Topic
Home / Narasi Islam / Ekonomi / Perusahaan Anda Lebih Dari 25 Tahun, Kenapa Tidak Berkembang Pesat?

Perusahaan Anda Lebih Dari 25 Tahun, Kenapa Tidak Berkembang Pesat?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (dakwatuna)

dakwatuna.com – Percaya atau tidak, jika Anda menemukan realitas ini dapat dipastikan 80 % SDM didalamnya berada di Comfort Zone (Zona Nyaman), 10 Persennya dalam kondisi “Sakit” dan hanya 10% saja yang benar-benar serius memikirkan Perusahaann. Mereka yang  berada di dalam zona nyaman akan sulit untuk berubah kecuali perusahaan tutup, rasa kepemilikan terhadap pekerjaannya kecil selain rasa takut terhadap atasan apabila ditanya soal hasil pekerjaanya, apalagi rasa kepemilikan terhadap perusahaanya jangan ditanya, terpenting bagi mereka yang ada di comfort zone adalah pergi pagi dan pulang sore tepat waktu, tidak menyalahi peraturan perusahaan, soal hasil kerja tidak perlu dipikirkan toh jikapun berhasil tak menguntungkan sama sekali.

Loyalitas karyawan hanya sebatas ingin dilihat bahwa dirinya loyal, tidak lebih. Biasanya kondisi ini dapat dilihat juga bahwa hubungan antar departemen dan divisi tidak harmonis, manis di depan menusuk di belakang, Hal yang paling berbahaya adalah sikap karyawan yang acuh terhadap program dan instruksi dengan satu alasan “Ah..jikapun nanti marah, paling setelah itu biasa lagi”.

Lalu, Apakah kondisi ini bisa membangkrutkan perusahaan? Sangat bisa, karena dapat dipastikan kondisi perusahaan tidak tercapai sales, produksi banyak barang rusak dan pengiriman selalu terlambat. Tetapi, jika perusahaan bertahan hidup hanya sekedar aktivitas biasa atau rutinitas, maju nggak dan bangkrut juga nggak. Apakah Anda melihat perusahaan Anda seperti ini?

Jika jawabannya Iya, Penulis bisa pastikan masalah terbesar adalah masalah Kepemimpinan, Ibarat Kitab yang punya judul tetapi ketika dibuka tidak ada isinya, ibarat kereta kosong atau pilot menerbangkan pesawat tetapi penumpangnya tidak ada, istilah lainnya adalah Jabatan tanpa peran, selain mencari perhatian bos besar bahwa dirinya paling berjasa dan paling mampu, mengakui hasil kerja anak buah menjadi hasil kerjanya dan melimpahkan semua kesalahan kepada anak buahnya apabila terjadi masalah.

Kepemimpinan yang hanya diakui sebagai Jabatannya tidak pengaruhnya, kepemimpinan yang dibangun dengan rasa takut tetapi tidak dengan rasa hormat, Mengapa itu terjadi? Karena karyawan merasa sudah bekerja keras, tetapi perusahaan yang diwakili top management kurang memperhatikan, dan sebaliknya Perusahaan sudah merasa memberikan konpensasi besar, tetapi merasa karyawannya masih belum mencapai kinerja terbaik. Saling menuntut, saling meminta, saling berharap, saling menunggu siapa dulu yang bisa memberikan yang terbaik.

Terjadilah “Lost Organization”, Kepemimpinan yang hambar, tanpa rasa memiliki selain hanya rasa takut jika disalahkan dalam pekerjaan, Karena budaya yang dibangun adalah saling menyalahkan bukan mencari solusi dari kesalahan, budaya yang dibangun adalah mencari-cari kesalahan, selalu kurang dan miskin penghargaan.

Jika masalahnya adalah Kepemimpinan, berarti Pemimpin Perusahaan tidak memiliki seni mempengaruhi orang lain guna mencapai tujuan besar perusahaan. Jadi, secara umum akar masalah adalah kemampuan memimpin yang masih lemah, bukan salah karyawan secara keseluruhan. Zona nyaman di atas telah diciptakan begitu lama, puluhan tahun sehingga mengakar dan mengurat daging dan Perusahaan sulit melakukan perubahan. Seyogyanya seorang pemangku jabatan harus memberikan peranan lebih dalam merawat, memupuk, menyirami karyawan di bawahnya untuk berkembang bukan membiarkannya hingga merasa tidak diperhatikan dan akhirnya menjadi orang-orang yang hanya bekerja asal Bos Senang.

Bagaimana memperbaiki kondisi ini? Saya akan kupas dalam Artikel yang berikutnya.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Founder PT Coach Addie Group & Indonesian Muslim Foundation, Tinggal di Kota Bandung kelahiran Kota Ketapang, Kalimantan Barat. Activist, Journalist, Professional Life Coach, Personal and Business Coach, Author, Counselor, Dai Motivator, Hypnotherapist, Neo NLP Trainer, Human Capital Consultant & Practitioner, Lecturer and Researcher of Islamic Economics and Thinker and a Writer on culture, humanity, education, politics, peace, Islam, Palestinian, Israel, America, Interfaith, transnational, interstate, Management, Motivation and Cohesion at workplace. Committed to building a Cohesive Indonesia, Cohesive Industrial relation, Cohesion at workplace and offer Islamic solutions to the problems that inside. Lulus dari Fakultas Dakwah STAI Al-Haudl Ketapang, Kalbar, Melanjutkan S-2 Manajemen di Universitas Winaya Mukti Bandung, Jawa Barat.

Lihat Juga

Salimah Siap Gelar Silaturahim Koperasi dan UKM Nasional

Figure
Organization