Mahad Aly An-nuaimy Ajak Mahasiswa Bangun Peradaban Dengan Budaya

dakwatuna.com – Jakarta. Ma’had Aly Annuaimy mengadakan dialog interaktif dengan menghadirkan 2 pakar yang ahli dibidangnya masing-masing mereka adalah Dr. Saiful Bahri MA. (Wakil Bidang Budaya MUI Pusat) dan Dr. Taufiq Qulazhar MA. M.ed. (Pakar Fiqh).

Dialog diadakan di aula kampus Annuaimy dan dihadiri oleh mahasiswa dari beberapa kampus dan organisasi. SEBI, Al-hikmah dan IMASASI ikut bergabung di acara Annuaimy Islamic Festival.

Mengusung tema Dengan Budaya Kita Bangun Peradaban acara ini dibuka oleh Ust. Itang Rusmana Lc. Sebagai mudir Annuaimy dengan basmalah dan pesan akan pentingnya penyebaran dai ke tempat pelosok. Dan para peserta cukup antusian mengikuti sesi demi sesi pemaparan yang disampaikan oleh narasumber.

Acara ini dimaksudkan sebagai usaha menangkal pemahaman-pemahaman yang mendiskreditkan Islam sebagai agama yang intoleran. “Padahal Islam adalah agama rahmatan lil alamin, bukan agama seperti apa yang mereka tuduhkan” katanya Ivan Said selaku ketua Panitia. Dan acara ini menjawab berbagai realita yang terjadi di masa kini. Budaya barat yang melanggar syariat dan keberadaban manusia kini menjangkit kaum muda bagai virus yang terus menjalar tanpa henti. Juga menjawab isu islam primitif dan terbelakang yang sering dilontarkan sejak dulu hingga sekarang. Selain itu kedua narasumber menyampaikan kiat dan solusi menghadapi perang pemikiran (ghazwul fikri) yang sekarang sudah digencarkan di mana-mana khususnya media sosial

Sesaat setelah moderator Fajar Rizki (mahasiswa annuaimy) memberikan muqadimah. Narasumber pertama Dr. Taufik menyampaikan untuk muqadimahnya bahwa setiap muslim memiliki resiko untuk mengenalkan nilai-nilai keislamannya sebagaimana Muhammad harus menyampaikan bahwa dialah Rasul seluruh alam. Dan nyatanya modern ini kita selalu sembunyi dibalik hangatnya islam. Bahkan lanjutnya, tema yang diusung kali ini sangat beresiko besar oleh karenanya jarang yang mengangkat tema seperti sekarang. Resikonya kita harus angkat nilai-nilai islam menjadi budaya masyarakat hingga tercapai peradaban yang islami.

Maka dari itu, kita harus tetap berdakwah dalam keadaan apapun dengan damai. Dalam QS Hud : 112-113 kita dituntut menyampaikan dakwah sebagaimana adanya meski dalam keadaan terancam. jadi pahamnya menurut Dr. Taufik pertama, tetap dakwah meski dalam keadaan terancam. Karena Rasul tidak pernah berhenti dengan berbagai ancaman fisik maupun mental. Kedua, jangan berlebihan dan jangan mudah dipatahkan. Menurutnya teori ini yang sulit dijalankan dalam dakwah, bagaimana caranya kita tidak melampaui batas seperti ISIS tapi kita juga jangan mudah dipatahkan. Ketiga, dakwah lebih penting syahid. Dr. Taufiq menjelaskan bukan berarti syahid tidak penting. Tapi kita tidak bisa mati syahid sedangkan misi dakwah kita tinggalkan. Kita masuk surga sedangkan yang lain tidak mendapat dakwah kita. Seperti itulah kita dalam membangun peradaban.

Kemudian acara ini dilanjut dengan materi dari Dr. Saiful Bahri MA. Sebagai pakar tafsir Alquran beliau selalu menyampaikan segalanya dengan sumber dari Alquran. Dalam membangun peradaban kita bisa melihat dariقيام الحضارة وسقوطها  (berdiri dan runtuhnya sebuah peradaban) kita perlu belajar dari peradaban islam dulu bagaimana itu bangkit dan apa penyebab runtuhnya.

Ada banyak syarat atau nilai dalam membangun peradaban dalam alquran meski tidak spesifik. Salah satunya dalam QS Almaidah ayat 1. Pertama, komitmen dengan janji. Allah berpesan kepada umat islam agar kimitmen dengan janji, dengan manusia juga dengan Allah seperti komitmen tetap shalat, zakat, puasa dsb. Kedua, Manusia harus melihat makanannya. Umat islam kini sudah terjebak dengan budaya pragmatisme dan lupa yang dia makan. Dr. Saiful Bahri membandingkan keadaan itu dengan keadaannya dulu yang lebih mementingkan kualitas makanan dan halalnya. “)ketika ingin singkong maka merebusnya sendiri” ucapnya.

Rekaya kebaikan sosial adalah sebuah teori atau langkah yang disampaikan Dr. Saiful Bahri. Menurutnya, budaya itu bisa dibentuk sehingga jadi budaya. Masyarakat dulu menjadikan sesuatu itu budaya karena mereka membiasakannya hingga dianggap budaya. Maka umat islam khususnya pemuda harus bisa mengampanyekan segala bentuk kebaikan kepada orang lain. Sehingga nantinya kebaikan tersebut akan menjadi budaya, budaya yang baik.

Dr. Saiful Bahri memberi contoh rekayasa sosial seperti pada bulan Ramadhan. Orang-orang tidak aneh dengan membaca Alquran 1 hari 1 juz, shalat berjamaah, sedekah lebih banyak. Karena kebaikan tersebut sudah menjadi budaya bagi kita. Jika kebaikan demi kebaikan terus kita publikasi maka lambat laun itu akan jadi budaya. Dan contoh lain dari rekayasa sosial yang sudah berhasil adalah dulu panggilan ikhwan, akhwat, ana, ente itu dicemooh tapi sekarang sudah menjadi budaya. Kita harus terus mempublikasi kebaikan karena rekayasa sosial bisa juga digunakan untuk kepentingan yang tidak baik. Seperti kampanye LGBT, jika kita membiarkannya suatu saat LGBT akan dilegalkan karena kita tidak memeranginya. Sehingga LGBT akan dianggap sebuah budaya oleh masyarakat.

Sebagai closing statement Dr. Saiful Bahri berpesan kepada para peserta “berekayasalah untuk bertemu orang baik karena perang sesungguhnya adalah ketika kita bertemu dengan orang tidak baik”. Dan dari Dr. Taufiq Qulazhar mengutip perkataan imam Ghazali “seharusnya muslim itu berbid’ah (menciptakan hal baru ) dalan hal dakwah” dalam artian kita harus memanfaatkan sarana kontemporer untuk dakwah kita seperti grup WA, atau grup lainnya. Dengan begitu kita bisa membangun peradaban dan menjadikan islam Assyiyadah fil alam.

Acara dialog interaktif pun berakhir dan dilanjutkan dengan pembagaian hadiah Futsal HNW cup yang diadakan 10 Januari lalu sebagai rangkaian dari Annuaimy Islamic Festival 2016. Dan setelah duhur acara masih berlanjut dengan parade nasyid dari NABDA voice, Quranic accapella dan juga Al-fatir dari Al-hikmah. Serta di Aula Annuaimy diadakan bazar dan pameran kaligrafi karya mahasiswa annuaimy. (Azhar/sbb/dakwatuna)

Azhar Fakhru Rijal, Mahasiswa Ma�had Aly Annuaimy dan Anggota FLP Jakarta, pernah juga menjadi pimred madding Al-Furqon Post (ponpes Alfurqon).
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...