Topic
Home / Pemuda / Pengetahuan / Terbukti, ECCT Dapat Mematikan Sel Kanker Secara Signifikan

Terbukti, ECCT Dapat Mematikan Sel Kanker Secara Signifikan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Warsito mempresentasikan ECCT di Kongres ISLA ke-10 di Beverungen, Jerman, 12—13 Juni 2015.  (deslaknyo)
Warsito mempresentasikan ECCT di Kongres ISLA ke-10 di Beverungen, Jerman, 12—13 Juni 2015. (deslaknyo)

dakwatuna.com – Kanker telah menjadi permasalahan kesehatan masyarakat utama di seluruh dunia. International Agency for Research on Cancer (IARC), sebuah badan di bawah WHO pada tahun 2008 memperkirakan penderita kanker bertambah sebanyak 12,7 juta orang tiap tahun, dan menyebabkan kematian pada 7,6 juta orang, atau 21.000 kematian per hari.[i] Modalitas terapi kanker yang saat ini telah diterima secara luas di dunia kedokteran adalah tindakan operasi, kemoterapi, dan radioterapi.

Meskipun didukung berbagai penelitian dan penemuan ilmiah, namun sampai sekarang ketiga modalitas terapi kanker tersebut masih mempunyai keterbatasan efektivitas, adanya efek samping yang terkadang cukup berat, dan biaya yang mahal. Di Negara Indonesia, penderita kanker menghadapi berbagai macam kendala, hingga banyak yang datang berobat dalam keadaan lanjut, dan efektivitas terapi menjadi sangat rendah.

Dalam kondisi serba terbatas ini, dunia kedokteran di Indonesia dikejutkan dengan klaim ditemukannya alat terapi kanker yang diberi nama ECCT (Electro Capacitive Cancer Treatment) oleh Warsito P Taruno, seorang pakar tomografi lulusan Jepang. Banyak kalangan kedokteran menganggap temuan ECCT ini tidak memiliki landasan ilmiah.

Dr. dr. Sahudi Salim, SpB(K)KL, pada akhir masa pendidikan doktoralnya di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga melakukan penelitian untuk menjembatani kontroversi ilmiah di bidang terapi kanker di Indonesia ini. Sahudi membuktikan adanya peningkatan persentase kematian sel yang diberi pajanan alat terapi kanker ECCT, serta mengungkap mekanisme patologi molekulernya.

“Kami melakukan penelitian eksperimental laboratorik in vitro, menggunakan Rancangan Acak Kelompok,” kata Sahudi. Ia menambahkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pajanan medan listrik voltase rendah, dengan frekuensi menengah dari alat terapi kanker ECCT dan pengukuran variabel yang dilakukan setelah pemberian perlakuan. Tiga macam kultur sel kanker yang digunakan adalah sel Hela, sel Kanker Rongga Mulut, dan sel Mesenkim Sumsum Tulang.

“Kultur sel dibagi menjadi dua kelompok dengan masing-masing 8 replikasi, yaitu kelompok perlakuan yang dipajan dengan ECCT selama 24 jam dan kelompok kontrol. Setelah 24 jam. Kemudian jumlah sel hidup dan sel mati dihitung dengan menggunakan pewarnaan Tryphan Blue, serta diperiksa ekspresi protein TubulinA, Cyclin B, p53, dan Ki-67.” Jelas Sahudi mengenai penelitian doktoralnya ini.

Di bawah bimbingan Prof. Dr. David S Perdanakusuma, dr. Sp.BP(K) sebagai promotor dan Prof. Dr. Fedik Abdul Rantam, drh sebagai ko-promotor, hasil penelitian Sahudi ini kemudian membuktikan bahwa medan listrik AC bertegangan rendah dengan frekuensi menengah yang dikeluarkan oleh alat ECCT dapat mematikan sel kanker melalui mekanisme kehancuran sel (mitotic catastrophe). Kelompok sel yang diberikan pajanan ECCT menunjukkan jumlah kematian sel yang lebih banyak secara bermakna dibanding dengan kelompok kontrol, terjadi baik pada sel kanker maupun sel non kanker.

Sahudi menjelaskan bila sel kanker yang dipajan dengan ECCT selama 24 jam akan meningkatkan ekspresi tubulin A, cyclin B1, p53, dan Ki-67 secara signifikan dibandingkan dengan kontrol. “Penelitian ini membuktikan bahwa ECCT dapat membunuh sel kanker secara signifikan, sedangkan sel non-kanker seperti sel mesenkim sumsung tulang masih dapat tetap hidup. Ini berarti penggunaan ECCT hanya akan membunuh sel kanker saja, tidak mengganggu kehidupan sel-sel lain yang dibutuhkan tubuh,” pungkas Sahudi. Ia berharap penelitian lanjutan terhadap ECCT dapat lebih banyak dilakukan oleh peneliti kedokteran, karena memberikan harapan baru bagi penderita kanker.

 

[i] IARC/Globocan 2008. Cancer Worldwide – the Global Picture. www.cancerresearchuk.org/cancer-info/cancerstats/world.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization