Topic
Home / Narasi Islam / Humaniora / Catatan Kemanusiaan: “Incognito”

Catatan Kemanusiaan: “Incognito”

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Sohibul Imam jenguk korban kecelakaan, Ngariman (spesial)
Sohibul Imam jenguk korban kecelakaan, Ngariman (spesial)

dakwatuna.com– Sudah lama saya tidak melakukan ini: menulis kesaksian atas peristiwa-peristiwa kecil yang kualami sendiri atau sekadar kudengar dari kesaksian orang lain. Saya pikir hal itu akan membatalkan niat baik dan bernilai riya, jika terkait dengan kebaikan. Atau, justru membuka aib dan bermuatan ghibah, bila mengandung keburukan. Selama ini, saya memilih jalan aman: menyimpan semuanya dalam ingatan. Suatu hari mungkin ada kesempatan untuk bercerita kepada anak-cucu.

Namun, hari ini saya menyadari memori manusia amat terbatas. Terlalu banyak informasi yang berseliweran dalam kehidupan kita, terlalu sedikit ingatan yang bisa disimpan. Apalagi, kebiasaan buruk manusia tidak menyusun informasi dalam suatu folder yang rapi. Sehingga ketika dibutuhkan, sangat sulit dicari dan ditemukan kembali. Akibatnya, sejumlah peristiwa hanya menjadi misteri: bayang-bayang kabur, kasak-kusuk dalam diri sendiri.

Dorongan menulis catatan kecil muncul saat sebuah pesan instan masuk dalam kotak WA, Ahad dini hari (00.23): “Jazakumullahu khair atas kunjungan ustaz salim. Afwan sy kemarin ketiduran krn kelelahan, jd tdk bisa menyambut kedatangan beliau.” Dua menit kemudian (00.25), ditambahkan lagi: “Sampaikan salam kami kepada beliau.”

Pesan itu dikirim oleh ibu Ida, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Gunung Sindur, kabupaten Bogor. Saya tak mengenalnya secara pribadi, hanya terhubung karena suatu musibah: suaminya (pak Ngariman) mengalami kecelakaan pada hari Senin (15/9) sepulangnya dari acara Munas PKS di kota Depok. Sayang sekali, saya belum sempat menengoknya.

Karena itu, saya hanya bisa menjawab singkat: “Baik bu. Semoga pak Ngariman lekas sembuh & anak2 sehat semuanya.” Dalam hati saya menyesal, sangat menyesal: mengapa tak memaksakan diri untuk menjenguk saudara yang terkena musibah? Banyak alasan yang bisa dilontarkan, mulai dari kesibukan yang menumpuk hingga tak ada alat transportasi yang cepat untuk sampai ke lokasi.

Akhirnya, kemalasanku didobrak oleh sikap spontan Dr. Salim Segaf al-Jufri, Ketua Majelis Syura PKS. Beliau mencontohkan, senyampang ada umur, segala niat baik harus segera ditunaikan. Jangan ditunda sampai esok atau lusa, belum tentu bisa terlaksana. Padahal, beberapa hari sebelumnya (17/2) saya sendiri yang mengabarkan kepada Dr. Salim pesan berikut:

“Dr. Salim ykh. Kami dpt kabar musibah dr Dpd Pks Bogor: Assalamu’alaikum. Ada ikhwah dari Bogor, Ngariman, habis Munas (pulang) ke DQ terkena musibah tertabrak luka parah di kepalanya. Jam 12 akan dioperasi di RS Sari Asih. Kalau ada waktu Ust Salim atau Akh MSI saya kira baik menengok. Syukran.”

Tak jelas, siapa yang pertama kali mengirim info itu, tapi dengan fasilitas sosmed saat ini, peristiwa yang terjadi di manapun akan cepat tersebar hanya dalam hitungan detik. Selain mengabarkan berita duka itu, saya melacak kepastian informasi melalui berbagai sumber. Masuk informasi lanjutan:

“Mengenai Akh Ngariman yang terkena musibah setelah Munas. Beliau dan istrinya adalah kader PKS. Perkembangan terakhir hari ini jam 12 siang dioperasi paha kanannya oleh Dokter Z. Kepala retak dan ada sedikit pendarahan. RS Sari Asih Ciputat, lantai 4, kamar 4008.”

Saya kenal betul Dr. Z, yang membantu Ibundaku saat dioperasi di RSCM tahun lalu. Saya segera kontak dokter yang baik hati itu, dan mendapat informasi tambahan: “Kesadaran masih belum pulih karena cidera kepala dan patah tulang dasar tengkorak. Terdapat patah tulang rahang, pergelangan tangan, pangkal dan ujung paha. Tadi saya baru lakukan operasi paha yang bergeser. Akh Ngariman baru keluar dari ICU 2 hari yl.”

Semua informasi itu, termasuk kunjungan mendadak Dr. Sohibul Iman (Presiden PKS) ke RS Sari Asih, dikabarkan kepada Dr. Salim. Tak menyangka, beliau merespon dengan cepat, sementara saya sendiri tenggelam dalam kesibukan yang tak habis-habisnya. Banyak manusia yang pura-pura sibuk, padahal kesibukan itu melalaikannya dari kewajiban asasi: menjenguk saudara yang sakit atau terkena musibah. Kesibukan yang belum tentu akan menyelamatkannya di akhirat kelak. Sementara kewajiban yang sudah jelas ganjaran pahalanya, malah diabaikan. Astaghfirullah.

Saya teringat peristiwa kecil, nyaris lima tahun silam (Oktober 2010). Beberapa hari setelah dilantik sebagai Menteri Sosial RI, Dr. Salim meminta dijadwalkan bertemu dengan Saniah, yaitu pegawai Kementerian Sosial RI yang statusnya paling rendah saat itu. Ia baru saja diangkat sebagai pegawai negeri, sungguh kaget ketika dikunjungi pak Menteri. Kami hanya ditemani sopir dan ajudan, tidak ada orang lain, tak ada patwal.

Dari rumah Saniah di kawasan Kramat Jati (tak ingat persis alamatnya), kami menuju Bekasi, tempat kediaman pak Wiji (pegawai kerumahtanggaan di Kemensos, menderita diabetes) yang tinggal di kompleks perumahan Depsos. Sejak saat itu, puluhan atau ratusan kunjungan incognito dilakukan tanpa liputan media. Saya mencatatnya, tapi sebagian catatan sudah hilang bersama Ipad yang dicuri. Saya belum pernah cerita kepada siapapun tentang kegiatan incognito –tidak tercatat dalam jadwal protokoler resmi– itu, termasuk kepada isteri dan anak-anak. Suatu hari mungkin cukup waktu untuk membongkar ingatan lama.

Hari ini, menjelang Subuh, saya ingin mencatat peristiwa kecil yang bermakna sangat besar: jangan tunda niatmu untuk mengunjungi saudara yang terkena musibah atau sakit. Sebab, kesempatan tak bisa diajak kompromi, berlalu dengan sangat cepat. (sapto/dakwatuna)

Depok, 22/9/2015 (04.00)

*Saudara Ngariman (40 tahun) adalah Bendahara DPC PKS Kecamatan Gunung Sindur, yang mengalami kecelakaan lalu lintas saat pulang dari Munas PKS. Ia memiliki tiga orang anak. Semoga Allah Taala menyembuhkan lukanya dan memberi kedamaian serta kesabaran kepada isteri dan anak-anaknya.

**Kunjungan Dr. Salim ke RS Sari Asih hanya ditemani ajudan. Ibu Ida sedang tertidur kelelahan saat itu, sehingga tak mengetahui kedatangan tamu tak diundang. Ajudan tak sempat mengambil foto, tapi saya jamin informasi ini bukan hoax.

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Direktur Institute of Strategic Studies and Civilizational Transformation (ISSaCT)

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization