Jangan Islamofobia

Ilustrasi. (dakwatuna/hdn)

dakwatuna.com – Islam kembali mendapat perlakukan diskriminasi. Masih banyak orang yang takut pada Islam/Islamofobia sehingga mengeluarkan ucapan dan tindakan yang mendiskreditkan Islam. Terbaru, Donald Trump, calon presiden Amerika Serikat dari partai Republik mengeluarkan pernyataan yang menyakiti umat Islam. Jika terpilih menjadi presiden, dia akan mengeluarkan kebijakan yang melarang migrasi muslim ke AS dan mendeportasi muslim dari AS. Dengan dalih menjaga kemungkinan terorisme.

Tindakan rasisme Donald Trump sontak menuai berbagai reaksi dari dunia. Baik itu umat muslim maupun non-muslim. Sehari sesudah pernyataan itu, ratusan tokoh masyarakat dan pemuka agama melakukan demonstrasi mengkritik Donald Trump dan memintanya mundur dari bursa capres. Donald Trump mungkin lupa bahwa umat muslim turut menyumbang bagi kemajuan di negara-negara termasuk AS. Jumlah muslim di AS tidak sedikit. Umat muslim di AS adalah tokoh-tokoh yang memiliki prestasi gemilang. Seperti petinju kelas berat tingkat dunia Muhammad Ali, Mike Tyson sebagai petinju termuda yang menang di kelas berat dunia, dan Shaquille O’Neal sang ikon basket. Bahkan presiden Barack Obama pun keturunan muslim. Ayahnya muslim Kenya Sumbangsih muslim di AS tidak kecil. Migran muslim di AS juga turut berkontribusi bagi kemajuan negeri Paman Sam itu hingga menjadi seperti saat ini.

Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg turut bereaksi. Dia mengeluarkan pernyataan memberi dukungan kepada muslim. Dalam pernyataan resminya dia mengatakan “Saya ingin menambahkan dukungan kepada Muslim dalam komunitas ini dan di seluruh dunia. Setelah serangan Paris dan kebencian pekan ini, saya hanya bisa membayangkan Muslim merasa bahwa mereka akan tersiksa oleh aksi pihak lain. Jika Anda seorang Muslim dalam komunitas ini, sebagai pemimpin Facebook, saya ingin Anda tahu bahwa Anda selalu diterima di sini dan kami akan berjuang melindungi hak-hak Anda dan menciptakan lingkungan yang damai dan aman untuk Anda”.

AS juga menerapkan sikap standar ganda. Mereka begitu memusuhi dan memerangi Islam yang dianggap melakukan tindakan terorisme tapi mereka diam kepada Israel yang jelas-jelas melakukan pembantaian, penghancuran, dan penjajahan terhadap Palestina. Ribuan nyawa warga sipil melayang akibat aksi brutal Israel. Kebanyakan korbannya adalah wanita dan anak-anak. Bayi tak berdosa gugur. Anak-anak tak sempat merasakan masa remaja. Pemuda-pemuda Palestina banyak yang meninggal, ditangkap, dan dipenjara. Padahal penindasan itu berlangsung puluhan tahun sejak 1942. Disinilah dipertanyakan politik AS yang mengagungkan demokrasi.

Islamofobia adalah sikap takut secara berlebihan dan ketidaksenangan terhadap Islam. Memiliki kecurigaan dan pandangan selidik terhadap muslim. Muslim dicap sebagai teroris. Menilik ke belakang, label muslim sebagai teroris dipicu berbagai peristiwa terorisme yang dialamatkan kepada oknum muslim sebagai dalangnya. Seperti peristiwa penghancuran gedung WTC dan Pentagon pada 11 September 2011. Meskipun sampai saat ini belum jelas siapa pelakunya, AS terlanjur menuduh Osama bin Laden dan Al- Qaeda sebagai dalangnya.

Teror bom Paris tidak menunggu lama untuk mengoyak toleransi antar umat beragama yang sudah lama terjalin. Dalam hitungan jam usai teror yang menewaskan 128 korban jiwa, muslim di Perancis pun mendapatkan teror yang merusak ketenangan hidup mereka yang dialamatkan pada individu, kelompok, atau tempat ibadah. Ketika berjalan di tempat umum, mereka mendapat padangan yang berbeda. Masjid-masjid pun mendapat teror berupa coretan-coretan yang menghina Islam.

Munculnya gerakan kelompok Islamic State Iraq and Syiria (ISIS) yang identik dengan kekerasan dan senjata turut merusak citra Islam. Padahal ISIS jelas bukan Islam. Sebab ‘trade merk’ mereka menggunakan kekerasan dan senjata untuk memaksakan kehendak mereka. Padahal Islam jelas-jelas melarang pemaksaan dalam beragama apalagi jika sampai menggunakan kekerasan dan senjata. Dari hal ini sudah jelas ISIS bukan Islam.

Muslim sejati harusnya tahu bahwa menggunakan kekerasan dengan alasan apapun tidak dibenarkan. Apalagi membunuh seseorang tanpa alasan haq (benar) maka dianggap sebagai dosa besar. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 32, “Barang siapa membunuh seorang manusia bukan karena orang itu membunuh orang lain (bukan karena qishash), atau bukan karena membuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan ia membunuh manusia seluruhnya; dan barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan ia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya.”

Islam dengan jelas melarang menggunakan segala cara untuk meraih tujuan. Apalagi menggunakan kekerasan. Islam juga memiliki etika termasuk dalam berperang sekalipun. Ketika dalam suasana perang, Islam memberikan rambu-rambu dan etika dalam berperang yaitu tidak boleh membunuh wanita, orang yang sudah tua, anak kecil (dan bayi), tidak boleh merusak tumbuhan, dan tidak boleh merusak tempat ibadah.

Maka, aksi bom bunuh diri dan penembakan secara brutal yang mengakibatkan korban warga sipil yang tidak ada kaitannya dengan urusan itu adalah tindakan yang tidak bisa ditolerir. Itu bukan muslim.

Seperti insiden penikaman yang dilakukan seorang pria di stasiun bawah tanah di London Timur yang melukai beberapa orang. Berulang-ulang pria itu mengucapkan kalimat “Ini untuk Suriah”. Oleh polisi setempat tindakan itu dinilai sebagai teroris. Aksi itu spontan memancing seruan dari seseorang yang kemudian menjadi tenar. “You ain’t no muslim, bruv”. Dalam bahasa gaul kira-kira artinya adalah “Kamu bukan muslim”. Seruan itu kemudian populer di media sosial dengan hastag #YouAintNoMuslimBruv. Kesadaran bahwa kekerasan bukan ajaran Islam sudah mengemuka. Kekerasan bukan bagian dari ajaran Islam. Muslim sejati tidak akan menggunakan kekerasan. Rasulullah SAW tidak mengajarkan kekerasan. Justru kelembutan dan kedamaian yang akan kita dapatkan dalam sirah (perjalanan) hidup beliau dalam menyebarkan Islam.

Kita jangan terpancing dengan tindakan rasisme yang dilakukan oleh orang lain. Tetap hidup berdampingan secara damai dengan umat lain. Jangan pula membalas dengan menindas dan memperlakukan tidak baik kepada umat lain yang ada di negara kita. Hindari segala bentuk bentrok yang mengatasnamakan agama. Hindari sikap-sikap yang menumbuhkan benih-benih permusuhan. Salah satunya adalah merasa lebih baik dari umat lain. Menjadi baik boleh. Tapi tidak boleh merasa paling baik (sendiri).

Guru di SMP Islam Terpadu Darul Hikmah Pasaman Barat. Menuntut ilmu di Universitas Andalas, Padang.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...