Biarkan Sejarah Berbicara

Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Dahulu, para Nabi dituduh tukang sihir, orang gila, ditawan hingga dibunuh secara keji.

Tiada utusan Allah, kecuali mereka mendapat intimidasi maupun propaganda yang teramat hebat dari musuhnya.

Nabi Nuh diolok-olok,
Nabi Ibrahim terusir,
Nabi Musa dibuat jengkel,
Nabi Harun hampir saja mau dibunuh,
Nabi Su’ya dibunuh,
Nabi Armia dipenjarakan,
Nabi Zakaria dan Yahya dibunuh secara keji,
Maryam binti Imran dituduh berzina
Nabi Isa dihancurkan karakternya dan menjadi DPO untuk disalib,
Nabi Muhammad diracun hingga membuatnya sakit keras, kemudian meninggal dunia

Masih banyak lagi kisahnya jika hendak diurutkan, setelah era para Nabi, kejadian tetap sama, para sahabat pun mendapat ujian hebat.

Umar bin Khaththab dibunuh,
Utsman bin Affan dibunuh,
Ali bin Abi Thalib dibunuh, hingga kini tiada yang tahu di mana kuburannya berada
Hasan diracun,
Husain dibunuh secara keji dan masih banyak lagi kisah-kisah kaum muslimin yang membuat Anda berpikir.

Inilah fakta sejarah, coba renungi sejenak, ada apa gerangan, bukankah mereka manusia-manusia terbaik yang hadir di muka bumi, jika dibandingkan dengan kita, perbandingannya antara langit dan bumi, sangat jauh, bahkan tidak pernah bisa disamakan.

Sejarah tidak pernah berubah, hanya saja kekurangan kita yang membuat berubah dalam memahami sejarah, kata kuncinya bukan what is behind, tapi who is behind. That quite enough!

Baiklah, sebelum kita membuka kata kunci who is behind, baiknya kita pahami kembali sebuah keniscayaan, jika para Nabi dan orang-orang yang mulia saja tidak lepas dari berbagai tuduhan dan ancaman.

Bagaimana dengan kita umat akhir zaman?

Kini, para ulama yang disebut dengan pewaris para Nabi, juga mengalami hal yang sama.

Mereka dituduh teroris, penyebar fitnah, pemecah belah, pengkhianat dan jauh dari kemajuan.

Ada apa sebenarnya?

Pertanyaan ini yang sebenarnya sering hadir di benak kita.

Jika kita membiarkan sejarah berbicara, maka kita akan menemukan para pembangkang di antaranya Bani Israil atau sekarang lebih dikenal dengan sebutan Yahudi, para penguasa zalim penganut paganisme, penyembah setan , para pelaku maksiat, orang-orang bodoh, sombong dan sejenisnya.

Mereka itulah sebenar-benar perusak, pembuat kekacauan, pembantah para Nabi dan juga pembunuh para Nabi. Apapun literatur yang Anda baca, pasti muaranya pasti akan ke sana.

Dalam kehidupan dunia, memang akan ada dua pergulatan hebat (antara hak dan batil). Ujungnya adalah sebuah keniscayaan. Masing-masing kubu akan saling membela. Allah ada di kubu yang hak, setan pemimpin orang-orang tersesat.

Kini, media informasi sebagai aksesorisnya dan bisa menjadi penunjang formalnya.. ah! Memang benar kejahatan yang terorganisir, mengalahkan kebaikan yang diam membisu.

Kami akan sedikit mengajak Anda semua kepada kisah sejarah ribuan tahunan yang lalu, sebagai salah satu kunci jawaban, sebutlah kisah ini tentang Nabi Isa, Nabi Musa dan kisah Iblis. Ambil pelajarannya!

Dalam perjalanan hidup Nabi Isa, ia banyak memiliki karunia, diberi kenabian beserta mukjizat. Kelebihan ini yang membuat kalangan Yahudi mendengki, begitu juga para penguasa Romawi, mereka takut eksistensinya tergeser pengaruh Isa yang menyeru untuk menyembah Allah semata dengan segala keutamaan yang dimilikinya.

Jika kita cermati, kedengkian para elit (penguasa Romawi) sangat wajar, apalagi bersinggungan dengan ideologi mereka sebagai penyembah berhala, ketika pengaruh superior mulai terusik dengan pendatang baru, biasanya mereka tidak senang, maka apapun cara akan dihalalkan guna menjatuhkan lawan, bahkan memusnahkannya.

Besarnya fitnah yang menimpa Isa di waktu kecil, membuat Maryam begitu khawatir hingga akhirnya ia memutuskan untuk membawanya ke negeri Mesir dan menetap di sana sampai ia berusia sekitar dua belas tahun.

Maka tak heran jika kita dapati para penganut Kristen Koptik di Mesir dan kawasan sekitarnya, mereka begitu bangga dengan ajaran koptiknya, mereka meyakini ajaran yang dianutnya masih murni sebagaimana yang dibawa Nabi Isa dan Ibunya tatkala melarikan diri dari kejaran tentara Romawi.

Hari besar mereka bukan di bulan Desember, namun di awal bulan dalam penanggalan Masehi, para pemuka agamanya rata-rata berjenggot, berpakaian serba hitam, memakai penutup kepala berbentuk melingkar besar, jauh berbeda dengan para pastur maupun pendeta dan para pemuka agama di Vatikan, bangunan gereja pun berbeda dengan gereja pada umumnya, karena ia memiliki kubah besar seperti Hagia Shopia di Istanbul Turki.

Belajar dari kisah Firaun yang mengaku tuhan di era Nabi Musa, ia begitu takut kekuasaannya diambil alih Bani Israil, menimbang kuantitas dan pengaruh mereka yang semakin kuat di negeri Mesir sepeninggalan Nabi Yusuf. Alhasil Firaun melakukan genosida terhadap mereka. Alasannya hanya satu yaitu kawatir eksistensi mereka sebagai warga pribumi terusik oleh para pendatang, tak hanya itu merekapun ditindas dan dijadikan budak secara turun temurun.

Kisah lain tentang terusirnya Iblis dari Surga, bukan semata-mata karena ia diciptakan dari Api, sedangkan Adam dari tanah, namun ada faktor mendasar lain yaitu eksistensi Iblis sebagai calon penguasa tunggal bangsa jin di muka bumi akan sirna jika ia bersujud kepada manusia yang dihadirkan Allah Ta’ala sebagai khalifah. Dari sini sebagian kalangan berpendapat bahwa Iblis berasal dari bangsa Jin yang durhaka, sebagian lain berpandangan bahwa ia bagian dari malaikat.

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali iblis. dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.” (QS. Al Kahfi: 50)

Jadi kita tidak perlu heran, biarkan sejarah yang berbicara, sejak dahulu, para pendengki, superior, Yahudi, penganut paganisme, pelaku maksiat selalu dan akan tetap berbuat kerusakan sampai kapanpun dan di manapun.

Dahulu dan kini, kesalahan yang membuat manusia ditindas, difitnah, dihujat dan diperangi hanya karena mereka berkata Tuhan kami Allah yang Maha Perkasa dan Terpuji, kemudian mereka konsisten di jalanNya dengan mengikuti sunnah NabiNya, mengajak kepada yang ma’ruf dan menolak kemungkaran. Itu saja, tiada yang lain!

Adapun isu radikalisme dan terorisme yang sering digembor-gemborkan, hal itu bisa dipesan, tergantung siapa dalang di belakang layar (who is behind). Kita hanya butuh sedikit kecerdasan untuk membuka tabir sehingga tidak termakan istilah menyesatkan di era global.

Berbagai dukungan terus digalang, mencari pembenaran sesuai selera dan hawa nafsu, beginilah keadaan para pembantah yang ingin melenyapkan kebenaran dengan cara batil namun dibungkus dengan nuansa formal.

Apapun alasannya, pembunuhan, kezaliman, kebodohan, perpecahan tidak bisa dibenarkan dalam ajaran Islam yang lurus lagi benar, sejak kapan Islam berubah haluan menjadi para peneror, mungkin sejak media dikuasai barat dan sejak mereka memanfaatkan kebodohan umat Islam yang mudah terbawa arus dan syubhat. Maka jawabannya selesai sampai di sini.

Cukup firman Allah Ta’ala bagi kita:

Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah”, dan Sesungguhnya kami atau kamu pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata. (QS. Saba: 24). (dakwatuna.com/hdn)

Dosen Fakultas Dakwah Universitas Islam Bandung (UNISBA) & PIMRED di www.infoisco.com (kajian dunia Islam progresif)
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...