Topic
Home / Narasi Islam / Sosial / Kopdar dan Segelintir Makna di Baliknya

Kopdar dan Segelintir Makna di Baliknya

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (multnomahathleticfoundation.com)
Ilustrasi. (multnomahathleticfoundation.com)

dakwatuna.com – Kini kata kopi darat tak asing lagi di telinga kita. Apalagi kawula muda, hampir tak ada yang tak kenal kata ini. Namun apa maksud dari kopi darat atau yang biasa disingkat kopdar?

Menurut sang ahli, professor google, kopi darat atau kopdar pertama kali muncul di era masyarakat masih ‘bermain’ radio sinyal pendek yang populer dengan nge-break kala itu. Caranya adalah dengan menggeser gelombang sinyal sambil berkata “break.. break..” sampai ada yang membalas, bila ada yang membalas, terjadilah percakapan di antara mereka. Singkat cerita karena sudah saling kenal, percakapan di udara (baca: gelombang radio) itu pun pindah ke darat, atau dengan kata lain bertemu langsung. “Yuk, kita minum secangkir kopi di darat”, seperti itu kira-kira kalimat yang dilontarkan. Muncullah istilah kopdar atau kopi darat.

Tapi bukan itu pembahasan kita kali ini.

Tanpa kita sadari –sebagian besar dari kita- tak tahu keutamaan yang terkandung di dalam kopdar itu sendiri, atau bolehlah kita menggunakan istilah keren lain; gathering. Ternyata istilah kopdar jauh lebih keren diperkenalkan oleh manusia paling mulia di muka bumi ini empat belas abad yang lalu, Rasulullah saw, dengan istilah silaturrahim. Silaturrahim atau silaturahmi? Silahkan kaji sendiri di tulisan-tulisan lain yang sudah banyak mengulas tentang ini. Yang jelas, istilah ini begitu keren pada saat awal kemunculannya. Bukan main, ada sebuah kisah menarik dari salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra., seorang sahabat jalil yang menghabiskan sebagian besar hidupnya bersama Rasulullah saw. Tapi akan saya sebutkan di akhir tulisan ini, insya Allah.

Apasih istimewanya kopdar? Pertama mari kita samakan persepsi dan pengertian yang kita inginkan dari kopdar di sini. Maksud kopdar di sini adalah berkumpul yang diisi hal-hal dan kegiatan yang positif, mubah, dan atau tidak melanggar ketentuan agama islam, bahkan bisa jadi hal-hal yang sunnah dan wajib, seperti saling menasihati, bertegur-sapa, bercerita, melepas rindu dan sebagainya. Jadi selanjutnya saat saya sebutkan kopdar, maka pengertian kopdar inilah yang saya maksud. Karena, tentu saja ada kopdar yang diisi dengan kegiatan yang tidak seharusnya dilakukan, seperti berkumpul untuk gossip, main judi, ikhtilath, dan sebagainya.

Sudah sama persepsi kita? Baik, mari kita kembali ke pertanyaan tadi, apa sih istimewanya kopdar? Daripada opini saya yang penuh ketidaktahuan dan kekosongan ilmu bertutur menjawab pertanyaan ini, mari sama-sama kita dengarkan hadits manusia paling cerdas, Rasulullah saw.

Dari Abu Ayyub Al-Anshory, bahwasanya ada seseorang berkata kepada Nabi saw: “Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang sesuatu yang bisa memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka,” maka Nabi saw bersabda: “Sungguh dia telah diberi taufik,” atau “Sungguh telah diberi hidayah, apa tadi yang engkau katakan?” Lalu orang itu pun mengulangi perkataannya. Setelah itu Nabi saw bersabda: “Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu pun, menegakkan shalat, membayar zakat, dan engkau menyambung silaturrahim.” Setelah orang itu pergi, Nabi saw bersabda: “Jika dia melaksanakan apa yang aku perintahkan tadi, pastilah dia masuk surga.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Indah betul ya? Tapi, belum cukup sampai di situ, mari kita simak hadits lain yang mengungkap keistimewaan kopdar.

“Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturrahim.” (Muttafaqun ‘alaihi)

“Ar-rahim itu tergantung di Arsy. Ia (Ar-rahim) berkata: “Barang siapa yang menyambungku, maka Allah akan menyambungnya dan barang siapa yang memutusku, maka Allah akan memutus hubungan dengannya.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Ah, jadi ingin segera bertemu kerabat keluarga dan sahabat kalau begini! Tapi tahan dulu, tunggu sampai tulisan kecil ini selesai :)

Apalagi?! Keutamaan yang disebutkan di atas membuatku tidak sabar ingin kopdar!

Alhamdulillah, semoga sampai di sini Allah mencatat niat kita dan memberinya ganjaran yang terbaik.

Oke, mari kita lanjutkan agar setelah ini kita bisa segera kopdar. Jadi kopdar itu pada intinya bertemu, menyambung kekerabatan. Menjadikannya senantiasa langgeng dan terjaga. Walaupun untuk mencapai itu tak selalu harus bertemu langsung, lewat telpon misalnya.

Lalu siapa kerabat itu? Imam Al-Qurtubhi, salah seorang ulama islam menjelaskan, “Rahim (kekerabatan) yang wajib dijaga itu ada dua, kekerabatan dalam makna luar yaitu karena agama, wajib dijaga dengan saling mencintai, saling memberi nasihat, bersikap adil, dan menunaikan hak sesama muslim, baik yang wajib maupun sunnah.”

Jadi yang pertama kekerabatan karena satu aqidah dan satu keyakinan, saudara seiman. Kemudian yang kedua, beliau melanjutkan, “(yang kedua) kekerabatan dalam makna sempit, karena nasab (keturunan), dijaga dengan membantu (kebutuhan) materi mereka, memperhatikan keadaan mereka, dan mudah melupakan kesalahan mereka.”

Ternyata kita bisa kopdar dengan banyak orang, bukan? Keluarga, saudara seiman, tentu sangat banyak, bahkan terhadap kerabat kita yang berbeda keyakinan. Terlebih kepada mereka yang sudah kita kenal sejak lama, ibarat asam garam kehidupan telah dilalui bersama.

Ada kisah menarik yang bisa kita ambil pelajaran, suatu saat datang seorang lelaki kepada Rasulullah saw dan berkata: “Wahai Rasulullah, aku mempunyai kerabat. Aku menyambung hubungan dengan mereka, akan tetapi mereka memutuskanku. Aku berbuat baik kepada mereka, akan tetapi mereka berbuat buruk terhadapku. Aku berlemah lembut kepada mereka, akan tetapi mereka kasar terhadapku,” maka Nabi saw bersabda, “Apabila engkau benar demikian, maka seakan-akan engkau menyuapi mereka pasir panas, dan Allah akan senantiasa tetap menjadi penolongmu selama engkau berbuat demikan.” (Muttafaqun ‘alaihi)

“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknat Allah dan ditulikan (pendengaran) serta dibutakan penglihatan mereka”. (QS. Muhammad: 22-23)

Jadi, tak ada alasan untuk kita memutuskan tali silaturrahim. Semoga tulisan kecil ini memberi kita pengetahuan tentang kopdar dan segelintir makna di baliknya. Tentu dengan syarat ada niat ber-silaturrahim saat akan kopdar. Mari luruskan niat, mari kopdar!

Oh iya, saya hampir lupa menyebutkan kisah menarik yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra., mari kita simak:

Dari Rasulullah saw bersabda: “Sungguh ada seorang lelaki ingin mengunjungi saudaranya di suatu desa, kemudian Allah memerintahkan seorang malaikat untuk melindunginya di sepanjang jalan (yang dilaluinya). Malaikat itu pun berjumpa dengannya seraya berkata, “Kemana engkau hendak pergi?” Ia menjawab, “Saya hendak ke tempat saudaraku di desa ini”. Malaikat bertanya lagi, “Adakah suatu kenikmatan (berupa rezeki, harta, dan sebagainya) yang hendak kau peroleh dari saudaramu itu?” Ia menjawab, “Tidak, hanya saja saya mencintainya karena Allah.” Malaikat itu lalu berkata, “Sesungguhnya saya adalah utusan Allah untuk menemuimu guna memberitahukan bahwa sesungguhnya Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu itu karena Allah.” (HR. Muslim no. 2567)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswa LIPIA Jakarta. Lahir di Makassar tahun 1994, menyelesaikan pendidikan jenjang SMP dan SMA di Pesantren Terpadu Al-Kahfi Bogor. Anak ketiga dari empat bersaudara. Aktif di kegiatan dakwah kampus. Ketua Ikatan Silaturrahim Alumni Pesantren Terpadu Al-Kahfi (KASAHF.org).

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization