Topic
Home / Berita / Opini / Tentang Kesalahan Bu Asma Nadia Menanggapi Tragedi Mina

Tentang Kesalahan Bu Asma Nadia Menanggapi Tragedi Mina

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Screenshoot "Karpet Merah" (ROL)
Screenshoot “Karpet Merah” (ROL)

dakwatuna.com – Baru-baru ini, terkait dengan tragedi Mina, banyak komentar berdatangan mengisi media. Beragam dan bermacam. Komentar-komentar yang banyak itu tentu saja tidak semua benar. Pengetahuan dan pemahaman seseorang sangat ditentukan oleh informasi yang diterima. Tentunya, pemahaman akan berbeda jika informasi yang sampai berbeda.

Kesalahan yang sering terjadi adalah terlalu cepat menyimpulkan suatu kejadian yang tidak langsung terjadi di hadapan kita, sehingga masih perlu ditelaah. Menurut beberapa penulis di media, kesalahan inilah yang terjadi pada Bu Asma Nadia dalam tulisan berjudul Karpet Merah Perenggut Nyawa.

Saling mengkritik tulisan atau karya itu merupakan hal yang biasa. Justru, tanpa kritik tidak akan terjadi kemajuan. Hanya saja, sering terjadi kritik disuguhkan dengan cara yang kasar. Padahal, adab itu lebih utama. Para ulama kita menjelaskan dengan gamblang, adab itu ada di atas ilmu. Maka, jangan hanya berpikir tentang ilmu yang hendak disampaikan, tapi dipikirkan juga bagaimana cara menyampaikannya. Sebagai misal, ada orang suka mangga, lalu diberi mangga satu kilo dengan cara dilempar tepat ke muka, apakah dia akan menerima?

Saya bukannya mau membela Bu Asma Nadia di hadapan para komentator kasarnya. Maksud saya hanyalah mengingatkan—terutama diri saya sendiri—bahwa memberikan nasihat dengan cara yang tidak baik itu kejahatan. Koreksilah seseorang dengan adab.

Bukan hanya membincang tentang Bu Asma Nadia saja, kita harus mengingat hal ini ketika berbicara tentang siapa pun. Kita mesti menyadari bahwa kita ini manusia, bukan malaikat, bukan Iblis. Sebab itu, Allah SWT kelak akan menimbang amal kita baik dan buruk. Kalau lebih banyak baiknya, meskipun ada buruknya juga, sudah cukup. Berhaklah kita masuk surga. Bukankah tidak pernah disyaratkan bersih sempurna agar bisa masuk surga?

Saudaraku, ini pulalah alasan saya tidak mudah berani berkomentar tentang kesalahan orang lain. Saya takut kalau perbuatan saya sudah sangat lancang, menjadikan seseorang tersudut disebabkan kesalahannya yang sedikit padahal kebaikannya banyak. Na’udzubillah.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan USU. Ketua �Al-Fatih Club�. Murid. Penulis. Beberapa karyanya yang sudah diterbitkan; Istimewa di Usia Muda, Beginilah sang Pemenang Meraih Sukses, Cahaya Untuk Persahabatan, dan lain-lain

Lihat Juga

Para Dokter Suriah Ini Bercerita Tentang Tragedi Medis di Ghouta Timur

Figure
Organization