Sepenggal Kisah, Sang Anak Dakwah…

Ilustrasi. (Afifah Nusaibah)

dakwatuna.com

Dulu,
Dulu sekali, ingatkah ketika hari di mana untuk pertama kalinya aku menyapa dunia
Senyuman sederhana tersimpul manis dari pipi cantikmu, Ummi…
Peluh yang bercucur penuh di dahimu, tak lunturkan bahagia dan syukur di hari itu…
Lalu, diperdengarkan adzan untukku, dalam dekapan hangat seseorang bernama Abi…
Yang kini, kukenal sebagai pejuang hebat lagi tangguh dan gagah…

Mungkin ini sepenggal kisah
Awal dari perjalananku bersama tarbiyah
Memulai hidup, dan menuai banyak hikmah
Dari dalam dekapan Umi, hingga ke jalan dakwah

Satu persatu ilmu kau ajarkan
Tentang pahit getir perjuangan
Tentang sebuah cita-cita di masa depan
Tentang ukhuwah dan kebersamaan

Sedari dulu, kau tanamkan dalam jiwa-jiwa anakmu
Agar menjadi manusia paling tangguh lagi patuh
Tangguh dalam perjuangan
Patuh terhadap aturan Allahurrohman

Sejarah tak pernah dusta
Sejarah tak pernah lupa
Tentang tapak tapak yang kau tinggalkan
Tentang jejak-jejak yang kau ukirkan
Sejarah senantiasa mengabari kami tentang itu
Betapa kokoh dan megahnya, bangunan bernama semangat dan pertahanan

Siang malam berganti, badai dan terjangan ombak menghampiri
Tetap saja tak mampu meruntuhkan kokoh perjuangan dan pengorbananmu

Abi,
Umi,
Dengarkanlah sejenak
Sebentar saja aku ingin meminta maaf
Maaf jika kelak, aku dan Garuda Keadilan, jauh lebih kokoh di masa depan
Maaf jika kelak, aku dan Garuda Keadilan, jauh lebih produktif di jalan perjuangan
Maaf jika kelak, aku dan Garuda Keadilan, jauh melampaui harapan dan cita-cita yang engkau doakan
Maaf jika kelak, aku mulai sibuk dengan dakwah,
Atau mulai sibuk dengan urusan ummah,
Atau mulai sibukk dengan segala hal tentang tarbiyah
Maafkanlah, Abi, Umi

Semua itu tak lain, karena kami ingin tetap membersamai mu, di SurgaNya kelak…
Membersamaimu, mengukir jejak-jejak sejarah…
Lalu, biarkan aku sejenak menyapa mereka…
Sahabat-sahabat perjuangan yang penuh semangat dalam berkarya
Garuda Keadilan, di seluruh penjuru kota…

Kawan,
Ketika kita memiliki satu tujuan yang sama,
satu tujuan kebaikan, akan banyak batu kerikil bahkan duri yang tajam akan menghujam.
Bertahanlah,
Sakit itu biasa. Perih itu memang luka.
Tapi di ujung sana, ujung yang masih jauh di sana
dan kita masih harus tertatih melangkah ke sana, ada SurgaNya yang manis,
SurgaNya yang nyata, SurgaNya yang tiada dua.

Bertahanlah…

Aku tidak akan mengatakan bertahanlah sedikit lagi.
Karena kita sama sama tahu, jalanan itu masih sangat panjang.

Bertahanlah sampai antrian maut menghampiri.

Karena menjadi “hanif” seperti sifat Nabi Ibrahim, tidaklah sekadar lurus.
Melainkan lurus dan istiqomah di saat yang lain tengah menyimpang bahkan ingkar…

Kita, teman seperjuangan. Saat perbedaan itu sebuah keniscayaan,
selagi iman, dan aqidah kita bertumpu pada satu Sang Pencipta Insan, Allahur Rohman,
maka doa adalah penguat dan pengukuh ukhuwah dan perjuangan…

Mahasiswi LIPIA Jakarta | Garuda Keadilan | Gkreatip | KAMMI
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...