Dr. KH. Ali Akhmadi, Pelita Masyarakat dengan Al-Quran

Ustadz Ali Akhmadi. (Ist)

Catatan Seorang Santri

dakwatuna.com – Tulisan ini bukanlah semata-mata sebagai tanggapan tentang tulisan yang di muat di Dakwatuna beberapa hari yang lalu dengan judul: “Ini Klarifikasi Ustad Ali Akhmadi Terkait Isi Khutbahnya”, tapi ini adalah pengakuan tulus saya sebagai seorang murid yang hidup bersamanya selama hampir lima tahun. Ketika saya membaca berita dengan judul di atas tidak terlalu kaget, malah saya tersenyum-senyum sendiri waktu membacanya, karena kasus-kasus seperti ini sering terjadi; salah memahami pernyataan orang, yang lebih celaka lagi dituduh sesat atau dituduh Syiah. Oleh karena itu kepada kita semua yang hendak hadir majelis-majelis Ilmu, berniatlah hadir untuk mendapatkan kebaikan keberkahan dan Ilmu, bukan hadir di majelis-majelis Ilmu sekedar memanjakan hobi mengutip pernyataan sepotong-sepotong, lalu disebar dan akhirnya menimbulkan kekacauan di masyarakat; permusuhan dan perkelahian.

HARI itu gelap, bulan pun datang dari peraduannya menemani malam yang ditinggal pergi oleh siang nan cerah, menunjukan hari mulai berganti, kesepian pun mulai terasa dari hiruk-pikuk dan rutinitas masyarakat metropolitan. Hari itu tepat pada pertengahan bulan Agustus tahun 2008, dari dekat saya menyaksikan sebuah bangunan yang terlihat sederhana tapi tetap menyimpan kesan keindahan. Kaki pun melangkah masuk kedalam ternyata lebih sederhana lagi, di sana tidak ditemukan perabot-perabot rumah yang mahal, dan kesejukan mulai terasa ketika mendengar lantunan ayat suci Alquran yang dibacakan oleh para Hufadz yang tidak lain adalah murid-muridnya KH. Ali Akhmadi.

Rumah yang saya saksikan dan akan saya diami itu adalah yayasan Al-Hayah Hayatuna yang tidak lain itu juga adalah rumah kediamannya, rumah beliu hampir sepenuhnya diwakafkan untuk para santri, para santri itu sangat leluasa untuk bergerak, di sana hanya ada beberapa ruangan untuknya dan keluarga, dan hampir ruang privasi beliu korbankan demi melayani Alquran. Yayasan Al-Hayah Hayatuna adalah sebuah yayasan Tahfidzul Qur’an yang waktu itu berjumlahkan hampir 30 orang santri (belum ada santri perempuan), sebelum saya ke Sudan baru mulai direkrut santri perempuannya, saya adalah angkatan pertama yayasan itu, akhirnya diwisuda hanya tinggal enam atau tujuh orang yang bertahan, yang lainnya tergoda oleh pesona ibu kota yang selalu menjanjikan banyak hal; pekeraan dan pendidikan yang mudah dll, ada pula yang pulang kembali ke kampung halamanya.

Ali Akhmadi tidak hanya mendirikan yayasan Al-Hayah Hayatuna, di bawah asuhannya ada banyak lagi lembaga yang khusus untuk mengkader para penghafal Alquran yang d kelola oleh para murid beliu, bahkan beliau punya imajinasi “MEREKRUT SATU ORANG SANTRI UNTUK MENGHAFAL ALQURAN DARI SETIAP RT SELURUH INDONESIA”, imajinasinya itu sedikit demi sedikit mulai membuahkan hasil. Saat ini Ali Akhmadi bahkan sedang merampungkan pembangunan Pesantren Tahfidz dan Masjid yang ada di Sumedang Jawa Barat dan Pesantren yang ada di pati jawa tengah tempat asal Ali Akhmadi, waktu itu meminta saya untuk mengajar Alquran dan sekalian Imam di pesantren di sumedang, tapi saya bilang ke beliau, saya ingin belajar dulu, beliau pun tidak bisa memaksa.

Ustad Ali Akhmadi adalah seorang doctor di bidang tafsir dan Ulumul Quran lulusan S1 Madinah, lulus S2 dari Islamabad dan S3 di UIN Syarif Hidayatullah, di samping itu Ali Akhmadi juga hafal Quran, itu dituntaskan hanya dalam tempo waktu tiga bulan. Di tengah kesibukannya mengisi berbagai pengajian di hampir seluruh wilayah di Ibu Kota, Ali Akhmadi tidak lupa meluangkan waktu bersama santrinya duduk bareng menghatamkan Alquran setiap sekali sebulan, kami para santri dikumpulkan di yayasan yang juga kediamannya untuk menghatamkan Alquran sehari selama tidak sampai sepuluh jam dari jam delapan pagi sampai jam empat sore.

Perhatiannya terhadap Alquran sangatlah besar, di antara bentuk perhatian beliau terhadap Alquran selain yang saya sebutkan di atas adalah kebiasaan membaca Alquran dalam shalat Qiyam sebanyak tiga Juz atau lebih, itu dilakukan sebulan sekali bersama dengan ibu-ibu pengajian yang rata-rata umurnya enam puluh tahun ke atas, kadang-kadang saya malu sendiri dengan ibu-ibu yang jarak usianya sangat jauh dengan saya, lalu sambil berbisik di hati; saya yang masih muda begini kok kalah dengan ibu-ibu itu!.

Kegiatannya hampir marathon setiap hari, dimulai dari sebelum subuh untuk mengisi MABIT (shalat qiyam) bersama para jamaah masjid yang berbeda-beda setiap harinya sampai malam, sesampai di rumahnya tidak langsung istirahat, beliau harus mengisi LIQO (pengajian) anak-anak muda dan kadang-kadang juga para santri diberi tausiyah, sampai tengah malam, itu terjadi bukan satu dua malam, hampir setiap hari. Menyaksikan pemandangan itu saya pun merasa takjub; ini orang DAHSYAT!!. Ali Akhmadi diberi karunia luar biasa oleh Allah SWT. dengan kekuatan dan kesehatan yang imbang. Beliau selalu bilang; Saya akan merasakan sakit jika setengah hari tidak disibukkan dengan Dakwah dan pengajian dan selalu merasakan ketenangan luar biasa jika dalam kondisi sakit lalu berdakwah lagi.

Kemampuan Ali Akhmadi membaca Alquran dengan baik, suara yang bagus dan kempuan Ali Akhmadi dalam berceramah, berkhutbah tanpa teks dengan suara yang lantang serta kemampuanya menghadirkan dalil-dalil dari Alquran dan Hadits dengan cepat adalah modal beliu untuk membuat orang terpukau dan kagum. Dengan modal itu Ali Akhmadi sering mendapatkan permintaan empat sampai lima masjid dalam satu jum’at, kadang-kadang susah membuat prioritas jika terjadi permintaan dalam waktu yang bersamaan. Kalau sudah begini susah juga ya…Bagaimana berpikir kehilangan jamaah??, Selama ini orang sampai berantem karena takut ditinggal jamaah, kalau orang punya Ilmu ya ngga mungkin ditinggal jamaah.

Lebih jauh lagi tentang ustad ini pernah dicalonkan menjadi anggota DPRD dari PKS mewakili Jakarta, kalau tidak salah Jakarta Timur, tapi beberapa hari selesai dilantik langsung mengundurkan diri dengan alasan ingin fokus membina orang dengan Alquran, pada hal orang berpikir seratus kali untuk meninggalkan jabatan bahkan tidak jarang menumpahkan darah gara-gara itu, tapi dengan enteng beliu meninggalkanya, tanpa beban. Di tahun 2009 lalu Ali Akhmadi juga diamanahi untuk menjadi anggota DPRI satu dari PKS, tapi tidak lolos, beliau sambil berujar; Doa ibu-ibu dan para jamaah ternyata terkabul, sebab ibu-ibu itu bercerita bahwa mereka selalu berdoa agar KH. Ali Akhmadi agar tidak lolos jadi anggota DPRI, bisa aja ibu-ibu doain begitu he…

Jadi dalam kehidupan kita ada orang bergerak dalam sepi, berkarya dalam diam, beramal dalam senyap, hampir-hampir orang tidak mengenalnya, oh ternyata ada karyanya, dan tidak suka dengan popularitas semu. Apalagi hanya tebar pesona sengaja mencari pernyataan orang yang dianggap kontroversial, lalu berteriak-teriak; ada orang sesat, ada orang sesat!!!, dengan begitu dia menganggap dirinya pembela Islam, pahlawan Agama yang hebat, padahal itu adalah kedunguan, senang cari sensasi. Namun orang-orang begini juga tidak banyak berbuat untuk umat, hanya senang berkhayal menjayakan Islam, bagaimana Islam bisa anda jayakan jika hanya bermodal khayal dan mimpi saja, itu ilusi saja.

Saya harus akui bahwa manusia tidak selalu sempurna, pasti ada sisi-sisi lain yang kurang. Saya berharap semangat Ali Akhmadi bisa kami wariskan terutama saya sebagai orang yang memiliki cerita tentangnya. Sebenarnya masih banyak hal tentang Ali Akhmadi yang ingin saya ceritakan, tapi karena ketebatasan tempat maka saya cukupkan.

Konten Terkait
Disqus Comments Loading...