[caption id="attachment_76432" align="alignright" width="330"] Pemilu Turki. (dw.com)[/caption] dakwatuna.com – Ankara. Rakyat Turki akan memberikan suara pada pemilu legislatif dini, Ahad (1/11/2015) besok. Namun demikian pemilu kali ini terasa sangat berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Belum berselang lima bulan, rakyat Turki sudah harus mengadakan pemilu lagi. Inilah salah satu sebab pemilu kali ini terasa sangat berbeda. Mustafa Hamitoglu di Turk Press, Jumat (30/10/2015) kemarin, menulis bahwa terjadi keredupan dalam suasana menjelang pemilu. Pemilu yang biasanya menghadirkan suasana gempita kali ini terasa redup. Ditandai dengan berkurangnya bendera, kendaraan yang berkeliling kota untuk berkampanye, dan sangat jarang pembesar partai yang turun ke berbagai wilayah. Sebab lainnya, menurut Hamitoglu, adalah... Sebab lainnya, menurut Hamitoglu, adalah masih kuatnya trauma masyarakat pasca bom bunuh diri yang menjatuhkan ratusan korban meninggal dunia beberapa waktu yang lalu. Hingga saat ini masih ada rentetan usaha aksi teror di beberapa kota, termasuk Ankara dan Istambul. Pemerintah juga melakukan operasi-operasi penangkapan dan penggeledahan ke organisasi-organisasi yang terduga terkait dengan ISIS. Ada sebab lainnya, yaitu kondisi ekonomi yang memburuk pasca pemilu. Nilai tukar Lira di depan mata uang yang lainnya. Kondisi-kondisi sulit ini, menurut Hamitoglu, adalah senjata bermata dua yang sama-sama bisa digunakan oleh partai penguasa dan juga oposisi. AKP sebagai partai berkuasa menggunakannya sebagai alasan untuk meyakinkan para pemilih untuk kembali menguatkan posisi partai pimpinan Ahmed Davutoglu ini. Hanya itu yang bisa dilakukan agar kondisi kembali normal seperti sebelumnya. Adapun partai oposisi menyalahkan AKP, bahwa kondisi buruk ini adalah akumulasi dari kebijakan-kebijakan politik AKP tahun-tahun sebelumnya. Sehingga wajar saja kalau partai Erdogan ini harus membayar kesalahannya dengan menerima kekalahan. (msa/dakwatuna)