Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Tak Naik Kelas, Pangkal Keluar Sekolah

Tak Naik Kelas, Pangkal Keluar Sekolah

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (sportbund-rheinhessen.de)
Ilustrasi. (sportbund-rheinhessen.de)

dakwatuna.com – Ia tersenyum malu-malu. Di balik jaket hitam yang membungkus tubuh, ia menyembunyikan diri. Kupluk yang lekat di jaket lusuh bertengger di kepala hingga wajah tirus itu tak terlihat dari samping. Aku menghampirinya. Laki-laki yang hampir sama tinggi denganku itu terlihat menjauhi pintu, tapi aku terus mengejar. Jarak dua depa, aroma rokok menyembul dari balik jaketnya. Tak bisa lagi dielak bahwa laki-laki ini baru saja usai menghisap asap selarap.

“Apa yang sedang kau lakukan disini, Ki?”

“Tak ade Bu, kami nengok jak.”

“Kamu mau masuk kelas Ibu?”

Tadaklah, Bu.”

“Apa kegiatanmu sekarang, Ki?”

“Ngumpulin pinang, Bu. Kami malu sekolah. Belum bisa mbace, sekolah pun tadak gak naik kelas.”

“Mengapa harus malu? Sekolah lagi lah Ki. Nanti ibu ajarkan membaca.”

Mamak nyuruh kami keluar, Bu.”

Riki berlalu dengan senyum tanpa kata. Berlari dengan bau rokok yang tertinggal di pembauanku. Rambutnya semakin berdiri tegak, dengan kumal yang tak juga hendak beranjak. Aku kembali ke kelas. Dan dapat kupastikan anak-anak mengintip dari balik pintu kelas 4. Jelas, Riki tak akan lagi duduk bersama mereka mendengarkanku membacakan cerita.

Suatu sore yang lain saat aku melatih pramuka anak-anak, pria kecil itu datang lagi. Senyum merekah saat aku menatapnya dengan ramah.

“Mau ikut pramuka, Ki?”

Nengok jak, Bu.”

“Apa yang kau kerjakan di rumah Ki?

“Kami brondol , Bu.”

Ah, sudah terbayang di wajahku. Anak ini pasti menggendong karung setiap pagi hingga siang mengumpulkan sawit yang tanggal dari janjangnya. Padahal upahnya tak seberapa. Apalagi Riki masih anak-anak yang belum boleh bekerja, sehingga tidak akan diupah sama layaknya orang dewasa. Di banyak kesempatan lain, berkali-kali kutanya mengapa Riki memilih keluar sekolah. Jawabannya hanya satu, “Tak naik kelas Bu, kata mamak mending tadak lagi sekolah”.

Memang, tak naik kelas sering menjadi alasan bagi anak-anak untuk keluar sekolah. Selain rasa malu, biasanya orang tua merasa percuma menyekolahkan anak sehingga mendesaknya untuk keluar. Ini mengundang dilema tersendiri bagi guru sepertiku. Di satu sisi, guru menginginkan anak-anaknya bisa naik kelas dengan kemampuan yang baik. Sayangnya, tidak semua anak mampu mencapai kemampuan standar yang telah ditetapkan. Sehingga pilihan untuk membuat anak tinggal kelaslah yang dipilih. Riki misalnya, rapat guru memutuskan harus tinggal kelas sebab tak dapat membaca di jenjang usia kelas 3.

Aku sadar betul bahwa sekolah bukan hanya bertujuan menjadikan anak pandai membaca. Sekolah selayaknya dapat menjadi wadah bagi anak belajar soal nilai-nilai hidup dan bagaimana menyiapkan bekal untuk menghadapinya. Benar, bukan hanya soal membaca saja. Tapi banyak hal lain. Kabar buruknya, kemampuan membaca menjadi syarat utama bagi anak-anak untuk mengetahui dan menguasai pelajaran lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika siswa tak dapat membaca, maka siswa tidak akan dapat mengikuti pelajaran apa pun dengan baik. Jadi, harus bagaimanalah ini? Tidak dinaikkan, anak keluar sekolah. Tapi jika dinaikkan, siswa akan mengalami kesulitan belajar yang lebih parah.

Semoga, guru-guru dan orang tua sadar betul akan hal ini. Sehingga, tidak akan ada lagi Riki-Riki yang lain. Jika anak tak naik kelas, pastikan orang tua dan guru untuk terus mensupport agar anak dapat me-manage rasa malu dan rendah diri dengan baik. Dan kelak, persekolahan di negeri kita bisa lebih bijak menyikapi hal ini. Jangan lagi ada soal sulit belajar menjadikan anak tak memiliki pendidikan.

 

 

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Relawan SGI angkatan ke 7 Daerah Penempatan Kubu Raya Kalimantan Barat. Mengabdi di SD N 06 Rasau Jaya.

Lihat Juga

Program Polisi Pi Ajar Sekolah, Pengabdian Polisi Jadi Guru SD dan TK

Figure
Organization