Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Cinta Allah untuk Siapa?

Cinta Allah untuk Siapa?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Ar-Rahman dan Ar-Rahim adalah sifat Allah yang paling banyak kita sebut setiap harinya. Kasih dan sayang Allah Ta’ala diberikan dalam bentuk rahmat yang terdiri dari dua bentuk. Yang pertama adalah kasih sayang dan kecintaan Allah kepada semua makhluk, dan kedua adalah kasih sayang dan kecintaan Allah yang khusus diberikan sebagai penghargaan atas upaya manusia. Kenapa hanya manusia? Karena manusialah satu-satunya makhluk yang berakal. Yang bisa berpikir dan bertindak berdasarkan pertimbangan olah pikirnya.

Kemudian siapa sebenarnya yang dicintai Allah Ta’ala? Dengan kata lain kita harus seperti apa agar mendapatkan cinta dari Allah Ta’ala. Walaupun Allah mencintai seluruh makhluk-Nya akan tetapi kadar kecintaan-Nya tentulah berbeda. Ada yang yang luarbiasa ada yang luarbiasa nan istimewa. Di dalam Alquran bertebaran kalimah Innallaaha yuhibbu….

Nah siapa saja di belakang kalimah itu, itulah manusia istimewa yang mendapat cinta luarbiasa dari Allah.

  1. Allah Ta’ala mencintai muhsinin (orang-orang yang berbuat baik).

Perbuatan baik adalah suatu pernyataan yang sangat luas pengertiannya, kadang malah bisa ditafsirkan secara berbeda antara satu orang dengan orang yang lain. Di dalam Alquran Allah Ta’ala menggambarkan tentang perbuatan baik di antaranya sebagai berikut.

  1. Membelanjakan hartanya di jalan Allah.

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al-Baqarah: 195).

Ayat diatas merupakan rangkaian dari ayat sebelumnya dimana Allah Ta’ala memerintahkan untuk memerangi orang-orang yang memerangi kita. Hal pertama dari berbuat baik menurut ayat ini adalah dengan membelanjakan harta di jalan Allah yang diartikan sebagai memberikan dukungan dana untuk perjuangan menegakkan syari’at Islam. Baik itu berupa dakwah, penyebaran ilmu Dinnul Islam, berperang dan santunan kepada keluarga mujahid.

Hal kedua dari berbuat baik menurut ayat ini adalah menghindarkan diri dari kebinasaan yaitu menghindari semua perbuatan yang berakibat buruk.

  1. Berinfaq di kala lapang maupun di kala sempit.

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS. Ali ‘Imran: 134).

Sebagian besar manusia mempunyai sifat ke’aku’an yang cukup tinggi. Menganggap segala yang ada pada dirinya adalah karena usahanya atau karena kepandaiannya, sehingga mutlak menjadi miliknya. Manakala diperintahkan untuk melepaskan sebagian dari hasil jerih payahnya akan terasa berat. Itu jika padanya terdapat kelebihan, apalagi jika untuk kecukupan dirinya saja belum terpenuhi, tentu akan semakin berat. Jika mampu dalam kedua saat itulah maka Allah memberi gelar muhsinin.

  1. Mampu menahan amarah.

Amarah biasanya akan timbul manakala seseorang merasa haknya tidak terpenuhi oleh pihak lain, sementara ia merasa berhak untuk mendapatkannya. Hak seseorang tidak terpenuhi pastilah karena adanya pihak lain yang tidak memenuhi kewajiban. Dalam QS. Ali ‘Imran: 134 mampu menahan amarah dirangkai dengan memaafkan kesalahan orang lain. Itu artinya seseorang akan mampu memaafkan orang lain manakala dirinya telah mampu menahan amarah.

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan”.

  1. Ikhlas melakukan sesuatu karena Allah Ta’ala.

Disebabkan adanya keinginan-keinginan atau hawa nafsu sebagai manusia dan akibat dari interaksi dengan sesama manusia, maka gejolak hati dan pikiran manusia bisa terpengaruh. Yang seharusnya hanya lurus kepada Allah Ta’ala, bisa melenceng dari itu. Yang awalnya tanpa pamrih, ujung-ujungnya banyak dicampuri kepentingan. Allah Ta’ala mencintai orang-orang yang tetap ikhlash hanya berharap kepada-Nya.

“Tidak ada doa mereka selain ucapan: Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS. Ali ‘Imran: 147-148).

  1. Memaafkan kesalahan atau pengkhianatan orang lain.

Berhuhungan dengan sesama manusia bukanlah hal yang mudah, seribu orang seribu sifatnya seribu pula pemikirannya. Disana akan kita temui manusia yang baik, jujur, amanah, menyenangkan dan sifat baik yang lain. Namun disana juga akan ada manusia pembohong, khianat, menyebalkan dan seabreg sifat buruk lainnya. Kesalahan bisa terjadi baik dari diri kita maupun dari orang lain. Jika dari diri kita tak perlu segan untuk meminta maaf dan jika dari orang lain tak harus berat untuk memaafkan. Jika mampu melakukan itu maka kita bisa meraih kecintaan Allah Ta’ala, sebagaimana yang dituntunkan-Nya kepada Rasulullah SAW berikut:

“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al-Ma’idah: 13).

  1. Istiqomah dalam bertaqwa, beriman dan berbuat kebajikan.

Di dalam diri kita ada yang namanya hati, yang dalam bahasa Arabnya disebut qulub, yang artinya bolak-balik. Berbolak-baliknya hati bisa disebabkan pengaruh lingkungan, orang lain atau dari diri sendiri yang berupa ketakutan, kesedihan, kebosanan bahkan kebahagiaanpun bisa membolak-balikkan hati dan iman seseorang. Kecintaan Allah Ta’ala tertuju pada orang-orang yang istiqomah tetap teguh dalam iman dan taqwa.

“Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS. Al-Maidah: 93).

  1. Allah Ta’ala mencintai muttaqin (orang-orang yang bertaqwa).

Taqwa secara sederhana dimaknai sebagai mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Di dalam ayat-ayat yang menyatakan bahwa Allah Ta’ala mencintai orang-orang yang bertaqwa selalu didahului dengan perintah untuk menepati janji. Karena menepati janji berarti amanah, amanah berarti jujur, jujur berarti bisa dipercayai ucapan dan tindakannya, jujur berarti takut akan pengawasan Dzat yang tidak pernah mengantuk dan tidak pernah tidur.

  1. QS. Ali ‘Imran ayat 76:

“(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertaqwa, maka sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa”

  1. QS. At-Taubah ayat 4:

“Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa”

  1. QS. At-Taubah ayat 7:

“Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidil Haram? maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa”

III. Allah Ta’ala mencintai shabirin (orang-orang yang sabar).

“Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah mencintai orang-orang yang sabar” (QS. Ali ‘Imran: 146).

Dalam ayat di atas Allah Ta’ala berfirman bahwa mencintai orang-orang yang sabar yaitu mereka yang tidak menjadi lemah, tidak lesu, tidak menyerah tatkala ditimpa bencana dan diserang musuh. Sabar disini identik dengan jiwa yang tangguh dengan tekad yang kuat walaupun berada pada keadaan yang sulit.

  1. Allah mencintai mutawakkilin (orang-orang yang bertawakkal).

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya” (QS. Ali ‘Imran: 159).

Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal yaitu ketika menghadapi urusan besar tetap berhati lembut, pemaaf, bijaksana dan bertekad bulat menghadapi masalah dengan bersandar pada rahmat dan pertolongan Allah Ta’ala. Dengan sepenuh hati menyerahkan segala urusan kepada asal mula segala urusan yakni Allah Ta’ala. Dia yang mengatur segala urusan dan pada-Nya jua terdapat solusi dari setiap permasalahan.

  1. Allah mencintai muqsithin (orang-orang yang berlaku adil).

Dikatakan berlaku adil adalah manakala seseorang bisa memberikan hak kepada semua pihak secara berimbang. Tidak mesti hak diberikan secara penuh, akan tetapi harus dipastikan tidak ada pihak yang hanya menanggung rugi. Beberapa ayat yang melatarbelakangi cinta Allah Ta’ala pada muqsithin adalah sbb:

  1. Berlaku adil terhadap orang kafir walaupun mereka suka berbohong dan sering memakan yang haram.

“Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram. Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun. Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil” (QS. Al-Maidah: 42)

  1. Berlaku adil terhadap mukminin yang sedang bersengketa.

“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil” (QS. Al-Hujurat:9).

  1. Berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi dan tidak mengusir dari negeri kita.

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil (QS. Mumtahanah: 8).

  1. Allah mencintai mujahid (orang-orang yang berperang di jalan Allah).

Mujahid adalah orang-orang yang berjuang hingga berperang di jalan Allah. Jihad bukanlah perkara yang ringan, hingga saking beratnya maka Allah menjanjikan jannah untuk mereka yang gugur tatkala berjihad. Jihad diartikan sebagai perilaku yang bersungguh-sungguh dalam menegakkan Kalimatullah di bumi ini. Sebagaimana digambarkan dalam QS. Al-Maidah ayat 54:

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui”

Juga dalam QS. Ash-Shaff ayat 4:

“Sesungguhnya Allah mencintai orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”

VII. Allah mencintai muththohhirin (orang-orang yang bersih).

“Janganlah kamu bersembahyang dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bersih” (QS. At-Taubah: 108).

Membersihkan diri dalam ayat di atas lebih ditekankan pada pembersihan dari dosa dan kesalahan, dengan memperbanyak shalat dan ibadah yang lain.

VIII. Allah mencintai tawwabin (orang-orang yang bertaubat)

Taubat adalah mengakui kesalahan, menyesalinya, memohon ampunan dan bertekad tidak akan mengulanginya lagi. Taubat adalah salah satu cara untuk menyucikan diri, agar terbebas dari dosa dan kesalahan. Taubat juga menjadi pintu untuk berhijrah dari kebathilan menuju keshalihan.

“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah suatu kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri” (QS. Al-Baqarah: 222).

  1. Allah mencintai orang yang mengikuti Rasulullah.

Risalah Allah Ta’ala diturunkan melalui Rasul-Nya. Jika seseorang mengikuti Sunnah Rasul berarti ia telah tha’at kepada Rabb-nya. Dan kecintaan dan ampunan Allah Ta’ala akan menjadi miliknya.

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Al-Maidah: 31).

***

Mencermati ayat-ayat di atas membuat kita mulai introspeksi diri. Dari semua kriteria orang-orang yang dicintai Allah Ta’ala kita masuk di golongan yang mana? Apakah semua kriteria telah kita tepati, atau ada kriteria yang masih dalam proses alias sedang diupayakan, atau ada kriteria yang belum ada pada diri kita atau malah belum ada sama sekali? Semua kriteria golongan orang-orang yang dicintai Allah Ta’ala saling terkait satu sama lain. Untuk menjadi orang yang baik maka harus bertaqwa, sabar, bertawakkal hanya kepada Allah Ta’ala, berlaku adil, berjuang di jalan Allah Ta’ala, membersihkan diri dan bertaubat. Semua itu harus kita jalankan dengan mengikuti Sunnah Rasulullah. Lalu darimana kita memulainya? Bagaimana caranya agar saat ini juga, detik ini pula kita sudah termasuk orang-orang yang dicintai Allah Ta’ala? Jika sebagian dari kriteria diatas masih dalam upaya, atau kita belum mampu mencapainya, maka yang bisa kita lakukan saat ini juga detik ini pula untuk mendapatkan cinta Allah Ta’ala adalah membersihkan diri dengan beristighfar, mengakui segala kesalahan dan dosa kita, kemudian bertaubat dengan taubatannasuha. Mudahkan? Subhanallaah… begitu agungnya Rahmat Allah Ta’ala pada hamba-Nya sehingga untuk meraih cinta-Nya bisa dengan hal yang sangat mudah. Insya Allah…

Astaghfirullaaha wa atuubu ilaih…

Kemudian kita sempurnakan ikhtiar untuk menggapai kriteria-kriteria yang lain. Semoga Allah Ta’ala memberikan bimbingan, petunjuk dan kekuatan untuk menggapainya.

Allaahumma aamiin… (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Hamba Allah Ta'ala yang selalu berusaha untuk mendapat cinta-Nya. Lahir di Jawa Timur dengan nama Susanti Hari Pratiwi binti Harmoetadji. Pendidikan formal hanya sampai S1 Teknik Kimia ITS

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization