adalah Chrematistike yakni siasat pengejaran harta dan uang demi uang itu sendiri. Meski biasanya muncul dari akses oikonomia, chrematistike bukan bagian oikonomia, dan tegas dibedakan dari oikonomike. Jadi chrematistike adalah jual beli uang demi uang sendiri dalam berbagai bentuknya. Tindak chrematistike dianggap buruk, sedangkan oikonomia dianggap baik. Kenapa? Semua bermuara pada satu hal: orang-orang yang melakukan chrematistike hanya berhasrat untuk hidup, tetapi bukan hidup yang baik. Hidup bagi Aristoteles bertujuan untuk baik, maka ketika hidup hanya diarahkan untuk hidup belaka, maka ia bukanlah hidup. Chrematistike mengarahkan kita pada sekadar hidup dan menafikan hidup yang baik. Kegiatan ekonomi, tidak dibiarkan begitu saja dikemukakan maknanya namun dikritisi, dipertanyakan, dan ditentukan batas-batas benar salahnya. Oikonomia dianggap baik karena terkait dengan tujuan kemanusiaan untuk hidup lebih baik, sementara chrematistike dianggap tidak baik karena hanya mengarahkan kemanusiaan menuju untuk hidup belaka.

Apakah Ada Chrematistike Di Zaman Sekarang ?

Chrematistike yakni siasat pengejaran harta dan uang demi uang itu sendiri. Hal ini sama dengan Sistem Riba yang mengejar uang dengan uang. Mendapatkan keuntungan dari ketiadaan. Meski biasanya muncul dari ekses oikonomia, chrematistike bukan bagian oikonomia, dan tegas dibedakan dari oikonomike, dari pernyataan itu saya menyimpulkan bahwa menurut Aristoteles Sistem Bunga atau Riba bukan termasuk ke dalam sistem Ekonomi. Karena Tindak chrematistike dianggap buruk, sedangkan oikonomia dianggap baik atau kata lainnya adalah sistem bunga atau riba dianggap buruk dan sistem Ekonomi dianggap baik. Karena orang-orang yang melakukan chrematistike hanya berhasrat untuk hidup, tetapi bukan hidup yang baik, artinya orang yang melakukan sistem bunga hanya berhasrat untuk hidup bukan hidup yang baik. Bagi seorang filosofi yang merupakan Non-Muslim “Aristoteles” menyatakan bahwa “Hidup bagi Aristoteles bertujuan untuk baik, maka ketika hidup hanya diarahkan untuk hidup belaka, maka ia bukanlah hidup.” Hal ini lebih spesifik diatur dalam Agama Islam bahwa hidup yang baik adalah yang bertujuan beribadah kepada Allah, karena itu tujuan kita diciptakan dan hidup di dunia ini.

Sumber: Filsafat Ekonomi Islam karya M Anton Athoillah dan Bambang Q – Anees

(dakwatuna.com/hdn)

 

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Anggota Divisi Penelitian dan Pengembangan Islamic Economics Forum STEI SEBI dan Badan Pekerja Nasional Departemen Keilmuan Forum Silaturahmi Study Ekonomi Islam Nasional.

Lihat Juga

Seminar Nasional Kemasjidan, Masjid di Era Milenial

Figure
Organization