Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Sebingkai Syair untuk Calon Ibu Mertua

Sebingkai Syair untuk Calon Ibu Mertua

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (lucykatecrafts.blogspot.co.id)
Ilustrasi. (lucykatecrafts.blogspot.co.id)

dakwatuna.com – Bismillahirrahmanirrahim. Aku awali rangkaian syair ini dengan melafazhkan nama Allah, karena sudah sepatutnya segala sesuatu yang baik harus dimulai dengan mengucapkan asmaNya.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Duhai calon ibu mertua, semoga Allah selalu memberikan penjagaan sempurnanya untukmu bidadari terindah di mata anak lelakimu.

Perkenalkan aku lah wanita sederhana yang tengah berbenah untuk menjelma menjadi sebaik-baiknya muslimah bagi anak lelakimu di sana. Ibu, aku tahu wajahku tak secantik primadona atau seperti Zulaikha yang mampu menerobos setiap mata pria yang memandangnya, kecuali Nabi Yusuf as. Tapi, aku tahu anak lelakimu tak dapat diluluhkan hanya dengan paras yang indah bukan, Bu? Karena aku paham keindahan serta kesantunan jiwa Bapaklah yang akhirnya membuat kalian mampu merekahkan setia dalam wujud pernikahan dulu.

Jangan pula tanyakan kepintaranku Bu, karena aku pun tak secerdas Aisyah binti Abu Bakar yang mampu menghafal segudang hadits dari Sang Kekasih Tuhan, Rasulullah SAW. Hingga membuat namanya menjadi salah satu wanita istimewa di dalam Alquran. “Tidaklah kami kebingungan tentang suatu hadits, lalu kami bertanya kepada Aisyah, kecuali kami mendapatkan jawaban dari sisinya” (HR. At-Tarmidzi).

Apalagi sesuci Maryam binti Imran, karena aku pun juga pernah melalui masa-masa penuh petualangan karena terperdaya tipu daya setan, hingga akhirnya aku faham bahwa menjalani ikatan sebelum pernikahan merupakan tindakan menelikung takdir Tuhan yang jelas-jelas sudah tercatat di dalam Al-Qur’an. “ Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik (pula)” (QS. An-Nur : 26).

Oleh sebab itu aku acungi dua jempol bagi para pezina atas nama cinta yang masih bisa hidup leluasa setelah diberi hidayah atau bahkan setelah membaca firman Allah yang berbunyi, “ Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’: 32)

Ibu, aku tak ingin terlalu gegabah menafsirkan apa itu cinta. Namun yang kutahu cinta itu sederhana saja, saat kau dan dia saling berbenah diri untuk saling berhimpun dengan penuh khusyuk dalam upaya pemenuhan syukur kepada Tuhan akan rindu yang dihadiahkanNya, lalu diaplikasikan dalam bentuk keberanian untuk segera menyempurnakan separuh agama.

“Tidak ada yang bisa dilihat lebih indah dari orang-orang yang saling mencintai, seperti halnya pernikahan.” (HR. Al Hakim)

Oleh sebab itu, dengan menaruh harapan besar izinkanlah kami untuk menyatukan debar kerinduan dalam ikatan yang dihalalkan Tuhan, agar proses pengabdian kepada Sang Maha Pencipta Kehidupan dapat dilakukan dengan penuh kemurnian.

Demikianlah sebait syair yang adinda hadiahkan untuk calon ibu mertua tercinta. Semoga kiranya Ibunda paham akan aksara yang terangkai melalui kata-kata di atas dan segera datang untuk melanjutkan episode kesempurnaan separuh agama.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Calon menantumu

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Alumni Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Ilmu Perpustakaan S1 stambuk 2010 . Tinggal di kota Medan kelahiran Idi Rayeuk, Aceh Timur pada tanggal 23 Februari 1992. Sulung dari lima orang bersaudara, dan semuanya perempuan.

Lihat Juga

Ibu, Cintamu Tak Lekang Waktu

Figure
Organization