Topic
Home / Narasi Islam / Sosial / Islam dan Etos Kerja

Islam dan Etos Kerja

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (makeuseof.com)
Ilustrasi. (makeuseof.com)

dakwatuna.com – Agama Islam penuh dengan ajaran yang mendorong umatnya untuk berusaha dan bekerja. Allah berfirman:  “Dan seseorang tidak akan memperoleh apapun selain apa yang diusahakannya” (Alquran surat An-Najm ayat 39)

Ini sejalan dengan sesanti orang barat, “Do your best and God will do the rest”. Namun kebanyakan umat Islam tidak memahami isi ajaran yang tersebut dalam Alquran dan Hadis. Dan tidak sedikit pula orang-orang Islam yang telah memahami ajaran Islam  tetapi tidak mengamalkannya.

Kalau kita mencermati “sirah”  (riwayat hidup) Nabi Muhammad SAW, beliau adalah seorang pemimpin yang tidak pernah menganggur. Setiap hari waktunya digunakan untuk:

  1. Melakukan ibadah (kebaktian/pengabdian kepada Allah)
  2. Mencari nafaqah (nafkah)
  3. Melakukan dirasah (belajar mengajar)
  4. Memenuhi kebutuhan usrah (keluarga)
  5. Melaksanakan dakwah (penyiaran islam)
  6. Mengurusi kepentingan ummat (masyarakat)
  7. Menyediakan waktu untuk istirahat (istirahat untuk kepentingan kesehatan)

Jadi beliau sangat menghargai waktu dan mengatur penggunaan waktunya dengan sebaik-baiknya.

Menjadi muslim kaffah

Allah telah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam agama Islam secara keseluruhan  (sepenuhnya) dan janganlah kami mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu” (Alquran surat Al-Baqarah ayat: 208).

Kelemahan sebagian besar umat Islam ialah bahwa mereka mengamalkan ajaran Islam secara parsial dan tidak secara total. Ajaran Islam itu secara garis besarnya terdiri atas tiga bidang, yaitu: akidah (keimanan atau kepercayaan), ibadah, dan akhlak (budi pekerti) yang semuanya harus diamalkan secara utuh, tidak sebagian-sebagian.

Dalam masyarakat sering kita jumpai, misalnya ada orang Islam yang ibadahnya rajin, kelakuannya juga baik, tetapi sayang, akidahnya belum benar atau menyimpang (musyrik). Misalnya mempercayai takdir tetapi tidak mau berikhtiar. Ini menghambat etos kerja. Atau masih memuja jimat-jimat, makam-makam, roh-roh, thuyul, mencari “pesugihan” ke tempat-tempat tertentu yang dianggap keramat, dan lain-lain.

Ada juga orang Islam yang akidahnya sudah benar dan kukuh, ibadahnya rajin, tetapi kelakuannya tidak terpuji, misalnya melakukan korupsi, selingkuh, peminum, penipu, sombong dan lain-lain.

Contoh lain lagi, ada orang Islam yang akidahnya sudah benar dan kukuh, kelakuannya juga baik, tetapi sayang, dia malas mengerjakan shalat. Itulah beberapa varian tentang kualitas keislaman saudara-saudara kita umat Islam yang membuat citra Islam kurang cemerlang.

Prof. Fazlur Rahman, Guru Besar McGill University, Montreal, Canada, pernah menyatakan bahwa diharapkan umat Islam Indonesia akan menjadi pemimpin dunia Islam, mengingat besarnya jumlah umat Islam di negeri kita ini. Namun dengan melihat keislaman umat kita yang belum kaffah, maka harapan itu tampaknya masih jauh.

Hari Esok Lebih Baik

Pada prinsipnya agama Islam mengajarkan agar para pemeluknya mencapai kemajuan. Sense of progress hendaknya dimiliki oleh umat Islam, terutama para pemimpinnya. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barang siapa yang keadaannya hari ini lebih baik dari kemarin, maka dia beruntung. Dan barang siapa yang keadaannya hari ini sama dengan kemarin, maka dia tertipu. Dan barang siapa yang keadaannya hari ini lebih jelek dari kemarin, maka dia celaka (terkutuk)”.

Oleh karena itu kita seharusnya berupaya untuk mawas diri, di mana letak kelebihan dan kekurangan kita, dan bagaimana caranya memperbaiki diri, agar dapat mencapai kemajuan dalam segala aspek kehidupan.

Secara individual, kita hendaknya berupaya untuk maju, dalam bentuk:

  1. Keimanan kita makin kukuh dan lurus
  2. Pengalaman ibadat makin rajin dan benar
  3. Akhlak makin bagus
  4. Amal saleh makin banyak
  5. Keahlian makin meningkat
  6. Ekonomi makin baik.

Dalam meraih kemajuan ekonomi ini Nabi Muhammad bersabda: “Carilah kebutuhan-kebutuhan hidup dengan menjaga kehormatan diri, sebab segala sesuatu itu berjalan menurut takdir Tuhan”.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Ayah dari 2 orang anak yang menekuni pendidikan manajemen ini selain bekerja di rumah sakit swasta terkemuka di Kota Semarang, juga sebagai pengajar di Lembaga Pendidikan Ketrampilan Terpadu. Selebihnya waktunya untuk kegiatan sosial kemasyarakatan diantaranya sebagai pengurus LAZIS. Menyukai korespondensi sejak SMP tetapi hobi menulisnya ketika di SMA. Beberapa tulisannya pernah di muat di media massa. Saat ini bertempat tinggal di Kota Semarang.

Lihat Juga

Anggota DPR AS: Trump Picu Kebencian pada Islam di Amerika

Figure
Organization