Belajar dari Politik Erdogan

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan (Palestine Times)

dakwatuna.com – Erdogan merupakan generasi ke-dua setelah Erbakan. Erbakan merupakan seseorang yang lebih konfrontatif dalam melawan pemerintah sekuler. Ia banyak melakukan kegiatan yang melanggar institusi Turki yang sekuler pada waktu itu. Sehingga ia mendapat sanksi keras dari pemerintahan dengan tidak boleh melakukan politik praktis selama hidupnya.

Erdogan lebih non-konfrontatif dalam berjuang melawan pemerintah yang sekuler. Ia lebih handal dalam mengendalikan emosi, mempunyai jiwa yang lebih besar, yang ia butuhkan adalah dapat bekerja dengan baik dan tidak mendapat gangguan dari pihak eksternal. Erdogan mengatakan “I have said that we are not a party based on religion. No one can call us a religious party or a party based on religion” bahkan Erdogan pun bersumpah untuk tidak mengusik life-style nya orang-orang Turki. Kondisi ini yang membuat jenderal baik di markas besar militer atau yang berada di National Security Council (NSC) berprasangka baik bahwa Erdogan memang bukan Erbakan.

Indonesia ini seperti kepiting, dimana kepiting apabila ia dimasukkan ke dalam suatu keranjang, dan jika ada di antara mereka yang ingin keluar dari keranjang itu dengan cara memanjat dinding keranjang maka ia tidak akan mampu untuk melakukannya karena ditarik ke bawah lagi oleh kepiting lainnya. Begitu pula dengan bangsa ini, apabila ada orang yang akan maju, ia tidak bisa mencapai level tinggi karena banyak orang yang akan membuat ia jatuh.

Proses keberhasilan Turki saat ini merupakan proses yang panjang. Mereka sudah mulai menyiapkan Sumber Daya Manusianya semenjak tahun 1960-an. Hingga tahun 2002 Erdogan berhasil mengangkat Turki menjadi lebih baik. Dalam menjalankan startegi politiknya, Erdogan menjalankan strategi politik keteladanan dan prestasi. Keteladanan itu diartikan dengan bersih, dan peduli diartikan sebagai professional. Keteladanan dan prestasi merupakan dua hal yang menonjol dari kepemimpinan Erdogan.

Belajar dari politik Erdogan, untuk membuat Indonesia lebih baik dan bermartabat maka kita perlu menyiapkan sumber daya manusia strategis yang akan menjadi pemimpin Indonesia di masa depan. Saat ini sudah banyak lembaga baik pemerintah maupun swasta yang berupaya untuk menciptakan bibit-bibit unggul pemimpin Indonesia. (lola/dakwatuna)

Konten ini telah dimodifikasi pada 28/09/15 | 09:51 09:51

Mahasiswi Ilmu Kesejahteraan Sosial UI angkatan 2012. Suka melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pengabdian masyarakat. Peserta Rumah Kepemimpinan Regional 1 Jakarta, angkatan VII.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...