Topic
Home / Berita / Surat Pembaca / Surat untuk “Tuan yang Dimuliakan”

Surat untuk “Tuan yang Dimuliakan”

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (primaradio.co.id)
Ilustrasi. (primaradio.co.id)

dakwatuna.com – Tuan, tak perlu repot-repot dirimu meminta maaf kepada anggota PKI dan semua turunannya, yang sudah jelas-jelas merupakan pengkhianat bangsa ini. Tapi minta maaflah kepada rakyat Indonesia yang sejak kepemimpinanmu semakin terpuruk kehidupannya. Harga BBM dan sembako melambung tinggi, nilai rupiah terhadap mata uang dunia anjlok, perekonomian melemah kalau tak mau dikatakan morat-marit, angka pengangguran dan kriminalitas melonjak tajam.

Belum lagi ditambah dengan beberapa bencana alam lainnya, seperti banjir, gunung meletus, gempa bumi, kebakaran hutan yang tak kunjung padam serta bencana kabut asap yang sampai hari ini masih terus mengancam dan telah memakan korban jiwa. Juga berbagai musibah kecelakaan alat transfortasi yang tak ada habis-habisnya, terjadi silih berganti hingga membuat kecut nyali anak negeri.

Yah…memang tak perlu meminta maaf kepada PKI dan seluruh antek-anteknya, Tuan…tapi minta maaflah kepada bangsa ini karena dirimu tak bisa menepati janji. Jika perlu letakkan mandatmu yang sudah terlanjur diberikan kepadamu, dengan jiwa besar dan sikap ksatria bila memang benar engkau mengaku sebagai seorang Negarawan Sejati. Akui dan katakan dengan lantang bahwa sesungguhnya dirimu tak mampu memimpin bangsa ini, sebagaimana lantangnya ketika dulu engkau berkampanye di hadapan jutaan rakyat Indonesia dengan mengatakan bahwa semua persoalan negeri ini akan bisa diselesaikan dengan sangat mudah, semudah membalikkan telapak tangan. Namun kenyataannya, semua itu nol besar…!

Serahkan saja kepada yang mampu dan merupakan ahlinya, Tuan…agar rakyat dan juga negeri ini tidak semakin hancur. Jika dirimu memang benar dan mengakui sebagai seorang muslim sejati, ingatlah bunyi peringatan ini : “Apabila suatu urusan diberikan dan dikerjakan oleh yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya…!” Dan bukankah pula jauh-jauh hari ada seseorang (yang sekarang menjadi pendamping setiamu) pernah mengingatkanmu, bahwa negeri ini akan hancur jika dipimpin oleh dirimu. Tidak ingatkah engkau dengan semua peringatan itu, Tuan…?

Nah…apakah engkau akan menunggu negeri ini benar-benar hancur dulu, baru engkau mau meletakkan jabatanmu? Baru engkau mau bertobat dan meminta maaf kepada seluruh rakyat di negeri ini? Sudah terlambat, Tuan…nasi sudah menjadi “bubur basi” yang tak enak lagi dimakan.

Jangan sampai engkau bernasib sama seperti Fir’aun yang baru mau mengakui Tuhan Musa (Allah SWT) sebagai Rabb-nya, tatkala nyawanya sudah sampai di tenggorokan, ketika dirinya sudah megap-megap ditelan ganasnya gelombang Laut Merah. Laksana syair sebuah lagu : “Terlambat sudah kau datang padaku…”

Tolong cam-kan semua itu, Tuan yang merasa dimuliakan…!

Pamulang, medio Oktober 2015
Hormat saya

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Ibu rumah tangga dengan 5 orang anak.Terus berkarya, baik dalam diam maupun bergerak, tak ada kata berhenti sampai Allah yang menghentikannya, tetap tegar walau badai menghadang.

Lihat Juga

Kemuliaan Wanita, Sang Pengukir Peradaban

Figure
Organization