Anak SMA Penghafal Alquran Ini Tidak Kenal Facebook

Khoirun Nisa (binaumat.com)

dakwatuna.com – Yogyakarta. Saat ini pengguna media sosial di Indonesia terus menjamur, seperti pengguna jejaring sosial Facebook. Saking banyaknya pengguna Facebook, Indonesia menduduki peringkat ke-4 terbesar sebagai negara yang paling banyak pengguna Facebooknya. Bahkan, berdasarkan riset yang dilakukan oleh sejumlah lembaga, Indonesia berada di urutan pertama di dunia sebagai pengguna jejaring sosial Facebook melalui perangkat mobile.

Namun, ramainya orang menggunakan media sosial di Indonesia, terutama para remaja, tidak mempengaruhi para santri Sekolah Menengah Atas (SMA) Islam Terpadu (IT) Bina Umat, yang berada di dusun Setran, Sumberarum, Moyudan, Sleman, Yogyakarta. Pasalnya, di sekolah ini siswa tidak diperkenankan untuk membawa alat komunikasi baik Hand Phone (HP) maupun Komputer atau Laptop.

Salah satu siswa SMAIT Bina Umat yang tidak tersentuh oleh ramainya media sosial adalah siswa kelas 11 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Khoirun Nisa. Khoir, begitulah ia biasa disapa, justru tidak pernah mengakses media sosial. Bahkan, dirinya tidak memiliki akun Facebook maupun Twitter.

Sebagaimana yang dikutip dari website resmi Bina Umat, binaumat.com, Kamis (26/11/2015), Khoir hanya fokus bagaimana menambah jumlah hafalan quran selama belajar di SMAIT Bina Umat. Hasilnya, kini Khoir telah menghafal 19 juz alquran. Khoir mempunyai target selesai 30 juz di kelas 11 ini, dan saat kelas 12 nanti, Khoir mengaku hanya tinggal me-murojaah (mengulang) saja.

Khoir terlahir di keluarga yang sederhana. Ayah Khoir seorang penyuluh pertanian di Banyumas, Jawa Tengah. Sementara ibu Khoir merupakan guru IPA di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al Hidayah Purwanegara, Purwokerto. Khoir merupakan anak ke-2 dari 4 bersaudara. Khoir mengawali sekolahnya di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darul Hikmah Banyumas, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) IT Ibnu Abbas Klaten, dan kini menyelesaikan SMA di SMAIT Bina Umat.

Sugiyanto, Ayah Khoir sangat mendukung keinginan anaknya menjadi hafidzah (penghafal) quran. Sugiyanto berpesan agar Khoir jangan jadikan quran hanya untuk meraih duniawi. “Tujukanlah untuk mencari Ridho Allah semata,” ujar Sugiyanto.

Selain itu, sang ibu, juga sentiasa menasehati Khoir. “Kalau ikut lomba yang diharapkan bukan kemenangan, tapi Ridho Allah-lah yang harus menjadi tujuan. Jadilah penghafal alquran, karena alquran itu yang akan membantu kita di hari kiamat nanti,” ujar ibu Khoir, Nur.

Setiap hari Khoir menyetorkan hafalannya kepada Ustadz Bustanul Arifin Al-Hafidz dan Ustadz Iesna Arofatuz sebanyak dua kali, di pagi dan malam hari.

Siswa yang mengemban amanah di Seksi Peribadatan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMAIT Bina Umat ini, merupakan sosok teladan bagi siswa lainnya. Amanah seksi Peribadatan OSIS di SMAIT Bina Umat dinilai para siswa dan guru sangat berat. Karena Khoir harus bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan shalat lima waktu dan shalat sunah. Setiap hari Khoir bangun jam 3 pagi untuk membangunkan adik-adik kelas melakukan shalat tahajud dan shalat subuh berjamaah di Masjid.

Selain hafal alquran, muslimah yang bercita-cita jadi dokter ini juga berprestasi di bidang akademik. Terbukti, saat kenaikan kelas tahun 2014/2015 lalu, Khoir mendapatkan peringkat ketiga dari 33 siswa dikelasnya.

“Anak ini pendiam, patuh dan paling rajin di kelas,” ungkap Wakil Kepala Sekolah SMAIT Bina Umat, Kharisma Endah. (abr/dakwatuna)

Konten ini telah dimodifikasi pada 26/11/15 | 17:31 17:31

Seorang suami dan ayah
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...