Rusia, Turki, dan Afghanistan

Ilustrasi. (Foto: inet)

dakwatuna.com – Lebih dari 30 pertempuran terjadi antara Kerajaan Rusia dan Khilafah Turki Utsmani, baik pra dan pas Perang Dunia I. Dan Lebih dari satu juta tentara Rusia muslim ikut berperang melawan Turki. Ambisi Rusia waktu itu yang berada di bawah pemerintahan Tsar Nikolai adalah ingin menguasai pantai-pantai Laut Hitam yang dikuasai oleh Turki Utsmani.

Sejak tiga ratus tahun lebih Muslim dan Yahudi Rusia mengalami sikap represif Tsar-Tsar sebelum Nikolai (Tsar artinya Kaisar dalam bahasa Russia). Mufti-mufti selalu ditunjuk oleh Tsar. Ini tak ayal membuat kebijakan-kebijakan Tsar yang bertentangan dengan Syariat, selalu di legitimasi secara agama oleh mufti-mufti boneka itu.

Ambisi Tsar Nikolai untuk menguasai dunia timur terkendala loyalitas rakyatnya terutama warga Muslim dan Yahudi yang kerap kali melakukan pemberontakan akibat kebijakan represif Tsar sebelumnya. Nikolai memberikan kebebasan warganya untuk mendirikan sekolah agama, subsidi pendidikan, sampai dengan Mufti tertinggi yang dipilih langsung oleh umat Islam.

Gerakan Jadidi, yang merupakan kelompok reformis Islam Russia kala itu memanfaatkan dengan baik peluang itu. Mereka berjanji tidak akan memberontak kepada Tsar dan mereka mau berintegrasi sebagai warga kerajaan Russia. Umat Islam tidak mengetahui agenda tersembunyi Tsar akan kebijakan itu. Yakni memanfaatkan umat Islam untuk melakukan invasi militer.

Ilustrasi (inet)

Pada kenyataannya banyak anak muda muslim yang lari dari wajib militer. Banyak tentara-tentara Russia muslim yang setengah hati berperang melawan saudara seagamanya. Pada perang Rusia – Afghanistan nantinya juga demikian, terdapat sejumlah tentara-tentara Russia muslim notabene muslim namun berideologi komunis berperang melawan Taliban.

Muslim Russia di bawah rezim Lenin dan Stalin mengalami derita yang sangat pahit. Banyak ulama-ulama digantung, masjid-masjid dan quran-quran dibakar.

Sampai ada cerita seorang ulama yang waktu kecilnya hidup zaman kekuasaan Komunis, untuk belajar dan menghafal Alquran, harus berpura-pura menggembalakan domba ke kaki gunung. Dimana di sana gurunya sudah menunggu untuk mengajarinya. Karena mengajari agama saat itu melanggar undang-undang dan dapat dijatuhi hukum gantung. (akbar/dakwatuna)

Info lebih lanjut mengenai saya, silahkan klik blog saya, terima kasih
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...