Topic
Home / Keluarga / Pendidikan Anak / Anak Hanya Butuh Calistung

Anak Hanya Butuh Calistung

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (123rf.com/Jasmin Merdan)
Ilustrasi (123rf.com/Jasmin Merdan)

dakwatuna.com – Membaca menulis dan berhitung merupakan kemampuan dasar yang musti dimiliki oleh tiap anak untuk dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Anak seharusnya diberi hak untuk bebas menjadi diri sendiri, berkembang sesuai dengan minat dan bakat alaminya, jika orang tua belajar dengan apa yang diminati maka seharusnya anak juga belajar apa yang dia perlukan dan merasa butuhkan.

Orang tua dan guru telah banyak merampas hak anak karena khawatir yang berlebihan atas masa depan sang anak. Masa depan yang dilihat dari sisi materi sampai mencampakan nurani. Rasa bahagia dalam menjalani hidup. Guru juga menghakimi siswa dan menuntut siswa tidak menjadi diri sendiri menuntut siswa agar berlaku baik, sesuai dengan peraturan bahkan tanpa tahu kenapa harus ada peraturan. Siswa tidak bisa jujur atas perilakunya sendiri. Dituntut menjadi terbaik di semua bidang. Yang itu adalah beban tak tertangguhkan.

Pembelajaran tidak bermakna dari diri anak, banyak dipelajari tapi jauh dari lingkungan anak. Sedangkan sesuai dengan keperluan anak tidak juga, malahan anak tidak tahu mau dibawa kemana materi aja selain dari di meja belajar. Pendidikan juga dikemas dengan permainan seperti obat dibungkus gulali agar anak mau menelannya. Padahal anak akan belajar sendiri jika kemudian anak merasa perlu dengan materi yang diajarkan. Anak tidak perlu dipaksa untuk belajar karena sepanjang materi pembelajaran itu dirasa penting anak pasti akan menuntutnya. Pendidikan akan membahagiakan bagi anak, anak tidak merasa terpaksa dengan tuntuan belajar, andai anak ingin jadi sopir pasti dia akan sungguh-sungguh menjadi sopir, yang terpenting bukanlah kemudian nilai materi keuangan dari sebuah profesi tapi bagaimana kelak anak didik kita setelah selesai pendidikan menyukai profesinya, berbahagia apapun profesinya.

Keterampilan dasar yang dimiliki akan dapat berkembang dengan tambahan keterampilan anak belajar dan memiliki tau caranya belajar. Sekolah harusnya mencetak generasi yang pembelajar, membekali anak dengan kemampuan paling mendasar dan memberikan keleluasaan dalam pengembangan proses belajar di jenjang yang selanjutnya. Nyatanya tidaklah demikian persekolahan justru mengebiri hak anak untuk dapat belajar. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Guru Relawan Sekoah Guru Indonesia Dompet Dhuafa Angkatan , pada tahun 2015-2016. Mengajar di salah satu sekolah International tingkat taman kanak-kanak.

Lihat Juga

UNICEF: Di Yaman, Satu Anak Meninggal Setiap 10 Detik

Figure
Organization