Miris sekali jika melihat kondisi permasalahan yang dialami Indonesia tak kunjung usai, lantaran masih kurangnya kesadaran masyarakatnya dalam mendukung program pemerintah dalam menekan angka kematian ibu dan bayi. Adapun berbagai faktor yang menyebabkan kenapa permasalahan itu bisa terjadi. Di antaranya, jangkauan akses layanan kesehatan di daerah pedesaan atau pedalaman cukup jauh dari perkotaan untuk memeriksakan kehamilan ke dokter spesialis. Kemudian, juga dipengaruhi pendapatan mereka yang hanya pas-pasan dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, di mana sebagian besar pekerjaan mereka sebagai serabutan atau buruh pabrik, sehingga mereka tidak berpikiran untuk mengecek kesehatan janinnya dan memperhatikan gizi makanan selama hamil, karena yang terpenting bagi mereka bisa makan saja sudah bersyukur. Padahal, jika mereka bisa lebih dini memeriksakan janin yang dikandungnya tersebut ke bidan atau dokter terdekat tentunya bisa menekan angka kematian ibu dan bayi. Sebab, dengan memeriksakan janin, kita sebagai ibu hamil tentunya akan lebih mengetahui perkembangan si bayi dan juga dapat memperhatikan makanan yang lebih bergizi untuk si bayi agar tumbuh sehat.
Tak dipungkiri jika masalah kematian ibu dan bayi tinggi juga dikarenakan terbatasnya tenaga kesehatan seperti dokter spesialis kandungan maupun bidan di daerah-daerah desa terpencil hingga pedalaman, dan itu yang harus dipikirkan oleh pemerintah untuk lebih banyak menempatkan dokter-dokter spesialis 24 jam penuh ke daerah tersebut. Selain dokter spesialis, kader kesehatan atau aktifis yang bergerak di bidang kesehatan juga bisa terus memberikan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat tentang informasi kesehatan ibu hamil serta dampaknya, agar mereka sadar betapa pentingnya kesehatan kehamilan sehingga saat melahirkan bayinya dapat tumbuh dengan sehat dan normal.
Namun dari sejumlah kasus yang ditemukan, bayi yang dilahirkan di dunia ini mengalami cacat dan kurang gizi akibat sang ibu ketika mengandung tidak memperhatikan asupan makanan yang dimakan dan tidak pernah mengecek kehamilannya ke bidan atau dokter. Dengan kejadian inilah yang membuat mereka akan lebih sadar bahwa selama ini mereka salah dan menyesal karena telah membuat anak mereka yang dilahirkan menjadi tidak normal. Upaya lainnya dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi adalah dapat menekan perkawinan di usia muda dan ikut mendukung menyukseskan program keluarga berencana (KB). Pasalnya, keduanya sangat berpengaruh sekali dalam mengentaskan permasalahan tersebut dimana variabel yang paling dekat dengan faktor kematian ibu juga bergantung pada tingkat keberhasilan pemakaian alat kontrasepsi dan angka usia kawin muda. (dakwatuna. com/hdn)