Topic
Home / Pemuda / Mimbar Kampus / Menyambung Mata Rantai Persaudaraan di Kampus

Menyambung Mata Rantai Persaudaraan di Kampus

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Kurang lebih 14 abad berlalu sejak hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah. Berbagai rangkaian perjalanan panjang telah dilewati oleh umat ini. Kekuatan umat muslim pada saat itu tak perlu dipertanyakan lagi. Sebab tak hanya sekadar ukhuwah, persaudaraannya berlandaskan atas dasar satu keimanan yang kaffah. Seperti kisah persaudaraan kaum Muhajirin dan Anshar. Bagaimana sebuah persaudaraan yang dilandaskan atas dasar keimanan terasa sangat indah. Bagaimana pengorbanan kaum Anshar pada masa itu yang tak membiarkan saudaranya berada dalam kesusahan. Pengorbanan kaum Anshar yang mengagumkan ini diabadikan di dalam Alquran, surat al-Hasyr/ 59 ayat 9, yang artinya: “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekali pun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).” Umat Islam selama mamperjuangkan kejayaannya pun mengalami masa kebangkitan dan keterpurukan. Sejarah punya cerita, kebangkitan dan keterpurukan yang dialami umat ini tak pernah lepas dari peran para pejuang Islam dan terkhusus kontribusi dari para pemudanya. Dengan semangat juang dan ukhuwah Islamiyah sebagai pondasi kokohnya umat Islam pada masa itu. Karakteristik generasi mudanya pada masa itu menjadi salah satu faktor penting untuk kemajuan perkembangan Islam. Karena, di tangan pemuda lah Islam dapat merasakan kebangkitan yang tinggi hingga keterpurukan yang amat dalam. Lalu bagaimana dengan muslim di zaman sekarang? Ketika kita bicara tentang pemuda, maka berbicara pula tentang mahasiswa. Mahasiswa adalah cerminan pemuda pada masa sekarang. Karena mahasiswa identik dengan agent of change yaitu pembawa perubahan, penerus peradaban dan sebagai stabilitas lingkungan masyarakat. Artinya, mahasiswa memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga moral-moral yang ada. Lalu bagaimana keadaan mahasiswa muslim saat ini? Menjadi mayoritas tanpa kekuatan, kehilangan jati diri dan ukhuwah Islam menjadi penyebab utama bagaimana pemuda khususnya mahasiswa muslim sudah tidak bangga menjadi seorang muslim. Mereka lebih memilih mengikuti perkembangan ke arah yang membuat pemuda kita semakin menjauh dari Islam dan akan berujung kepada lunturnya jati diri seorang muslim serta mulai mementingkan diri sendiri. Apa sebenarnya fenomena yang menimpa mahasiswa muslim saat ini? Hingga mereka kehilangan jati diri Islam dalam dirinya dan ukhuwah yang merupakan salah satu dari sekian pondasi dari kebangkitan umat ini?

Berbagai problematika yang terjadi pada mahasiswa muslim saat ini menjadi faktor melemahnya jati diri muslim saat ini. Berbagai dorongan dari dalam dan luar diri muslim itu sendiri membuat kita sulit untuk bertahan dan mulai terombang ambing. Dorongan dari dalam seperti halnya keinginan untuk hidup bebas, tidak terikat dengan suatu aturan, melakukan berbagai hal atas dasar kemauaan dalam diri yang kuat tanpa membedakan baik dan benar, atau sering disebut “ asal hati senang “. Sedangkan dorongan dari luar salah satunya adalah pergaulan yang salah dalam pertemanan. Karena, pada kenyataannya banyak pemuda khususnya mahasiswa yang masih belum bisa membedakan mana pergaulan yang benar dan mana pergaulan yang membawa keburukan kepada dirinya. Menurut pengalaman pribadi dan pendapat mahasiswa kampus, hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran diri dari muslim itu sendiri, tidak ada keinginan untuk belajar lebih tentang ilmu agama, merasa minder dengan teman-teman yang lain karena terlihat lebih alim dan ketidakmampuan dalam memahami ilmu. Fenomena-fenomena inilah yang membuat pemuda muslim saat ini begitu terpuruk. Sehingga, dapat menyebabkan ukhuwah semakin mengendur, dan hak hak ukhuwah tidak dapat terpenuhi. Karena dalam pergaulan pun ada hak-hak ukhuwah yang harus dipenuhi. Ada beberapa hak-hak dalam ukhuwah sesama muslim. Dalam buku “Hak-hak Ukhuwah” karya Dr. Syaikh Shalih bin Fauzan Alu Fauzan disebutkan bahwa hak-hak dalam ukhuwah antara lain : Mencintai karena Allah Swt, mendamaikan mereka, jujur dalam muamalah, mendoakan kebaikan padanya dengan maghfirah, agar diberi kemaslahatan dunia dan agama. Sedangkan menurut Syahid Hasan Al-Banna ada tiga tahapan dalam membangun ukhuwah sesama muslim. Di antaranya adalah Ta’aruf atau saling mengenal, Tafahum kita dituntut untuk memahami saudara kita lebih detail lagi, dan yang terakhir adalah Takaful atau saling menanggung atau membantu sesama. Ketika ketiga tahapan tersebut dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, maka tak diragukan ukhuwah yang akan terbangun akan semakin kokoh. Namun selain ketiga hal di atas, tetap harus diimbangi dengan pemahaman ilmu agama kita. Karena jika kita tidak memiliki ilmu agama untuk memahami ketiga hal di atas, maka hasilnya akan percuma. Tidak ada dasar dalam ukhuwah kita. Lalu kemudian, bagaimana cara kita mengimpelentasikannya? Agar ukhuwah itu terbentuk, ia harus dibina, dipupuk dan dirawat dengan baik.

Karena setiap muslim adalah saudara, maka sebagai seorang muslim harus saling mengingatkan. Dalam dunia kampus ketika ada kajian-kajian, kita bisa saling mengajak teman-teman kita untuk ikut dalam majelis ilmu. Saling sharing, karena kita sesama muslim itu bersaudara. Dan yang terpenting adalah mentoring. Karena mentoring adalah proses untuk “Akselerasi kedewasaan”. Kedewasaan ini sangatlah luas, bisa jadi kedewasaan dalam memahami Islam, kedewasaan dalam berilmu sesuai pilihan kompetensinya, kedewasaan dalam mensikapi masalah, kedewasaan dalam memilih keputusan, bahkan kedewasaan dalam bergaul–mengenal karakter manusia. Dan dapat dijadikan wadah pertemuan yang intensif antara mahasiswa muslim untuk saling mengenal dan mempererat ukhuwah Islamiyah sesama muslim. Because mentoring is the best solution for us. Yuk! masuk surga sama-sama dan terus saling mengingatkan dalam hal kebaikan.

“Dalam dekapan ukhuwah, kelembutan nurani menuntun kita menjadi anak Adam sejati; memiliki kesalahan, mengakuainya, memperbaikinya, dan memaafkan sesama yang juga tak luput dari khilaf dan lupa…” ― Salim Akhukum FillahDalam Dekapan Ukhuwah (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Masa Kampus: Sebuah Rangkaian Fase

Figure
Organization