Topic
Home / Berita / Opini / Menelaah Bencana Asap Riau dari Perspektif Qauliyah

Menelaah Bencana Asap Riau dari Perspektif Qauliyah

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

 

Kabut asap pekat masih terus menyelimuti kota-kota di Kalimantan Timur. (citraindonesia.com)
Kabut asap pekat masih terus menyelimuti kota-kota di Kalimantan Timur. (citraindonesia.com)

dakwatuna.com – Riau kini menjadi sorotan media. Informasi tentang bencana yang menimpanya membuat masyarakat Indonesia merasa prihatin. Beragam upaya telah dilakukan pemerintah untuk menangggulanginya. Bahkan, Negara dari luar juga memberikan bantuan untuk mengatasi kabut asap yang semakin tebal tersebut. Jika kita mengamati info terbaru, jarak pandang di Pekanbaru tak jauh lebih baik yaitu 400 meter, kemudian Kabupaten Pelalawan 300 meter dan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu 800 meter. Paling buruk di Kota Dumai, yaitu 50 meter,” (Kepala BMKG Pekanbaru ).

Dari paparan berita tersebut, apa yang pertama kali kita pikirkan? Ini salah siapa? Kenapa bisa terjadi? Cobalah kita mengambil pandangan dari sisi yang lain. Coba sedikit menelaah dan mengintrospeksi apa yang sebenarnya terjadi dan kenapa ini terjadi. Di saat suatu peristiwa menimpa kita dan orang lain maka libatkanlah Allah di dalamnya.

Banyak dari pribadi kita  menyalahkan orang lain atas suatu peristiwa yang merugikan kita. Kita tak sadar bahwa sejatinya semua kejadian bersumber akibat perbutan kita sendiri. Jika dikompilasikan dengan kasus kabut asap di Riau yang hingga kini  belum terselesaikan, maka  pertanyaan yang kemudian muncul ialah apakah kontribusi kita hingga mengakibatkan kebakaran asap tersebut? Dan  apa hikmah yang Allah sematkan atas peristiwa ini?

Masyarakat umum sering melihat suatu peristiwa dengan kaca mata kauniyah. Kauniyah berarti orang yang selalu mengedepankan aspek atau nilai duniawi semata. Kabut asap bagi mereka yang menggunakan perspektif kauniyah akan menganggap bahwa bencana ini akibat ulah manusia semata. Berbeda halnya jika memahami peristiwa dengan memakai kacamata qauliyah. Perspektif qauliyah akan melihat kejadian secara lebih komprehensif, bahwa ada permainan tangan Allah. Bisa jadi Allah memberikan ujian tersebut agar manusia ingat akan Dia, dan juga agar menjadi peringatan bagi manusia untuk menjaga alam karena manusia diutus sebagai khalifah di bumi .

Dalam Surat Ad Dukhan, Ad Dukhan yang berarti kabut atau asap. Ada yang berpendapat bahwa asap yang meliputi manusia adalah asap yang meliput manusia ketika neraka mendekat kepada orang-orang yang berdosa. Hal ini diperkuat dengan firman Allah, “Bagaimana mereka dapat menerima peringatan, padahal (sebelumnya pun) seorang rasul telah datang memberi penjelasan kepada mereka”. Dari ayat tersebut seharusnya merefleksikan diri kita kembali tentang apa yang telah kita perbuat hingga Allah menurunkan azabnya. Fabbi ayyi ala’i rabbikuma tukadziban “maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Perempuan yang dilhirkan dari keluarga yang sederhana. Mencoba meraih mimpi dengan meniti ilmu di Kampus Perjuangan Universitas Indonesia. Saat ini duduk di semester lima jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI. Saat ini menjabat sebagai Kepala Departemen Advokasi Kesejahteraan Mahasiswa BEM FISIP UI 2015. Aktif di organisasi dan kepanitiaan serta tak lupa dengan kewajibannya sebagai seorang muslimah. Bercita-cita ingin menjadi orang yang dapat memberikan dampak dan manfaat seluas-luasnya bagi masyarakat.

Lihat Juga

Tujuh Kompleks Pengungsi Sulteng Diresmikan ACT

Figure
Organization