Air Mata Gaza

Ilustrasi. (Reuters)

dakwatuna.com

Pada almanak  ini kutatap realita
Gaza memanggil
Ketika ribuan suara berserakan  di jalan
Menjerit, mencari hidup panjang
Ketika ribuan asa tercerai berai oleh senjata
Ketika dentuman bom menari-nari
Bersimbah cucuran darah

Dunia berduka
Tetangis bocah
Lelaki dan wanita
Membuncah meratapi negerinya
Dentuman bom demi bom menghujam
Tank-tank amburadul berkelakar

Pada almanak ini kudengar jeritan
Bayi-bayi dihancurkan
Hari-hari kelabu disaksikan
Separuh negeri bungkam
Separuh lainnya berkhianat
Hanya sedikit yang tersisa melawan

Israel mencabik-cabik jantung negeri Gaza
Ribuan peluru rudal mengamuk
Ribuan jiwa ditelan bengisnya tangan-tangan laknatullah
Simbah darah sudah biasa

Tanah  Al-Aqsha
Bercerita
Memoar cinta para syuhada

(dakwatuna.com/hdn)

Konten ini telah dimodifikasi pada 01/03/16 | 20:11 20:11

Akrab disapa zhee. Perempuan kelahiran Pomalaa tahun 1988 ini adalah alumni Pascasarjana Ilmu Antropologi Universitas Hasanuddin. Tergabung dalam Komunitas Jejak Pena Muslimah (KJPM), pernah aktif menulis kolom puisi di koran Identitas Unhas dan artikel di Majalah Sedekah Laziz Wahdah Islamiyah. Beberapa tulisannya telah dimuat dalam antologi puisi seperti Refleksi Kehidupan (2013), Perasaanku Tumpah (2013), Meniti Pelangi (2014), Memo Rakyat (2015), Sang Petani (2015) dan tulisan lainnya seperti The Miracle of Ramadhan (2014), Alqur�an Inspirasi Hidup (2015), Iam Muslimah (2014). Penulis saat ini berdomisili di Makassar Sulawesi-Selatan.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...